Memiliki tag line, "Belanja Secukupnya, Memberi Setulusnya." Seperti mengajak orang untuk tidak konsumtif tetapi tidak juga pelit.Â
Sayur Sleman dibidani Janu, lahir saat Covid-19 merebak. Janu ingin memasarkan produk sayuran milik orang tua. Karena orang tuanya berprofesi sebagai pedagang sayur di Pasar Sleman. Saat Covid-19 sepi, Janu tidak hanya memasarkan hasil bumi yang dijual orangtuanya. Tapi juga pedagang sayur lainnya yang jualan di pasar tradisional.
Dengan sedikit inovasi Janu percaya, apa yang dilakukan membantu mereka untuk bangkit dari pandemi. Sejak itu Sayur Sleman, sayur online nomor 1 Jogja, menjalankan misinya melayani pesanan sayur secara online lewat media sosial. Seperti web dan Instagram sayursleman.id.
Usaha ini mengarah pada upaya pemberdayaan pedagang sayur, petani serta UMKM guna menjadi pemasok sayur secara online. Termasuk pelatihan pertanian dan kewirausahaan bagi generasi milenial.
Sebuah tantangan menarik untuk milenial yang terkena sindrom mager alias malas gerak. Dapat ajakan dari Sayur Sleman untuk gemar bertani dan menjadikannya sebagai salah satu profesi yang cukup menjanjikan.
Sayur Sleman menyebarkan virus baik dengan menerbitkan buku 1000 Petani Milenial DIY dengan harapan mampu menginspirasi anak muda untuk menekuni usaha pertanian yang cukup menjanjikan. Sebab usaha di sektor pertanian akan selalu hidup seiring kebutuhan pangan bagi setiap orang.Â
Janu  beranggapan bahwa sumberdaya yang dimiliki Indonesia jumlahnya terbatas. Untuk itu dia mengajak masyarakat agar saat mengkonsumsi hasil bumi seimbang, tujuannya meminimalkan makanan atau bahan pangan terbuang.
Upaya ini berlanjut pada gerakan memberi atau giving back sebagai ruh dari Sayur Sleman untuk membantu mereka yang kurang mampu dengan program Sayur Sleman Berbagi lewat sedekah sayur, setiap hari Jumat dan Minggu.