Para pelaku Industri aviasi terutama pabrikan pesawat telah banyak mengembangkan dan menerapkan teknologi pada pesawat untuk mendeteksi kejadian cuaca tersebut.
Pada pesawat terdapat apa yang disebut dengan "airborne wind shear detection and alert system" dimana radar cuaca pada pesawat mendeteksi adanya microburst melalui intensitas pergeseran tetesan hujan.
Kemudian itu menampilkannya di navigasi display pada instrumen elektronik di kokpit sehingga kru kokpit dapat mengetahui adanya wind shear yang vertikal dikawasan pada jalur penerbangan mereka.
Pada setiap bandara terdapat apa yang disebut dengan "Low Level Wind Shear Alert System" (LLWAS) berupa sensor yang biasanya terletak di dekat landasan pacu yang dapat mendeteksi adanya wind shear, microburst dan lainnyaÂ
Selain itu stasiun cuaca telah menjadi bagian dari bandara yang dapat memberikan informasi kepada kru kokpit mengenai keadaan cuaca pada setiap saat.
Informasi mencakup arah dan kecepatan angin, petir, jarak pandang dan lainnya yang diperlukan pada pengoperasian pesawat.
Kemudian untuk memandu pesawat di parkir stand tanpa kehadiran personnel darat, beberapa bandara didunia kini telah menerapan teknologi Automated Aircraft  Parking System.
Perubahan Iklim
Cuaca bukan satu satunya faktor yang dapat mengganggu operasional penerbangan, perubahan iklim juga menjadi perhatian bagi industri aviasi.
Salah satu contohnya adalah peningkatan permukaan air laut yang dapat mempengaruhi operasional bandara khususnya yang terletak di pinggir atau dekat dengan pantai.
Data dari Airports Council Internasional menunjukan setidaknya 25% dari 100 bandara tersibuk di dunia dibangun di permukaan kurang dari 10 meter dari permukaan laut yang berarti tidak jauh dari pantai.