Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Apa Menonton Video?

5 Oktober 2024   12:41 Diperbarui: 5 Oktober 2024   12:46 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mata untuk melihat. Namun ada orang yang tidak dapat melihat dengan hati. Walau berbagai macam peristiwa kehidupan yang dilihat atau ditonton, merepresentasikan kehidupannya sendiri atau orang lain. 


Istilah film atau video saat ini, perbedaannya tipis. Apalagi alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil gambar bergerak atau diam. Tidak perlu ukuran besar, memakai banyak alat tambahan yang merepotkan.  Seperti pemutar, penambah suara dan pengedit film atau video. 

Istilah film dulu lebih menunjukkan pada gambar bergerak untuk ukuran besar, yang diputar di gedung bioskop atau layar lebar. Entah dalam gedung atau luar gedung. 

Sedangkan video, ukuran lebih kecil. Dapat ditonton lewat alat komunikasi modern saat ini bernama handphone. Tidak hanya untuk telpon atau mengirim pesan tulisan dan gambar. Tetapi sudah multi fungsi

Handphone dapat menjadi alat untuk mengembangkan kreativitas, seperti membuat video. Atau sarana hiburan semata dengan menikmati berbagai konten yang tersedia diberbagai platform media sosial yang ada di internet.

(foto:Pixabay)
(foto:Pixabay)

Dengan handphone anda mudah untuk menikmati aneka video. Namun seberapa peka kemampuan anda dalam mengkritisi setiap video yang anda tonton. Termasuk bagaimana seseorang menyadari, kehidupan itu bukan sekadar tontonan atau seperti film.

Contoh, video drama Korea atau Tiongkok. Tidak salah, video sebagai sarana hiburan, menawarkan mimpi dan harapan. Sebagai alat atau sarana melepas kepenatan setelah lelah bekerja sehari-hari. 

Bahkan terkadang tidak masuk akal, sebagaimana sinetron yang tayang di televisi. Glamor, cara mengatasi solusi masalah cenderung tidak masuk akal. Apakah ini menunjukkan rendahnya kemampuan sutradara yang hanya mengandalkan kecantikan dan ketampanan  ? Agar mendapat jumlah penonton banyak termasuk mengejar rating.

(foto:harian singgalang)
(foto:harian singgalang)

Demikian halnya video atau film drakor atau drakok (drama Tiongkok), jika cermat mengamati alur cerita, semua hampir sama. Tetapi mengapa anda merasa tidak bosan untuk melihatnya. 

Apakah karena pemerannya cantik dan tampan adalah jawaban yang masuk akal. Sehingga mengesampingkan tidak logisnya dari isi atau alur cerita sebuah tontonan video bergenre drama cinta.

Kemujuran selalu berpihak pada orang baik dan rendah hati di cerita video tersebut. Walau sejatinya tidak demikian halnya di kehidupan sehari-hari. Mereka yang sederhana karena kejujuran dan hidup apa adanya, kadang malah kurang beruntung. Baik secara ekonomi atau strata sosial lainnya. Seperti pangkat dan jabatan. 

Dalam video drama Korea atau Tiongkok jika melihat kritis. Pada mulanya dibuka dengan pemeran utama, memiliki kehidupan dalam kondisi kurang beruntung. Baik itu tokoh pria atau wanita. 

(foto: CNBC Indonesia)
(foto: CNBC Indonesia)

Digambarkan sederhana, serba kekurangan bahkan miskin. Jikalau pun mendapat peran sebagai orang kaya. Tetap berpura-pura miskin dan kekurangan. Pekerja keras di lapangan bukan kantoran yang sejuk oleh alat pendingin ruangan. 

Tujuannya tergantung sutradara. Penyamaran guna memperoleh pasangan hidup yang ideal bagi tokoh utama. Dengan menghadirkan lawan jenis yang hidupnya tidak materialistis namun menghargai semua orang apa dan bagaimana status sosialnya. 

Atau sutradara memberi peran pada tokoh utama yang kaya raya tapi menyamar sebagai orang sederhana. Terkesan polos, lugu dan jujur. Guna memperoleh gambaran nyata tentang kinerja karyawan di perusahaan miliknya.

Salah satu hal menarik, membuat penonton gregetan dimana tokoh utama selalu mendapat penghinaan terus menerus. Tidak segera menunjukkan power atau kekuatan dan kekuasaannya. 

(foto:Pixabay)
(foto:Pixabay)

Inilah kelebihan kemampuan seorang sutradara dalam mengatur alur atau  tempo cerita. Perhatikan, lebih dari setengah masa durasi film atau video. Isinya tentang penghinaan, bully, penindasan, perlakuan tidak menyenangkan dan buruk menimpa  tokoh utama. Namun di bagian akhir, tidak jarang ada kejutan yang merubah nasib tokoh utama.

Maka video atau film di internet atau diputar di televisi, semestinya dapat mengajarkan anda untuk hidup lebih baik. Dengan bersikap rendah hati, tidak suka pamer, menonjolkan kekuasaan, memanfaatkan nepotisme untuk meraih kesuksesan. Tetapi berusaha dengan kerja keras pikiran,  tangan dan kaki sendiri.Mereka yang tertawa terakhir adalah mereka yang menang. 

Aneka macam video dengan berbagai macam genre, mestinya sanggup membawa anda untuk memahami dan mengerti setiap pesan yang disampaikan. Termasuk tentang waktu. Waktu itu tidak hanya penting tetapi juga berharga. 

Saat ini anda mudah mengulang film atau video yang kurang jelas alur cerita, narasi atau dialog antar pemain. Termasuk mempercepat jalannya cerita video. Namun kehidupan tetap tidak mungkin dipercepat durasinya walau anda sudah ngebut atau menekan gas dalam-dalam kendaraan anda.

Usai melihat video anda harus kembali hadapi kenyataan. Menemui dunia di depan matanya. Bukan dunia dalam imajinasi, angan-angan pikiran yang anda buat sendiri.

(foto; Theresia Watik)
(foto; Theresia Watik)

Bersanding dengan realita kehidupan sehari-hari, itu kewajaran sekaligus kewajiban yang tidak dapat ditolak. Kenyataan hidup kadang menggembirakan dan adakalanya menyedihkan. Sebagaimana video yang anda tonton.

Maka tidak salah, jika ada pekerja seni khususnya pencinta film atau sutradara, mengangkat kisah kehidupan nyata seseorang yang fenomenal dalam kehidupan. Menginspirasi dan memberi faedah bagi sesama, langsung atau tidak langsung. Lewat gagasan-gagasan atau tindakan di masyarakat.

Kemudian menjadikan sebuah karya film atau video yang dapat ditonton dilayar lebar atau layar handphone. Dengan harapan, mereka yang melihat dapat mengambil hikmah dari kisah hidup sosok itu. Sebut saja ada nama Gandhi dan Romo Mangun.

Tujuannya tidak lain sebagai sarana refleksi, mengenang perjalanan hidup sang tokoh, belajar tentang nilai-nilai yang diajarkan, prinsip hidup, kepedulian, sumbangan hidup terhadap kehidupan itu sendiri. Baik untuk sesama manusia, negara dan alam. 

Tetapi jangan lupa video atau film tertentu uang ditonton berulang-ulang. Apalagi alurnya sama terus menerus. Hati-hati, video jenis ini dapat menjadi semacam virus yang meracuni pola dan jalan pemikiran anda dalam memandang dan menyikapi realita. 

Mahatma Gandhi (foto: Pixabay)
Mahatma Gandhi (foto: Pixabay)

Paparan video atau film menciptakan kebiasaan dan budaya baru. Simak iklan sebuah produk, yang dibuat klip pendek, berdurasi sekitar satu menit. Ampuh merubah atau membuat gaya hidup baru masyarakat. Sebab di putar atau tayang dan ditonton berulang-ulang.

Oleh karena itu hati-hati dengan produk video atau film yang berusaha menciptakan budaya baru. Namun tidak sesuai dengan budaya, nilai dan kepribadian bangsa Indonesia. 

Sebagai manusia yang hidup di era globalisasi, tidak mungkin mengurung diri. Melakukan proteksi atas pengaruh global dengan cara menutup diri karena itu merupakan langkah bodoh dan sia-sia. 

Agar tetap menjadi sosok yang berkepribadian, seorang harus memiliki dasar yang kuat dalam etika dan moral, serta ilmu pengetahuan. Bangsa Indonesia sebenarnya sudah mengatur dengan jelas bahwa Pancasila bukan hanya sebagai sebagai ideologi bangsa dan negara. Tetapi juga mengandung dasar kebijakan serta kebijaksanaan sebagai umat manusia.

(foto: Gramedia)
(foto: Gramedia)

Guna menjadi warga yang tangguh, tidak mudah terkesima dan mudah terpengaruh dengan hal baru atau diluar nilai-nilai moral serta kemanusiaan. Ada baiknya anda memiliki sikap dalam menghadapi berbagai gempuran budaya asing. 

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki dasar Pancasila dengan lima sila. Dimana nilainya sangat universal. Sila pertama tentang ketuhanan yang maha esa, mengakui bahwa Tuhan itu satu dan esa.

Sebagai warga NKRI memiliki dasar nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Tidak hanya untuk sesama anak bangsa tetapi juga untuk anak bumi dan dunia. Jika ingat pelajaran di sekolah tentu masih ingat bagaimana NKRI memiliki kewajiban untuk menjaga ketertiban dunia. 

Nilai persatuan Indonesia adalah keragaman yang dimiliki tetapi tetap satu. Bahkan jika ada upaya memecah belah baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi dari unsur internal atau eksternal. Contoh, warga netizen dengan kode +62 akan bersatu jika kewibawaan dan kehormatan negeri ini diusik.

Demikian halnya dengan nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dan kebijaksanaan semestinya menjadi ukuran para wakil rakyat dan para kepala daerah serta institusi.

(foto; kumparan)
(foto; kumparan)

Andai ada sutradara atau pekerja seni yang dapat menjabarkan nilai-nilai dari sila keempat ini.  Lewat video atau film yang menarik, apakah berdasar kisah nyata atau fiksi. Tentu akan menjadi nilai plus tersendiri dalam upaya jaga dan bela negara.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sila kelima dari Pancasila saat ini banyak mendapat sorotan. Sebab rasa keadilan, seolah jauh dari keinginan serta harapan untuk warga yang sudah merdeka dan berdaulat.

Tanpa bermaksud berlebihan dan ikut-ikutan menjadi hakim. Film atau video yang  berjudul Vina: Sebelum 7 Hari. Seolah  membukakan mata semua orang bahwa ada pelanggaran dan rekayasa, oleh pihak-pihak terkait.

Seperti ada upaya menutupi kebenaran serta keadilan dalam kasus tersebut. Apakah ini cermin semakin jauhnya rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia ?

(foto/ilustrasi: detik.com)
(foto/ilustrasi: detik.com)

Jika video Vina: Sebelum 7 Hari bermuatan ideologi Pancasila dan politis. Tanpa sentuhan rasa humanisme, maka mungkin film akan kurang menarik untuk ditonton. Berbeda jika lebih menonjolkan pada unsur kemanusiaan seperti moral dan keadaban, serta keadilan. Seperti di video ini, dimana sebagian nilai Pancasila telah dilanggar.

Produk film atau video apapun produk dari anak-anak negeri yang berkualitas. Bagi mereka yang haus akan kualitas. Ditunggu. Tidak hanya mengejar rating atau viewer, sekaligus sebagai penyeimbang bagi penonton yang alur ceritanya begitu-begitu saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun