Dengan sabar sebagian warga menawarkan aneka makanan minuman dan cenderamata produk asli dari desa wisata Rejowinangun.Â
Salah satunya Suprihatin yang menjajakan bakso tusuk tidak jauh dari pintu masuk kebun binatang Gembira Loka. Dengan becak motor yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, Atin panggilan akrab diantara penjual sekitar lokasi tujuan wisata. Tak segan membujuk wisatawan yang akan atau sudah masuk ke Gembira Loka dengan suara, "Bakso…Bakso Tusuk, mbak…."
Sementara gerobak motor yang satunya lagi dipakai suaminya untuk jajakan bakso tahu atau bakso tusuk ke lokasi yang agak jauh. Seperti di Alun-alun Yogya atau tempat dimana ada pasar malam.Â
Kemudian Elly Puspitasari walau produknya tak berkaitan langsung dengan para pelancong. Tapi rak tanaman dari besi buatan suaminya, Elly tawarkan ke penjual tanaman yang banyak ditemui dipinggir Jl. Kebun Raya Yogya.Â
Kehebatan lain dari warga desa wisata Rejowinangun, mereka tidak terpaku berjualan terkait atau bersentuhan langsung dengan wisatawan yang datang ke Gembira Loka dalam menjual  produk usaha kecilnya. Sebagian dari mereka lebih kreatif dalam memanfaatkan peluang ekonomi dengan menggunakan media sosial. Memanfaatkan kepopuleran nama Rejowinangun yang tak jauh dari Gembira Loka.Â
Namanya Dhanu Andhi, berusia 23 tahun masih kuliah namun berhasil mengembangkan usaha jual beli kembali sepatu. Dari bermodal dua pasang sepatu merek yang diminati generasi milenial. Â Kini Dhanu memiliki 50 lebih pasang sepatu yang siap jual dan kirim ke pembeli dari rumahnya di Rejowinangun.
Boleh jadi Dhanu salah satu representasi warga Rejowinangun yang menjadi gen kreatif masyarakat Indonesia dalam mempopulerkan desa wisata Rejowinangun dengan cara tidak langsung.