Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Money, Cafe dan Coffee

25 September 2024   04:04 Diperbarui: 26 September 2024   20:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah persaingan tidak sehat, mengingatkan bahwa manusia itu serigala bagi manusia yang lain. Homo homini lupus. Tidak kenal lagi etika, yang penting adalah money. Masa bodoh dengan kepentingan dan keselamatan orang lain ?

Depan cafe, muncul street coffee, (foto;koin)
Depan cafe, muncul street coffee, (foto;koin)

Di Jogja, gambaran tentang persaingan tidak sehat terlihat jelas dengan aksi saling sikut antar cafe kopi dengan lapak-lapak kopi. 

Kemudian menjadi trend saat ini dengan sebutan street coffee. Jalan di kawasan Kotabaru Yogya tergolong tidak begitu ramai oleh lalu lalang kendaraan. Sebab jaraknya pendek-pendek, menjadi semacam pemisah bangunan rumah atau kantor. 

Mulanya cuma ada satu street coffee, kini sudah ada lima lapak  di kawasan yang sama. Padahal jauh sebelumnya sudah ada beberapa cafe kopi di kawasan Kotabaru Yogya.

(foto:bisnis.com)
(foto:bisnis.com)

Kemana identitas keistimewaan Yogyakarta ? Pernah menyandang sebagai kota pendidikan, lama-kelamaan luntur oleh nafsu mengejar uang atau money dengan kulineran dan mengorbankan etika berjualan.

Mencari penghasilan, menjadi kaya itu tidak salah. Namun mestinya didasari oleh etika. Yogya semestinya menjadi tempat untuk menggodok mental dan kepribadian seseorang untuk arif, bijaksana, berwawasan dan berpengetahuan luas. Sehingga saat mengambil  keputusan mempertimbangkan banyak aspek.

Tetapi bagaimana saat jalan-jalan pagi. Melihat beberapa gelas plastik. Bekas kopi dan beberapa tumpahan kopi yang mengotori kursi taman, trotoar dan tempat publik lainnya.

Apakah kopi atau coffee harus selalu menawarkan kepahitan hidup. Termasuk pahitnya melihat sebagian orang yang tidak memiliki etika. Melihat orang lain meninggalkan kotoran berupa gelas plastik atau kertas. Bekas coffee di kursi, trotoar dan tanaman 

Termasuk penjual yang terbiasa membuang sisa teh dan kopi ke jalan, milik pejalan kaki. Sehingga menimbulkan aroma tidak sedap, setiap kali melewati trotoar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun