Tidak dipungkiri kreativitas muncul saat kondisi atau posisi terdesak. Namun tak jarang kreativitas keluar dari kepala seseorang karena kemampuan melihat peluang. Muncul lewat kepedulian terhadap sesama sebab memiliki keinginan untuk maju atau sukses bersama.
Orang-orang semacam itu adalah orang yang memiliki kualitas lebih dibanding yang lain. Kualitas diperoleh karena pengetahuan. Tidak hanya lewat pendidikan tetapi juga karena pengalaman atau  keadaan yang menuntutnya berhasil mengatasi aneka rintangan dan hambatan.Â
Akibatnya gagasan kreatif muncul dan menggerakkan untuk berbuat sesuatu. Dengan melakukan atau mewujudkan dalam tindakan atau aksi nyata yang bermanfaat bagi banyak orang.
Beruntunglah kampung wisata Rejowinangun, selanjutnya saya sebut desa wisata Rejowinangun Yogyakarta memiliki sumberdaya yang kreatif. Mampu menangkap kesempatan bernama peluang sebagai sesuatu yang bermanfaat secara ekonomis bagi warga.
Mampu menjadi motor penggerak warga untuk saling bersinergi guna mengembangkan desa. Tanpa sumberdaya mumpuni, ide dan gagasan baik dan bermanfaat pasti akan sulit terwujud. Maka tidak heran jika Adira Finance memberi dukungan kegiatan positif untuk kemajuan desa Rejowinangun Yogyakarta.
Upaya membentuk atau menjadikan Rejowinangun sebagai desa wisata ramah berkendara dan tempat terselenggaranya Festival Kreatif Lokal (FKL). Acara FKL berlangsung awal November 2022 di pelataran parkir Timur Kebun Binatang Gembira Loka.
Desa wisata Rejowinangun Yogyakarta cakupannya cukup luas, sebagian lokasinya langsung bersebelahan dengan kebun binatang Gembira Loka Yogyakarta. Dimana wisatawan dari berbagai kota dan kelompok umur seperti tidak pernah habis berkunjung ke salah satu tujuan wisata favorit di Yogya.
Musim liburan seolah menjadi masa memanen rezeki bagi warga desa wisata Rejowinangun dari para wisatawan saat berkunjung ke Gembira Loka. Membelanjakan di warung atau pedagang asongan yang ada di sekitar kebun binatang.
Dengan sabar sebagian warga menawarkan aneka makanan minuman dan cenderamata produk asli dari desa wisata Rejowinangun.Â
Salah satunya Suprihatin yang menjajakan bakso tusuk tidak jauh dari pintu masuk kebun binatang Gembira Loka. Dengan becak motor yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, Atin panggilan akrab diantara penjual sekitar lokasi tujuan wisata. Tak segan membujuk wisatawan yang akan atau sudah masuk ke Gembira Loka dengan suara, "Bakso…Bakso Tusuk, mbak…."
Sementara gerobak motor yang satunya lagi dipakai suaminya untuk jajakan bakso tahu atau bakso tusuk ke lokasi yang agak jauh. Seperti di Alun-alun Yogya atau tempat dimana ada pasar malam.Â
Kemudian Elly Puspitasari walau produknya tak berkaitan langsung dengan para pelancong. Tapi rak tanaman dari besi buatan suaminya, Elly tawarkan ke penjual tanaman yang banyak ditemui dipinggir Jl. Kebun Raya Yogya.Â
Kehebatan lain dari warga desa wisata Rejowinangun, mereka tidak terpaku berjualan terkait atau bersentuhan langsung dengan wisatawan yang datang ke Gembira Loka dalam menjual  produk usaha kecilnya. Sebagian dari mereka lebih kreatif dalam memanfaatkan peluang ekonomi dengan menggunakan media sosial. Memanfaatkan kepopuleran nama Rejowinangun yang tak jauh dari Gembira Loka.Â
Namanya Dhanu Andhi, berusia 23 tahun masih kuliah namun berhasil mengembangkan usaha jual beli kembali sepatu. Dari bermodal dua pasang sepatu merek yang diminati generasi milenial. Â Kini Dhanu memiliki 50 lebih pasang sepatu yang siap jual dan kirim ke pembeli dari rumahnya di Rejowinangun.
Boleh jadi Dhanu salah satu representasi warga Rejowinangun yang menjadi gen kreatif masyarakat Indonesia dalam mempopulerkan desa wisata Rejowinangun dengan cara tidak langsung.
Desa wisata Rejowinangun tidak hanya terletak di sebelah Timur Gembira Loka Yogyakarta dimana terdapat klaster kerajinan serta klaster budaya. Produk budaya dan kerajinan dipamerkan dan tampil dalam Festival Kreatif Lokal. Seperti tari Edan-edanan serta Gejog Lesung.
Sebagian lain wilayah desa Rejowinangun ada di sebelah selatan. Jl. Rejowinangun seperti membelah wilayah desa Rejowinangun Utara dan Selatan. Â Jalan ini cukup ramai oleh kendaraan selain penghubung antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Termasuk Jl. Kebun Raya yang kerap dilewati kendaraan berpelat nomor dari luar Yogya termasuk bus pariwisata.Â
Selain jalan besar yang dapat dilewati kendaraan besar. Jalur transportasi desa wisata Rejowinangun cukup lengkap karena ada jalan kecil seukuran jalan di kampung atau gang. Â
Klaster Agro letaknya tidak jauh dari kantor Kelurahan atau kantor Desa Rejowinangun. Demikian pula dengan sekretariat desa wisata Rejowinangun. Jika ingin mengunjungi desa wisata Rejowinangun secara keseluruhan, perbolehkan saya menyarankan untuk naik sepeda onthel atau sepeda motor.Â
Sebab jarak satu tempat dengan tempat yang lain cukup jauh. Apalagi jika ingin menikmati kuliner khas desa ini. Ada bakmi Jawa yang cukup dikenal di Rejowinangun letaknya di sisi Utara. Sementara penginapan dan warung makan yang tidak kalah favorit ada di sisi Selatan desa.Â
Tepat jika Rejowinangun menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara. Tidak hanya nyaman buat pengendara bermotor atau non mesin seperti sepeda onthel. Tetapi juga aman bagi warga.
Perlu diketahui desa Rejowinangun memilik banyak jalan serta gang kecil. Baik beraspal atau conblock dimana mobil jenis box atau sepeda motor dengan rombong, mengangkut berbagai kebutuhan rumah tangga. Menyusuri jalan desa wisata Rejowinangun.Â
Berbagai jenis usaha banyak ditemui di desa ini. Dari warung kelontong sampai distributor sembako yang letaknya ada di dalam desa. Bukan di jalan besar.Â
Jika pernah melihat truk pengangkut tabung gas elpiji tiga kilogram. Jangan heran truk tersebut dapat melewati jalan desa atau kampung yang cukup padat oleh bangunan. Maka keberadaan jalan desa walau sempit sangat berarti bagi kelancaran distribusi. Jika terganggu oleh jalan yang rusak maka pengiriman barang dari dan ke tujuan menjadi tidak lancar. Jelas mengganggu aktivitas ekonomi warga seperti Dhanu dan Elly..
Termasuk kebutuhan warga yang memiliki usaha kecil saat produknya harus diangkut atau diantar oleh kendaraan pengangkut milik pemesan atau jasa pengantar barang. Seperti Erma yang bergelut dengan pernak-pernik baju, tas, dompet dan goodie bag produknya.
Walau demikian jalan di desa wisata  Rejowinangun, khususnya di dalam kampung atau gang. Tidak banyak rambu peringatan yang ditujukan kepada pengguna kendaraan yang melewati jalan desa. Seolah percaya bahwa pengendara kendaraan bermotor mengerti kesantunan saat berkendara di desa Rejowinangun. Maka tidak aneh jika disebut desa wisata ramah berkendara.
Ingin tahu lebih tentang kriteria desa wisata ramah berkendara ? Kunjungi adira.id/e/fkl2022-blogger .Â
Jangan heran saat menyusuri salah satu jalan kecil di desa wisata Rejowinangun. Tiba-tiba dikejutkan oleh bola plastik yang melayang persis di depan mata. Kaget, iya. Tapi melihat pemandangan anak-anak bermain bola di jalan desa suatu yang dirasa semakin sulit dijumpai dan ditemui. Apalagi di kota besar. Padahal Rejowinangun tidak terlalu jauh dari pusat keramaian kota Yogyakarta.
Maka saya sangat bersyukur saat jelajah desa wisata Rejowinangun. Tak hanya melihat aktivitas produktif warga secara langsung yang menjalankan berbagai kegiatan ekonomis. Tetapi juga melihat anak-anak bermain bola plastik di jalan kampung atau desa. Bahkan sesekali saya ikut menendang bola ke arah mereka.Â
Tiba-tiba desa wisata Rejowinangun seperti time travel yang mengingatkan tentang masa kecil, saat bermain bola. Tak terasa seperti anak-anak lagi gara-gara menyusuri desa wisata Rejowinangun dengan sepeda motor.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H