Pengembangan pesawat ini dimulai setidaknya sejak tahun 2015/2016 ketika Embraer memulai project E2 yaitu keluarga pesawat jet penumpang mereka, akan tetapi prospek pesawat penumpang bermesin turboprop dinilai tidak menjanjikan dimasa mendatang, dan sejak itu pula pengembangan berjalan lambat. Â
Dalam perjalanannya juga, Boeing dan Embraer sudah dalam tahap pembicaraan serius untuk mengembangkan pesawat penumpang bermesin turboprop akan tetapi sepertinya kini Embraer harus melanjutkan pengembangan pesawat ini sendiri.
Pesawat TPNG telah mengalami perubahan selama proses pengembangannya terutama pada desainnya seperti pada letak mesinnya sebelumnya di bawah sayap menjadi di belakang (ekor) perubahan ini justru membuat cabin pesawat menjadi lebih tidak berisik.
Mesin turbopopnya diyakini akan mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon dengan rencana konversi ke bahan bakar hidrogen, sedangkan badan pesawat menyerupai desain dasar dari pesawat keluarga E-jet E2 mereka.
Penggunaan hidrogen ini akan menyaingi pesawat ATR yang sudah dalam proses  demonstrasi penggunaan hidrogen dengan project ZEROe yang diprakasai oleh Airbus sebagai pemilik 50% saham ATR.
Proses pengembangan dan prospeknya
Pabrikan Embraer tengah merencanakan pembangunan kawasan pabrik untuk pesawat TPNG ini yang menurut beberapa sumber akan diputuskan pada akhir tahun 2022, selain itu juga pembicaraan dengan pabrikan mesin pesawat Prat & Whitney dan Rolls Royce.
Bagaimana potensi pasarnya ?
Pada pasar saat ini, pesawat untuk penerbangan regional (commuter) tersedia pesawat bermesin jet dan turboprop seperti Bombardier CRJ, Embraer E-jet E2, Bombardier Q400 dan ATR 42/72.
Penggunaan mesin jet sepertinya tidak memberikan manfaat ekonomi kepada maskapai sehingga pesawat dengan mesin turboprop lebih bisa bertahan seperti yang kita lihat pada ATR 42/72 dan Bombardier Q400.