Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Akrobatik Money?

10 September 2024   07:53 Diperbarui: 13 September 2024   07:30 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saran atau usulan, lewat tip-tip bagaimana mengelola uang dalam rumah tangga, tidak selamanya dapat dilaksanakan atau dipraktikkan dengan baik. 

Banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satunya income atau pendapatan yang tidak sebanding dengan kebutuhan.

Ingat kebutuhan tidak selamanya dapat disamakan dengan pengeluaran. Sebab kebutuhan itu tergolong sebagai sesuatu yang mendesak dan harus terpenuhi dari waktu ke waktu. Seperti biaya makan, transportasi, pendidikan, kesehatan atau asuransi.

Sementara pengeluaran, tidak jarang berdasar pada keinginan atau nafsu belanja barang dan jasa tertentu. Sifatnya tidak mendesak, tergantung kemampuan tiap individu mengontrolnya.

Namun bagaimana jika pengeluaran tersebut menjadi kebutuhan mendadak? Di luar perhitungan atau perencanaan manajemen keuangan tiap bulannya. Apalagi jika pendapatan tergolong pas-pasan, bahkan jauh dari kata cukup. 

(Foto:ko in)
(Foto:ko in)

Orang leluasa menggunakan atau membelanjakan uang jika kebutuhan primer tercukupi. Tergantung dari individu yang menyikapi uang yang dimiliki. Untuk apa, kapan, di mana, mengapa dan bilamana memanfaatkan alat tukar barang dan jasa bernama money.

Banyak saran dari berbagai lembaga keuangan, besar atau kecil seperti bank umum atau bank perkreditan rakyat. Asuransi, ahli ekonomi dan perbankan serta jasa keuangan lainnya tentang bagaimana semestinya mengatur uang yang didapat dengan yang keluar. 

Termasuk tip-tip yang banyak ditemukan di internet lewat sajian tulisan menarik atau biasa-biasa saja. Bahkan tidak jarang berisi pengulangan atau copy paste tulisan dari satu sumber dan beberapa sumber.

(foto: tribun news)
(foto: tribun news)

Maka mohon maaf jika tulisan ini tidak menawarkan tip-tip bagaimana mengelola keuangan. Sebab tidak sedikit orang yang sudah menulis bermacam-macam tip keuangan. Jangan lupa tidak sedikit orang masih perlu memenuhi kebutuhan primer, seperti makan tiga kali sehari.

Tidak salah melakukan pemetaan pendapatan dan pengeluaran. Namun jika kebutuhan atau pengeluaran tetap lebih besar dari pendapatan atau pemasukan. Bukankah keluarga atau individu ini tetap melakukan aksi akrobatik dalam hal keuangannya?

Sekali lagi maafkan saya tidak memberikan tip bagaimana semestinya mengelola money atau uang yang baik dan benar. Tawaran sudah banyak disodorkan lewat tulisan di dunia maya atau internet. 

Tinggal pilih. Saya tidak ingin menggarami lautan yang sudah asin, lewat tulisan sederhana ini. Sudah banyak tip dan trik bagaimana kendalikan diri mencegah nafsu konsumerisme, oleh para ahli di bidangnya. 

(foto: Tribun Jabar)
(foto: Tribun Jabar)

Saya hanya dapat bertanya, apakah pendapatan anda jauh lebih kecil dari kebutuhan atau pengeluaran? Apakah pendapatan anda yang dihasilkan tidak tetap tiap bulannya? Apakah pendapatan anda yang diterima secara harian atau mingguan? Tentu jumlahnya tidak selalu sama jika dijumlahkan dalam hitungan mingguan atau bulanan.

Jika jawabannya "Ya..." Anda termasuk "pemain akrobat" money atau uang. Pemain yang dituntut mampu mengelola money dalam waktu singkat. Orang yang dapat menggunakan uang lewat skala prioritas. Tanpa harus digurui oleh ahli keuangan, perbankan atau ahli ekonomi. Tetapi oleh guru bijak bernama alam dan pengalaman termasuk situasi dan kondisi.

Atau diajarkan oleh mimpi dan aneka tawaran tentang bagaimana mengelola uang dari para ahli keuangan. Tentang yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tanpa memperhatikan kondisi ekonomi yang sebagian besar ditanggung rakyat Indonesia.

Tidak sedikit orang memaksakan ide, pemikiran serta kehendak lewat sudut pandang sendiri, yang dibumbui dengan beraneka data. 

(grafis ;data Indonesia)
(grafis ;data Indonesia)

Sebagai gambaran, tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat sebesar 9,57% pada tahun 2022. Persentase tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kemiskinan terendah keempat di Asia Tenggara.

Sementara menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Garis kemiskinan pada bulan Maret 2024 tercatat sebesar Rp 582.932 per kapita per bulan. Dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 433.907 (74,44%) sementara garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 149.026 (25,56%).

Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). 

Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. 

GKM adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Sementara GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. 

(grafis: Okezone)
(grafis: Okezone)

Menurut BPS penduduk tergolong miskin jika pengeluarannya tergolong kurang dari Rp 535,547 per bulan. Apakah anda salah satunya? Apakah anda orang yang pandai mengelola uang atau malah sebenarnya anda pelit. "Ups, maaf..."

Beberapa pemerhati masalah kesejahteraan sosial, beranggapan semestinya pemerintah melakukan kajian garis kemiskinan secara berkala. Agar Indonesia dapat naik kelas dari negara miskin , ke negara dengan berpendapat menengah atas.

BPS mencatat pada semester pertama 2024 garis kemiskinan di Indonesia sebesar Rp 601,871 perbulan. Sementara jumlah penduduk miskin di Indonesia Maret 2024 adalah 25,22 juta orang, dengan persentase kemiskinan sebesar 9,03 persen. Angka ini turun 0,68 juta orang dari Maret 2023 dan 1,14 juta orang dari September 2022.

Penilaian miskin jika pengeluaran perkapita perbulannya ada dibatas kurang dari kurang dari Rp 535,547 atau Rp 17. 851 per hari. Mungkin sulit untuk menemukan tetapi itu ada.

(foto:ko in)
(foto:ko in)

Untuk makan satu kali makan dalam satu hari, seseorang setidaknya membutuhkan uang antara Rp 10.000 sampai Rp 15.000. Tidak dipungkiri ada yang dengan uang Rp 8.000 mendapatkan seporsi makanan.

Belum lagi kebutuhan non makanan, jumlahnya tentu di atas garis kemiskinan yang ditentukan oleh lembaga pemerintah dalam hal ini BPS.

Pada nyatanya tidak sedikit orang harus bertahan dengan uang Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per bulan untuk makan tiga orang. Terdiri dari dua orang dewasa dan satu anak. Belum termasuk GKNM seperti pengeluaran biaya pendidikan, kesehatan, transportasi dan iuran tidak terduga lain.

(foto: wikimedia.org)
(foto: wikimedia.org)

Bayangkan sampai dimana arti uang , jika sebagian penduduk miskin di negara ini harus berakrobat dengan penghasilan money atau uangnya. Harus bertahan dalam kesulitan yang menghimpit mereka.

Cukup, tip-tip atau saran kepada penduduk yang masuk dalam masalah kemiskinan. Sebab yang mereka butuhkan adalah kepedulian dari anda, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemerintah.

Mereka perlu solusi tidak semata-mata uang. Guna menutup kebutuhan makan dan non makanan. Dari jenis pekerjaan yang lebih layak dengan upah memadai. Harga pokok makanan murah agar mereka memiliki daya beli. 

Tapi yang jelas mereka tidak membutuhkan omongan yang berbusa-busa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun