“ Ojou sama ... !” sekelebat tubuh yang bergerak cepat dari belakangku membuat langkahku tertahan. Tangannya yang walaupun terlihat lembut, aku yakin akan terasa kasar kalau di sentuh karena berbagai macam latihan yang aku tidak ketahui.
“ Ada apa Tsugumi ? “ tanyaku sedikit kaget sambil melihat ke sekeliling.
Mendadak saja, sebuah peringatan alami karena sudah seumur hidupku aku habiskan di lingkungan berbahaya berbunyi. Di sepanjang jalan masuk sekolah telah berkumpul berbagai macam anak-anak bermuka seram yang kebanyakan dari mereka berpakaian hitam. Dengan berbagai macam senjata khas yanki yang mereka bawa, aku segera memasang kuda-kuda. Satpam sekolah kami yang sepertinya tidak biasa menghadapi situasai ini, terlihat cuma melihat-lihat dari posnya dengan sebuah wajah yang di penuhi keringat.
Namun, meski keadaan terlihat menegangkan, dapat di lihat dari berjalan cepatnya para murid ketika melewati pintu gerbang dengan muka yang tegang, tetap saja aku merasa janggal dengan apa yang akan mereka lakukan di depan sekolah kami. walaupun tawuran antar anak-anak nakal biasa terjadi, tapi itu biasanya hanya terjadi antar dua sekolah. Sementara itu yang aku lihat dari baju yang mereka pakai, mereka berasal dari berbagai macam sekolah yang berbeda. Apalagi gaya mereka yang terlihat santai, membuat mereka terlihat seperti sedang berdarmawasita ke sekolah kami.
“Tsugumi, apa yang harus kita lakukan...?” aku bertanya kepada Tsugumi setelah menurunkan kepalan tanganku walaupun mataku tetap bersikap waspada.
“Anda masuk duluan ojou-sama, biar saya bertanya dulu kepada mereka apa yang mereka lakukan di sini ...” kata Tsugumi memegang tanganku dan berjalan pelan masuk ke dalam sekolah di iringi beberapa pasang mata dari mereka.
Merasa Tsugumi bisa dengan mudah menghancurkan mereka semua kalau terjadi perkelahian, mengingat reputasi Tsugumi selama ini, Tanpa pikir panjang aku bergegas cepat dengan sedikit berlari menuju gedung sekolah setelah menitipkan pesan kepada Tsugumi.
“Jangan lama-lama dan beritahu aku nanti apa yang membuat mereka datang ke sekolah ini”
Tsugumi mengangguk sambil bergerak menuju kumpulan prema-preman sekolah tersebut.
“ Raku sama aku takut ....” sebuah pemandangan tidak mengenakkan menyambut kedatanganku ketika tanganku baru saja membuka pintu kelas. Hal yang membuatku darahku makin memuncak adalah kenapa si kecambah sialan ini bersikap biasa saja. Cemburu?, tidak, aku tidak cemburu, aku hanya sedikit merasa risih melihat seseorang yang bukan siapa-siapa bersikap terlalu mesra dengan “pacar”ku.
“Darling, apa yang sedang terjadi....?”tanyaku tenang sambil meletakkan tasku di atas meja dan duduk di kursi bersikap layaknya seorang putri. Ah..., tentu saja itu aku lakukan setelah menendang marika yang sedang memeluk Raku dan menancapkan kepalanya kelantai.