Walau terbilang sukses dalan hal jumlah unit yang dibangun (1,698 unit hingga November 2022 menurut Wikipedia) namun kesuksesannya ini tidak sebanding dengan keluarga B-737 dan B-747.
Pihak Boeing Commercial Airplanes memutuskan untuk memproduksi pesawat ini walau ketika itu Boeing sudah memiliki produk B-767 dan B-747 untuk penerbangan jarak jauh dan jika dalam sisi kapasitas, Boeing sudah memiliki pesawat dengan kapasitas 200-250 pax (B-767) dan dengan kapasitas 366 + pax (B-747) serta ditambah dengan B-757 dengan kapasitas hingga 235 pax.
Akan tetapi Boeing ingin menggantikan keluarga B-757 mereka dengan kapasitas dan daya jelajah lebih jauh.
Ketika itu pula dapat dikatakan bahwa posisi pasar Boeing terbilang aman di masing masing  kelas kapasitas dan juga untuk bersaing dengan rival baru nya ketika itu yang memiliki pesawat Airbus A-300, akan tetapi rival Boeing bukan hanya Airbus, ada juga Mcdonnell Douglas dengan DC-10 dan Lockheed L-1011 nya untuk pesawat berbadan lebar.
Saat Boeing meluncurkan B-747 100 pada tahun 1970 pabrikan Mcdonnell Douglas ketika itu melihat potensi pesawat dengan kapasitas diatas B-707 dan dibawah B-747 sehingga dapat beroperasi di bandara yang tidanya perlu menambah fasilitas seperti B-747 pada proses boarding dan deboarding nya serta mengisi gap dalam hal kapasitas antara B-707 dan B-747.
Maka lahir lah pesawat Mcdonnell Douglas DC-10 Â dengan kapasitas 250--380 pax dengan selang waktu tidak lama dari B-747 dan kemudian menyusul pabrikan Lockheed dengan L-1011 Tristar nya.
Kapasitas inilah yang tidak dimiliki Boeing atau dalam gap antara B-767 dan B-747 yang jika dalam kapasitas bisa dikatakan di kelas 250-366 pax.
Walau pihak Boeing sempat meluncurkan varian dari B-747 berupa B-747 SP untuk menyaingi kedua pesawat tersebut, namun usahanya kandas ketika maskapai PanAm yang menjadi pemesan terbanyak dari B-747 SP mengalami kebangkrutan.
Boeing kemudian menyiapkan konsep pesawat B-777 dengan awalnya bermesin tiga jet (trijet) namun konsep ini kandas juga karena penerapan EDTO (Extended Diversion Time Operations) yang kini menjadi ETOPS (Extended Range Twin-engine Operations).
ICAO mulai menerapkan 90 minute rule yang memperbolehkan pesawat penumpang dengan dua mesin untuk melakukan penerbangan lintas samudera Atlantik bila pesawat bisa terbang hanya dengan satu mesin selama 90 menit untuk mendarat di bandara alternatif.
Pihak Airbus melalui produknya A-300 menjadi pesawat pertama dengan dua mssin yang melakukan penerbangan lintas samudera atlantik dengan fitur ETOPS yang dimilikinya.