Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Perjalanan Awal B-777 dan Harapan pada B-777X

8 Januari 2023   01:28 Diperbarui: 8 Januari 2023   01:34 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boeing B-777X (foto : Boeing.com)

Setiap pesawat baru baik model maupun varian nya yang diproduksi baik itu oleh Airbus maupun Boeing umumnya adalah untuk menyaingi produk yang sejenis dari mereka berdua, ibaratnya kedua pabrikan ini saling berbalas pantun.

Persaingan antar keduanya memang pada kebanyakan waktu membuat pusing bagi yang mengamati perkembangan mereka.

Persaingan produk pesawat airliner (penumpang dan kargo) ini terjadi pada beberapa hal namun yang jelas terlihat ada pada jumlah kapasitas, daya jelajah dan konsumsi bahan bakar.

Akan tetapi faktor variabel nya sangat banyak, sebagai contohnya bila ada pertumbuhan jumlah permintaan kursi secara signifikan pada rute dimana pesawat yang dioperasikan tidak lagi bisa menampung penambahan permintaan kursi tersebut maka maskapai membutuhkan pesawat dengan kapasitas yang lebih daripada harus menambah slot yang mungkin juga tidak lagi tersedia jika bandara tujuan sudah penuh.

Namun bisa pula maskapai membutuhkan pesawat dengan daya jelajah lebih jika ada rute yang dinilai potensial namun pesawat yang dioperasikan tidak bisa menjangkau nya dari base maskapai.

Boeing menjawab contoh terakhir ini dengan B-787 yang bisa membuat pesawat mampu terbang langsung dari bandara non utama atau secondary airport  ke bandara yang dituju tanpa harus singgah di bandara utama ataupun hub maskapai.

Airbus kemudian meluncurkan pesaingnya dengan keluarga A-350 mereka.

Proses ini selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan dari industri aviasi itu sendiri sehingga saling membalas pantun diantara dua pabrikan ini juga tak pernah berhenti.

Begitu pula pada  pesawat keluarga Boeing B-777 yang akrab dipanggil dengan "Triple Seven" ini dan sudah tidak asing di telinga kita, dan bahkan kita sering melihatnya di bandara bandara ketika kita melakukan perjalanan udara.

Namun demikian perjalanan dari keluarga B-777 mulai dari generasi pertama mereka yang meliputi B-772 dan B772 LR hingga generasi kedua yang meliputi B-773, B-773 ER dan B-772F tidaklah dapat dikatakan mulus walau pada beberapa varian seperti pada B-773 ER mendulang sukses dalam bersaing dengan Airbus A-332.

Walau terbilang sukses dalan hal jumlah unit yang dibangun (1,698 unit hingga November 2022 menurut Wikipedia) namun kesuksesannya ini tidak sebanding dengan keluarga B-737 dan B-747.

Pihak Boeing Commercial Airplanes memutuskan untuk memproduksi pesawat ini walau ketika itu Boeing sudah memiliki produk B-767 dan B-747 untuk penerbangan jarak jauh dan jika dalam sisi kapasitas, Boeing sudah memiliki pesawat dengan kapasitas 200-250 pax (B-767) dan dengan kapasitas 366 + pax (B-747) serta ditambah dengan B-757 dengan kapasitas hingga 235 pax.

Akan tetapi Boeing ingin menggantikan keluarga B-757 mereka dengan kapasitas dan daya jelajah lebih jauh.

Ketika itu pula dapat dikatakan bahwa posisi pasar Boeing terbilang aman di masing masing  kelas kapasitas dan juga untuk bersaing dengan rival baru nya ketika itu yang memiliki pesawat Airbus A-300, akan tetapi rival Boeing bukan hanya Airbus, ada juga Mcdonnell Douglas dengan DC-10 dan Lockheed L-1011 nya untuk pesawat berbadan lebar.

Saat Boeing meluncurkan B-747 100 pada tahun 1970 pabrikan Mcdonnell Douglas ketika itu melihat potensi pesawat dengan kapasitas diatas B-707 dan dibawah B-747 sehingga dapat beroperasi di bandara yang tidanya perlu menambah fasilitas seperti B-747 pada proses boarding dan deboarding nya serta mengisi gap dalam hal kapasitas antara B-707 dan B-747.

Maka lahir lah pesawat Mcdonnell Douglas DC-10  dengan kapasitas 250--380 pax dengan selang waktu tidak lama dari B-747 dan kemudian menyusul pabrikan Lockheed dengan L-1011 Tristar nya.

Kapasitas inilah yang tidak dimiliki Boeing atau dalam gap antara B-767 dan B-747 yang jika dalam kapasitas bisa dikatakan di kelas 250-366 pax.

Walau pihak Boeing sempat meluncurkan varian dari B-747 berupa B-747 SP untuk menyaingi kedua pesawat tersebut, namun usahanya kandas ketika maskapai PanAm yang menjadi pemesan terbanyak dari B-747 SP mengalami kebangkrutan.

Boeing kemudian menyiapkan konsep pesawat B-777 dengan awalnya bermesin tiga jet (trijet) namun konsep ini kandas juga karena penerapan EDTO (Extended Diversion Time Operations) yang kini menjadi ETOPS (Extended Range Twin-engine Operations).

ICAO mulai menerapkan 90 minute rule yang memperbolehkan pesawat penumpang dengan dua mesin untuk melakukan penerbangan lintas samudera Atlantik bila pesawat bisa terbang hanya dengan satu mesin selama 90 menit untuk mendarat di bandara alternatif.

Pihak Airbus melalui produknya A-300 menjadi pesawat pertama dengan dua mssin yang melakukan penerbangan lintas samudera atlantik dengan fitur ETOPS yang dimilikinya.

Jadi mengapa membangun pesawat dengan 3 mesin ketika saat itu dibolehkan dengan dua mesin untuk penerbangan lintas samudera Atlantik yang menghubungkan New York dengan London ?

Usaha Boeing untuk mengisi gap antara B-767 dan B-747 pun kemudian didahului oleh Airbus dengan dua model sekaligus yaitu Airbus A-330 dengan dua mesin dan A-340 dengan empat mesin pada tahun 1991 dan 1992.

Boeing baru meluncurkan pesawat B-777 pada tahun 1993 dalam dua pilihan yaitu B-777 200 serta untuk penerbangan lebih jauh denvan B-777  200 LR (long range) dan sekaligus melahirkan keluarga baru pada jajaran produk nya yaiitu keluarga B-777.

Hingga pada suatu ketika Boeing sudah melahirkan generasi kedua dari keluarga B-777 berupa versi streched (lebih panjang) dari B-772 yaitu B-777 300 dan B-777 300 ER serta versi kargonya B-777 200F, persaingan dikelas kapasitas ini semakin sengit walau sudah tanpa keberadaan DC-10, MD-11 dan L-1011/sekalipun karena ketiganya sudah tidak diproduksi lagi.  

Airbus mengeluarkan A-350 sebagai jawaban dari B-787 dan dilanjutkan dengan variannya hingga A-350 1000 (A-351) dimana Boeing belum berhasil menjawabnya walau  dengan varian B-781 (B-787 10) mereka.

Bahkan beberapa kalangan menyebutkan bahwa B-781 lebih tepat menjadi saingan dari A-338Neo nya Airbus sedangkan A-351 lebih pantas disaingkan dengan B-777X.

Kini dalam  persaingan pesawat berbadan lebar pada kelas kapasitas 250 + pax dengan konfigurasi kursi tiga kelas hingga 400 pax dalam satu kelas serta daya jelajah, scorenya 2--1 dimana Airbus dengan dua pesawat yaitu A-338Neo dan keluarga A-350. sedangkan Boeing hanya 1 pesawat yaitu B-781.

Untuk menyamakan score dibutuhakan pesawat baru namun memakan waktu dan biaya yang tidak kecil, dan dengan masalah yang dihadapi Boeing termasuk performance pada keuangannya maka opsi pesawat baru bukan solusi terbaik.

Satu satunya adalah dengan mengembankan keluarga B-777 dengan program B-777X ini yang akan melahirkan varian B-777 8 dan 9 namun sepertinya masih memerlukan waktu lagi karena proses sertifikasi pesawat ini masih berlangsung.

Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga B-777 dari awal menghadapi tantangan yang tidak ringan dan bahkan hingga kini dan bahkan hingga nanti ketika saatnya B-777 8 dan 9 diluncurkan, karena banyak maskapai sudah membutuhkan pesawat baru dalam armada mereka untuk menggantikan pesawat pesawat mereka yang telah melampaui usia operasionalnya.

Karena ketika hanya ada satu model ditawarkan dari Boeing dan dua dari Airbus maka pasar pun akan berbicara kenyataan pahit (ugly truth) kepada Boeing.

Dari semua apa yang dihadapi keluarga B-777 ada satu prestasi yang dicapanya sebagai pesawat dengan penerbangan komersial terjauh dan terlama ketika Boeing B 777-200LR terbang dari Hong Kong ke London dengan rute arah timur melintasi Amerika Utara selama 23 jam pada tahun 2005.

Beberapa tahun sebelumnya, B-772 juga memecahkan rekor terbang sejauh 20,044.20 km dari Seattle (SEA) Kuala Lumpur, Malaysia (KUL) pada tahun 1997 dimana rekor ini sebelumnya dipegang oleh Airbus A-340 sejauh 19,014.31 km dari Paris --Auckland ---Paris tanpa mendarat.

Mudah mudah an Boeing dapat melalui segala rintangan di masa mendatang pada seluruh keluarga produk mereka yang masih aktif diproduksi yaitu B-737, B-777 dan B-787 dan bersaing dengan keluarga A-320, A-330, dan A-350 dari Airbus dengan menempatkan keluarga B-767 diluar persaingan karena walaupun masih dalam masa produksi, kebanyakan dari pesawat yang diproduksi adalah untuk non penerbangan komersial seperti tanker diproduksi serta versi kargo (Freighter) nya.

Semoga pula kelak Boeing B-778 dan B-779 akan mengisi langit di seluruh dunia menggaungkan kesuksesan Boeing untuk sekian kalinya serta juga menjadi titik kebangkitan Boeing.

Sebuah beban yang masih harus dipikul oleh keluarga B-777 yang memang dari awal sepertinya selalu dihadapi tantangan.

Trivia Aviasi : Tahukah cara ternudah membedakan pesawat Airbus dan Boeing pada ban pendaratan (di tengah badan) Airbus berjumlah dua roda pada setiap sisi sedangkan Boeing empat roda pada setiap sisi.

Referensi :

  • en.m.wikipedia.org/wiki/Boeing_777
  • icao.int/MID/Documents/2020/EDTO%20Workshop/10085_cons_en.pdf
  • aviatorjoe.net/go/compare/A350-1000/787-10/
  • en.m.wikipedia.org/wiki/Boeing_747SP
  • travelmole.com/news/record-23-hour-non-stop-flight-completed-by-new-boeing-777/
  • boeing.mediaroom.com/1997-07-29-Boeing-777-Distance-and-Speed-World-Records-Confirmed
  • aeroclass.org/the-difference-between-boeing-and-airbus
  • simpleflying.com/boeing-787-vs-the-airbus-a350/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun