Maskapai komersial adalah perusahaan penerbangan yang menyediakan angkutan udara baik penumpang maupun kargo kepada publik dengan mendapatkan kompensasi dari penjualan tiket kursi dan kargo.
Dan sebagai perusahaan maskapai komersial juga memberikan kesempatan kepada publik ikut serta menumbuhkan maskapai melalui kepemilikan saham maskapai di pasar saham.
Bagi investor yang tertarik dengan saham sebuah perusahaan maka mereka akan melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan tersebut terutama pada kinerja keuangannya.
Akan tetapi pada maskapai komersial, analisis dapat pula dilakukan dengan menggunakan apa yang disebut dengan airline metrics selain dari rasio rasio keuangan yang dapat memberikan gambaran kepada investor bagaimana kinerja operasional maskapai dalam menghasilkan pendapatan.
Metrics maskapai sangat banyak namun ada beberapa metrics utama yang dapat dijadikan pertimbangan.
Available Seat Kilometer (ASK)
Metrics ini menggambarkan kapasitas yang dimiliki oleh maskapai pada rute penerbangan, jadi misalnya maskapai A terbang dari Banda Aceh (BTJ) ke Jakarta (HLP) berjarak 1,000 km dengan pesawat Boeing B-738 dengan kapasitas 180 kursi maka ASK maskapai A adalah 180 kursi X 1,000 km = 180,000
Revenue Available Kilometer (RPK)
Metrics ini berhubungan erat dengan metrics ASK Â karena metrics ini menggambarkan jumlah kursi yang terjual dari ketersediaan kursi di ASK, sehingga bila kita menggunakan contoh rute BTJ ke HLP dengan hanya 100 kursi yang terjual dari 180 kursi maka RPK maskapai A adalah 100 kursi X 1,000 km = 100,000.
Passenger Load Factor
Metrics ini memberikan data tingkat keterisian dari kapasitas maskapai, perhitungannya dengan pembagian metrics ASK dengan RPK.Â
Jika kita menggunakan contoh maskapai diatas maka didapat tingkat keterisian kapasitas pada penerbangan BTJ ke HLP sebesar 180,000/100,000 = 60% dari kapasitas maskapai.Â
Load factor kargo juga perlu dihitung jika maskapai menghasilkan pendapatan pada kargo
Metrics lainnya adalah Revenue per Available Seat Kilometer (RASK) yang memberikan data mengenai pendapatan operasional maskapai per kursi baik terisi maupun tidak pada rute penerbangan dalam satu periode waktu, cara menghitungnya dengan pembagian pendapatan operasional maskapai dengan metrics ASK atau Available Seat Kilometer.
Metrics ini lebih sering digunakan oleh maskapai dalam menunjukan kinerja keuangannya karena mempresentasikan keseluruhan pendapatan mereka, tidak hanya dari operasional nya saja (penerbangan) tapi juga sumber lainnya seperti penjualan retail dan makanan selama penerbangan, kelebihan bagasi dan lainnya.
Sedangkan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan maskapai menggunakan metrics CASK (cost per available seat kilometer dengan membagi pendapatan operasional maskapai dengan Available Seat Kilometer.
Semakin kecil CASK semakin efisien sebuah maskapai secara keseluruhan, tidak hanya pada operasional penerbangannya saja tapi juga dari kelebihan bagasi, pendapatan dari biaya atau fee dari pemesanan tiket yang diubah dan lainnya.
Selain dari airline metrics, akan sangat bermanfaat jika melihat pula perkembangan penerbangan dan khususnya maskapai tersebut melalui internet dari berbagai arus, bisa dari arus utama media berita online oleh pihak penyedia berita penerbangan.
Kemudian juga press release dan news dari situs pabrikan pesawat baik media berita maupun media sosial dapat menjadi infornasi sangat bermanfaat ketika ada rencana maskapai tersebut untuk membeli pesawat.
Semua informasi ini dapat memberikan gambaran gambaran tentang bagaimana dan dimana posisi maskapai tersebut saat ini, serta konsistensi maskapai dalam menjalakan program prrogram kerja dan rencana rencana strategis mereka.
Komunikasi publik bisa menjadi salah satu faktor dari konsistensi perusahaan dalam memberikan informasi tentang progress dan perjalanan perusahaan untuk mencapai goal nya.
Sebagai ilustrasi misalnya maskapai menerima dana cukup besar baik dari hasil go public atau lainnya maka pihak investor atau pemberi dana pastinya ingin mendapatkan informasi yang solid dari perusahaan dalam mengelola dana tersebut.
Sehingga apabila dana tersebut memang untuk membayar kreditur dalam bentuk kas maka kita bisa melihat itu pada realisasi aktualnya, begitu pula jika awalnya perusahaan akan membayar dengan kepemlikan saham maka akan terlihat di pasar saham.
Kemudian apabila maskapai tersebut tadi mengumumkan akan membeli pesawat maka kita bisa melihat dari media berita online dan update dari pabrikan pesawat yang terkait dengan pengumuman maskapai tersebut.
Biasanya bila pabrikan menerima pesanan apabila ada kesepakatan dari kedua belah pihak untuk mempublikasikan penandatanganan kontrak pembelian pesawat, pabarikan pesawat kemudian akan segera mengumumkannya di media baik arus utama berita maupun sosial mereka.
Proses analisis kita tidak berhenti disini, kita bisa lanjutkan dengan melihat dari jumlah backlog yang dimiliki oleh pabrikan pesawat tersebut.
Backlog adalah selisih antara jumlah pesanan pesawat yang diterima oleh pabrikan pesawat dengan jumlah penyerahan pesawat oleh pabrikan pesawat, dengan kata lain pabrikan masih memiliki pesanan pesawat yang belum diselesaikan dan diserahkan ke pemesan.
Dari backlog ini kita bisa memprediksi kapan maskapai A menerima pesanan mereka dengan dasar bahwa memang ada pemesanan dari maskapai tersebut, kita bisa memprediksinya dengan melihat dari production rate pabrkkan pesawat per periode waktu (biasanya per bulan).
Sebagai ilustrasi, jumlah backlog pabrikan Airbus adalah 7,239 unit pada semua keluarga pesawat mereka, jika menggunakan production rate mereka saat ini yang hanya 45 unit per bulan maka kita bisa prediksi berapa lama waktu yang dibutiuhkan untuk menyelesaikannya tanpa adanya pemesanan baru yang sepertinya tidak mungkin.
Sedangkan Boeing memiliki backlog sebanyak 3,510 unit hanya pada keluarga B-737 dengan production rate 31 unit per bulannya.
Apabila memang tidak ada pemberitaan ataupun update dari pabrikan pesawat mengenai pembelian pesawat dari maskapai A maka ada kemungkinannya maskapai membeli pesawat tidak baru melainkan "used airplane" melalui pihak pihak ketiga misalnya perusahaan leasing pesawat.
Namun informasi mengenai ini pun dapat kita dapatkan dari berbagai media berita online khususnya yang berfokus pada industri aviasi.
Informasi mengenai rencana pembelian pesawat ini adalah penting karena akan merefleksikan kapasitas maskapai yang akan tersedia di masa mendatang, bagaimana maskapai menjalankan program peremajaan armada mereka, hal ini berkaitan dengan efisiensi dimana pesawat baru akan lebih efisien baik dalam hal konsumsi bahan bakarnya maupun pemeliharaannya.
Sudah tentu masih banyak hal hal lainya yang perlu kita analisa sebelum memutuskan berinvestasi, misalnya harga bahan bakar, stabilitas politik dimana kejadian tertentu yang dapat terganggunya penerbangan sebagai contoh mogok kerja oleh staf bandara, tindak kejahatan dan terorisme di bandara, wabah penyakit dan lain lain.
Maskapai pada dasarnya adalah perusahaaan yang mana salah satu tujuannya adalah memaksimalkan keuntungan, sedangkan untuk mencapainya diperlukan manejemen yang baik dan kuat.
Akan tetapi satu hal yang pasti adalah prospek penerbangan komersial dunia akan tumbuh seiring dengan penambahan populasi global yang membutuhkan transportasi udara untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi mereka baik untuk bisnis, liburan dan kunjungan ke sanak keluarga serta pula untuk perdagangan dengan menggunakan jasa kargo udara.
Mudah mudahan dapaf bermanfaat.
Referensi :
- investors.boeing.com/investors/fact-sheets/default.aspx
- airbus.com/en/products-services/commercial-aircraft/market/orders-and-deliveries
- valueresearchonline.com/stories/48987/how-to-analyse-airline-stocks/
- investopedia.com/articles/active-trading/051415/how-value-airline-stocks.asp
- theedgemarkets.com/node/651311
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H