Namun, yang jadi komentar teman- teman pendaki, pengalaman pendaki berkunjung kepandayan banyak yang mengeluhkan terlalu banyak punghutan liar, baik itu dari masyarakatnya maupun dari manajemen pengelola papandayan itu tersebut.
Dampak sosial dari mahalnya tiket masuk yang berujung menurunya jumlah pendaki, karna pendaki lebih memlih gunung-gunung yang lebih masuk akal lagi biaya tiket masuknya, seperti perbandingan tiket masuk gunung Cikurai dan Gunung Guntur yang masih di Daerah Garut yaitu 15 ribu perorang, dan imbas dari hal tersebut.
Gunung Papandayan dicap oleh berbagai kalangan pendaki dengan istilah gunung artis, dalam istilah para pendaki, gunung yang sudah komersil, serta terlalu banyak pungutan yang sebenarnya pengelola bisa mengatur kebijkan untuk tidak merepotkan wisatawan / para pendaki
Namun semakin meningkatnya pendakian, nyatanya tidak diimbangi dengan kesadaran lingkungan pendaki itu tersebut, dan peran pengelola pun berperan lebih untuk mengingatkan para pendakiseperti, pendaki agar membawa turun sampah bawaanya, adapun dampak negative yang muncul yang diakibatkan banyaknya pendak (wisatawan) yang datang seperti
Sampah yang menggunung
Fakta yang sudah terlihat jelas akibat banyak orang yang mendaki tanpa adanya kesadaran akan kelestarian alam adalah menggunungnya sampah di gunung, ditemukan sampah hampur di semua gunung, sampah berserakan yang sengaja ditinggalkan oleh pendaki 'nakal'. Meski pada akhirnya akan dipungut oleh para relawan pecinta alam, jelas sekalin sampah akan berakibat pada rusaknya lingkungan.
Lingkungan rusak oleh pendaki vandalisme
Kenapa disebut pendaki vandalisme ? Dikarnakan pendaki tipe ini adalah pendaki yang gemar melakukan coret coret dialam seperti batu, pohon, papan informasi pendakian dll, yang berimbas kepada kelestarian lingkungan
Perilaku hewan berubah
Hewan dialam bebas sebenernya takut jika bertemu manusia,Seiring dengan meningkatnya aktivitas pendakian di gunung,serta meningkatnya interaksi anatra pendaki denga hewan, dan serta meningkatnya sampah di gunuung. Namun, hal tersebut juga dapat mengubah perilaku dan pola hidup hewan.
Pengeloa bukan hanya mengejar keuntungan semata, tapi lebih memperdulikan aspek lingkungan, agar terciptanya pariwisata yang bertangjung jawab dan berkelanjutan