Pada laporannya, pihak OAG sebagai penyedia data penerbangan menyebutkan bahwa jumlah angkut penumpang udara diIndonesia pada Desember 2022 berjalan mencapai 9.6 juta pax atau 69% dari jumlah pada tahun 2019 sedangkan dibandara Soetta sendiri sebanyak 2,157,518 pax.
Jika kita breakdown per harinya maka terdapat sekitar 71.917 kursi pada keberangkatan dan kedatangan baik domestik maupun internasional.
Data ini memang tidak memberikan data rinci penunpang internasionalnya akan tetapi jika kita melihat data dari Cirium yang mengindikasikan lebih banyak kapasitaa kursi domestik daripada internasional maka kita bisa sedikit mendapatkan gambaran akan trafik tersebut diatas.
Pada laporan tersebut juga menunjukan bahwa rute CGK --SIN menempati tempat ketiga sebagai rute tersibuk di Asia Tenggara selama bulan Desember dengan jumlah 281,492 pax, namun kita pastinya mengetahui benar bahwa bulan Desember adalah bulan dimana biasanya banyak WNI yang berlibur.
Sehingga dapat dikatakan konektivitas antar bangsa melalui udara antara seluruh bandara internasional di Indonesia dengan berbagai kota di dunia belum terlihat maksimal dan masih terfokus di bandara internasional yang merupakan hub maskapai.
Sedangkan jika kita berbicara tentang keinginan meningkatkan jumlah kunjungan turis mancanegara, bandara internasional adalah salah satu tempat untuk memulai perencanaan karena bandara internasional merupakan salah satu pintu masuk para turis mancanegara.
Kita sudah melihat bagaimana bandara internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi salah satu booster pertumbuhan pariwisata di Bali dimana lalu lintas turis Australia yang berkunjung menyumbangkan kapasitas kursi penerbangan Internasional di bandara DPS.
Dari data dan analisis baik dari Cirium maupun OAG menunjukan masih kurangnya konektivitas udara antara bandara bandara internasional kita dengan berbagai kota didunia, bandara bandara internasional kita perlu melakukan usaha usaha dalam meningkatkan koektivitas udara tersebut.
Apakah kita harus menempatkan atau berfokus pada pembangunan bandara internasional di destinasi destinasi wisata saja untuk meningkatkan jumlah turis mancanegara?
Bagaimana juga dengan Ibukota baru kelak dalam memperluas konektivitas udara dengan kota kota besar didunia mengingat lokasi IKN lebih mendekat ke negara negara di benua Asia dan bahkan kelak lebih mendekat ke daratan Amerika jika dibandingkan jaraknya dengan Jakarta.?
Ada baiknya kedepannya pembangunan bandara internasional di Indonesia perlu dilakukan studi lebih mendalam lagi, status urgen mungkin bisa menjadi salah satu faktornya namun pemanfaatannya juga harus juga menjadi pemkiran.