Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiba-Tiba Teringat Helloween di Bulan Februari

10 Februari 2023   20:49 Diperbarui: 10 Februari 2023   20:53 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gipsy Wagon di tengah sawah (foto: ko in)

Sore itu, Kompasiana Jogja melangsungkan event kjog saat akhir pekan di La Li Sa Farmers Village, resto yang menyediakan beberapa menu pilihan dari masakan lokal seperti sayur lompong dan genjer serta masakan western. Tawaran yang komplit, tidak hanya memanjakan lidah dan perut tetapi juga mata dengan pemandangan pedesaannya.

Gipsy Wagon di tengah sawah (foto: ko in)
Gipsy Wagon di tengah sawah (foto: ko in)

Belum lagi berbagai replika atau bangunan tiruan kas Eropa  seperti Gipsy Wagon yang ada di tengah pematang sawah. Dapat dipergunakan sebagai tempat ngobrol bersama keluarga atau sahabat dekat dan teman istimewa, sekaligus menikmati menu pesanan dengan aneka pilihan. 

Makan di Gipsy Wagon, kereta milik orang Gipsy yang suka berpindah-pindah atau tidak menetap. Menjadi salah satu properti yang menarik untuk dicoba karena suara tiupan angin lebih terasa daripada suara orang atau kendaraan yang lalu-lalang. 

Walau resto ini terletak di pinggir jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Kulonprogo dan Yogyakarta. Namun saat menikmati alam pedesaan di La Li Sa Jogja nyaris tidak terdengar suara lalu-lalang kendaraan, sebab resto ini cukup luas dengan hamparan tanah lapang dan sawah.

Indoor space (foto: ko in)
Indoor space (foto: ko in)

Delapan puluh persen tempat ini open space atau ruang terbuka dengan atap awan dan langit. Resto ini bukan sekadar resto seperti tempat lainnya namun menghadirkan nuansa baru berwisata di Yogya rasa Eropa. 

Lumbung beras (foto: ko in)
Lumbung beras (foto: ko in)

Eropanya pun tak jauh dari suasana pedesaan yang warnanya hampir sama di pedesaan di berbagai negara seperti juga di Yogya. Bedanya di La Li Sa Jogja ada replika mini atau tiny house, lumbung padi, kincir angin atau wind mill, bangunan ikonik lainnya dari salah satu negara Eropa. 

Mengingatkan sebuah grup musik ternama di era 80-an Helloween dari Jerman. Salah satu lagu yang cukup populer berjudul Forever and One. 

Melihat kincir angin tiruan menjadi ingat akan  salah satu lagu lain yang tidak kalah populer berjudul Windmill. Tiba-tiba pikiran ini seperti terbuka jika saat kami berkunjung adalah bulan Februari, bulan Valentine. Bulan yang romantis untuk menunjukkan rasa sayang kebelahan hati. Sekaligus bulan dimana separuh hatimu sudah dimiliki oleh seseorang. Walau dia  tertangkap basah mencuri separuh hati. Tetapi tetap tidak ingin mengembalikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun