Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

No Money, No Honey

28 September 2024   12:52 Diperbarui: 28 September 2024   12:52 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sifat seseorang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Demikian pula wanita atau perempuan, memiliki kepribadian serta sifat yang berbeda diantara mereka. Termasuk cara pandang atau menghadapi masalah. Bagaimana harus menyikapi kondisi saat ini dan yang akan datang. 

Pendidikan dan wawasan luas ikut menyumbang kedewasaan atau kematangan seseorang, disamping pengalaman. Tidak pandang bulu, apakah itu perempuan atau pria. 

Ada yang ingin belajar namun tidak sedikit yang mudah menyerah saat menerima tantangan atau hal baru. Termasuk sebagai penjual di pasar tradisional atau mall. Tengok, jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan pria.

Maka jangan merasa aneh jika perputaran uang banyak ada di tangan perempuan daripada pria. Lihat, keterlibatan perempuan pada usaha perdagangan di pasar apapun itu jenisnya. Tradisional atau pasar modern, tidak sedikit menduduki posisi penting bukan hanya sebagai sales promotion atau "pajangan" yang berdiri sekian jam dengan mengandalkan kecantikan dan ketampanan.

Walau ada pria atau laki-laki ikut terlibat dalam perputaran ekonomi di pasar tradisional. Tapi ini sekaligus menunjukkan dan membuktikan bawa perempuan itu mahkluk yang tangguh dalam upaya untuk bertahan hidup. 

(foto:beautynesia)
(foto:beautynesia)

Tidak hanya di saat muda tetapi juga ketika usia senja mereka masih sibuk bertahan. Tidak mau berpangku tangan, menyerah pada nasib dan kerasnya persaingan kehidupan. Sering-sering blusukan ke pasar tradisional. 

Generasi milenial, Z dan generasi post Z ada baiknya anda melakukan itu karena dari tempat ini anda dapat belajar. Salah satunya tentang kerendahan hati, saling mengormati, pentingnya komunikasi dari muka ke muka. Dimana dapat menumbuhkan sifat saling menghargai satu sama lainnya. Lewat tatapan mata dan langsung bicara dengan gaya santun.

Hidup bukan transaksional. Apa yang sudah dibeli, dibayar atau didapatkan dengan uang atau money. Anda tidak dapat lepas tanggung jawab begitu saja, terhadap apa yang dikonsumsi. Tidak hanya berupa makanan. Tetapi juga pelayanan atau jasa.

Demikian halnya anda tidak boleh semena-mena terhadap orang lain walau pekerjaannya hanya sebagai office boy atau penjaga pintu hotel, bank atau kantor. Karena anda merasa berkuasa dengan dan lewat uang atau money yang anda miliki. 

Kekayaan atau money tidak akan berkurang jumlahnya jika anda dapat bersikap ramah atau manis, sambil mengucapkan "Terima kasih". Jika anda berpikir uang adalah segalanya maka siap-siap, uang akan mengkhianati anda.

(foto:kabarbintang)
(foto:kabarbintang)

Saat anda benar-benar merasa tidak punya uang, jatuh miskin. Hal itu terasa menyakitkan. Namun bagi anda yang mulanya selalu menempatkan uang bukan segalanya. Saat menjadi miskin, anda dapat memaknai sebagai sesuatu yang bukan akhir kehidupan. Dengan kekurangan, kemiskinan, anda masih merasa memiliki hak untuk gembira dan bahagia.

Melihat drama Korea, drama Tiongkok atau sinetron Indonesia yang tayang di televisi. Alur ceritanya kurang lebih sama. No money, no honey. Pria miskin sulit untuk mendapatkan kekasih atau pasangan. Sementara perempuan miskin kerap dipandang rendah oleh pria dan sesama jenisnya, yang lebih beruntung secara ekonomis karena memiliki uang atau money lebih.

Keajaiban atau keberuntungan yang dapat merubah status mereka. Namun sayang, kehidupan nyata jarang memberikan keajaiban atau keberuntungan secara tiba-tiba kepada seseorang. Kecuali di drama Korea atau drama Tiongkok. 

(foto: kumparan)
(foto: kumparan)

Guna mendapatkan money atau uang, mereka perlu kerja. Namun apa jadinya jika lapangan dan peluang kerja sulit didapatkan. Apalagi jika situasi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja.

Beberapa kali krisis ekonomi melanda berbagai negara mengakibatkan pertumbuhan pengangguran meningkat. Tidak sedikit pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja. Tidak heran jika pernah terlihat antrean panjang orang untuk mendapatkan makanan gratis. Di negara seperti Amerika dan sebagian lagi di Eropa.

Saat resesi, saat itu muncul istilah no money, no honey. Sekali lagi guna menunjukkan tidak ada uang maka tidak ada kekasih atau tidak ada "cinta".

Perempuan dinilai seolah-olah materialistik. Salah satu alasannya karena perempuan sulit memperoleh pekerjaan. Tidak mudah bersaing dengan kaum laki-laki atau pria dalam mendapatkan jenis pekerjaan tertentu. Sehingga perempuan berusaha memindahkan kebutuhannya ke pria atau laki-laki.

(foto: depo photos)
(foto: depo photos)

Maka no money, no honey adalah salah satu cara untuk bertahan hidup, yang diterapkan sebagian perempuan Karena posisinya lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi kondisi perekonomian global atau regional saat itu.

Apakah salah atau tidak jika beban kebutuhan dipindahkan ke pria atau laki-laki ? Dengan harapan mereka dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Maaf pria miskin silahkan menyingkir. No money, no honey.

Apakah semua perempuan seperti itu saat ini ? Tidak ada uang maka minggir. Kata lainnya, ada uang abang aku sayang. Tidak ada uang abang aku tendang. Tidak ada tempat bagi laki-laki miskin untuk memperoleh hati atau cinta seorang perempuan.

Jangan cepat marah bilamana saya menyimpulkan seperti ini. No money no honey. Alasannya, kehidupan semakin modern dan maju mendorong seseorang ingin lebih cepat dalam memperoleh sesuatu atau instan. Melupakan proses sebagai hal yang tidak dapat ditawar demi kematangan hidup seseorang. Baik itu perempuan atau pria. 

Namun jangan lupa masih ada perempuan yang gigih berusaha membantu pasangan dan menghidupi keluarga karena situasi serta kondisi tertentu. Suami sakit, contohnya. No money, no honey tidak berlaku 

(foto: warta ekonomi)
(foto: warta ekonomi)

Jumlah manusia semakin bertambah sementara lapangan pekerjaan tidak selalu bertambah. Menjadikan persaingan untuk mempertahankan hidup lebih sulit. Salahkah ketika sebagian perempuan mengambil sikap hidup materialistis. Hanya memburu uang atau money untuk mengamankan hidupnya.

Segala sesuatu mesti ada unsur uang sebagai jaminan agar dirinya merasa terlepas dari persoalan-persoalan hidup. Maka tidak salah dan tidak sedikit perempuan memilih serta memilah pasangan hidupnya dari sisi materi, money atau kekayaan. 

Saat mencari pacar atau kekasih sama juga. Berkantong tebal di dompet atau rekening tabungan. Sebab uang atau money dianggap sebagai salah satu alat ukur untuk hidup bahagia.

(foto: CNN Indonesia)
(foto: CNN Indonesia)

Ditambah membanjirnya konten film drama Korea dan Tiongkok di media sosial. Hati-hati hal ini dapat merubah karakter seseorang atau secara tidak langsung membangun karakter  kurang baik. Sebab pandangan no money, no honey sangat kuat pada alur ceritanya.

Walau awalnya menonjolkan kemalangan salah satu pemerannya. Apakah itu , perempuan atau pria yang diskenario miskin mendapat perlakuan tidak adil, posisi lemah, tidak berdaya. Menjadi seolah pihak yang paling malang dan menderita karena no money. Tanpa jabatan dan kekuasaan.

Namun saat nasibnya berubah seratus delapan puluh derajat. Semua mata memandang, menghormati, memuji-muji bahkan berusaha dekat dengannya karena ada money, kekuasaan dan jabatan. 

Drama ini sekedar hiburan untuk menyalurkan mimpi yang tidak dan belum tercapai atau merupakan usaha menciptakan karakter buruk pada seseorang. Khususnya perempuan, menjadi materialistis. Walau pria juga memiliki potensi sama. 

(foto:detik)
(foto:detik)

No money, no honey. Ijinkan saya mengartikan secara vulgar. Tidak ada uang maka tidak ada perempuan. Begitu menyakitkan namun bukankah lebih menyakitkan jika seorang pria memiliki uang tetapi tidak memiliki perempuan atau kekasih. Untuk apa semua uang itu ?

Bagi pasangan yang sudah menikah, tidak sedikit pria memasrahkan seluruh pendapatan ke istri untuk dikelola guna memenuhi kebutuhan keluarga. Maka tidak jarang konflik rumah tangga muncul berawal dari masalah ekonomi. Bilamana kebutuhan uang atau money tidak tercukupi.

Tidak sepenuhnya salah jika pria dan perempuan sebelum melakukan ikatan resmi sebagai suami istri. Mereka mencoba mengenal satu sama lain , mengetahui bibit,   bobot dan bebet dengan cara berpacaran. 

(foto: mediabogor)
(foto: mediabogor)

Salah satu cara dengan mengintip seberapa tebal isi dompet kekasih atau pasangan. Lewat makan bersama di tempat makan mahal atau murah. Membeli barang-barang bermerek atau yang biasa-biasa saja.

Jika ternyata kekasih tidak seperti di film drama Korea dan Tiongkok. Maka tinggalkan No money, no honey. Namun jika ingin berjuang bersama demi kebahagiaan bersama demi cinta. Love bukan honey. Sepertinya patut dipertimbangkan kelanjutan cerita cintanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun