Jika kita membandingkan besarnya emisi CO2 dikelas bisnis dengan aktivitas lainnya, hal ini berarti setiap satu penumpang dalam penerbangan selama 1 jam 20 menit akan sama sama menghasilkan 225.5 kg dengan perjalanan sejauh 1.338 km dengan kendaraan atau mobil.
Nah jika kita satu orang menghasilkan 90.4 kg dalam satu kali penerbangan (jika menggunakan perhitungan di ICAO) Â maka bagaimana jika jumlah penumpangnya 100 orang dan dengan jumlah penerbangan sebanyak 100 kali maka didapat angka 90.4kg x 100x 100 = 904,000 kg atau 904 ton.
Dengan menyadari dampak yang kita hasilkan tersebut maka kita bisa lebih menyadari betapa pentingnya penggunaan bahan bakar pesawat yang lebih ramah pada lingkungan dan yang tidak berkontribusi banyak pada pemanasan global melalui carbon footprint dalam penerbangan.
Pada akhirnya kita juga akan memahami dan mendukung segala bentuk usaha yang dilakukan oleh para stakeholder dari aviasi, lingkungan, perminyakan dan industri lainnya untuk mewujudkan harapan kita semua tersebut.
Salah satu dari usaha yang dilakukan untuk mewujudkan itu adalah dengan memulai mempromosikan penggunaan bahan bakar yang lebih ramah pada lingkungan dan menghilangkan jejak karbon secara bertahap, bahan bakar tersebut adalah Aviation Bio Fuel atau lebih dikenal dengan nama Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Bahan bakar ini merupakan percampuran bahan bahan dari tumbuhan serta hewan dengan minyak mentah yang merupakan bahan utama dari aviation fuel yang umum digunakan, komposisi nya dapat hingga 50-50 dan diyakini dapat mengurangi efek emisi katbondioksida hingga 80%.
Maskapai Virgin Atlantic milik Richard Brenson menjadi maskapai pertama didunia yang meggunakan aviation biofuel ketika Boeing B-747 mereka melakukan penerbangan uji coba dengan terbang dari London Gatwick LGW ke Amsterdam AMS dengan komposisi 80% Â aviation fuel dan 20% campuran minyak kelapa dan minyak babassu.
Pada perjalanannya Virgin Atlantic juga telah menggunakan biofuel dengan campuran gas hasil dari pengelolaan baja dan pada Virgin Australia menggunakan campuran alkohol.
Pada tahun 2011 komposisi campuran ditingkatkan hingga 50% dan mulai digunakan pada beberapa penerbangan komersial.
Selain minyak kelapa dan babassu, campuran SAF berasal dari tumbuhan lainnya yaitu alga, Camelina, gula, alkohol dan campuran lainnya yang berasal dari sisa olahan baik itu tumbuhan ataupun hewan, namun sepertinya bahan dari tumbuhan alga akan menjadi yang terpopuler .
Salah satu tandanya adalah ketika pada tahun 2008 beberapa pelaku industri aviasi mendirikan organisasi nirlaba bernama Algal Biomass Organization dengan tujuan mengembangkan komoditi yang berkeberlanjutan dengan menggunakan bahan dari tumbuhan alga dimana Boeing sempat menjadi salah satu pihak yang duduk sebagai pimpinan di organisasi tersebut.