Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur: Musik Mengatasi Segala Perbedaan

3 Juli 2021   00:48 Diperbarui: 3 Juli 2021   19:48 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik adalah bahasa jiwa. Rangkaian kata atau kalimat adakalanya tidak mampu mewakili suara hati dan maksud dari pikiran. Tetapi lewat musik, ditambah sedikit kata dan nada.

Menjadi lebih mudah dikomunikasikan untuk menyampaikan pikiran dan keinginan seseorang atau sekelompok orang. Musik menjadi pemecah kebuntuan komunikasi antara pihak-pihak yang berseteru. Mencairkan hati dan pikiran yang kaku serta beku.

Sejarah mencatat bagaimana musik membuat hubungan dua negara menjadi lebih cair lewat perantara musik. Hal ini terungkap dalam Konferensi Internasional Sound of Borobudur dengan tajuk Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik yang berlangsung Kamis (24/6/21) di Balkondes Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Addie MS, pendiri Twilite Orchestra pada kesempatan itu menyampaikan, musik menjadi salah satu solusi yang dapat mengubah perbedaan. Dari berbagai perbedaan nada dan suara dari alat-alat musik, dapat dihasilkan sebuah harmoni. Padahal melibatkan banyak orang atau musisi seperti dalam sebuah simponi.

Pengalaman Addie MS sebagai komposer dan juga pencipta lagu yang paham betul pentingnya perbedaan. Menyampaikan kegelisahannya bagaimana teknologi komunikasi semestinya memudahkan orang berkomunikasi malah memperlebar perbedaan diantara penggunanya.

Padahal, menurut Addie, perbedaan itu dapat memunculkan harmoni. Dia tidak dapat membayangkan jika semua nada, tinggi rendah suara itu sama. Akan menjadi tidak menarik dan membosankan. "Karena itu suatu yang harmoni itu butuh perbedaan. Beda nada supaya indah," tambahnya.

Addie kemudian menyebut salah satu komposer yang mendapat julukan sebagai komposer impresionis pertama Claude Debussy. Menurut Addie MS, gaya Debussy tidak terlepas dari rasa keterkejutan dan keheranan Debussy usai mendengar suara gamelan pertama kali ditahun 1889. Suara gamelan ikut mempengaruhi dan memperkaya karya-karyanya.

Musik dapat mencairkan suasana bahkan menjadi alat diplomasi budaya yang mencairkan hubungan kaku dua buah negara.

Addie mencontohkan bagaimana hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet kala itu di era Perang Dingin. Kehadiran Boston Symphony Orchestra tahun 1956 di Rusia menjadi awal mencairnya jalur diplomatik yang kaku waktu itu antara Amerika dan Soviet atau Rusia.

Demikan pula yang terjadi pada tahun 1973 saat Philadelphia Orchestra tampil di Beijing, Cina atau Tiongkok. Hal yang sama terjadi pada tahun 2008 saat New York Philharmonic menunjukkan kebolehannya dikota Pyongyang, Korea Utara.

"Ini menunjukkan musik dapat menjadi alat diplomasi, mencairkan hubungan antarbangsa. Sebagai alat pemersatu, mempererat atau mengakrabkan." tegas Addie.

Sementara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, melihat nilai toleransi, menghargai keberagaman, persahabatan antarbangsa telah dijunjung oleh para leluhur bangsa Indonesia. Sandiaga Uno menyarankan agar kita belajar dari Candi Borobudur, menggali sumber pengetahuan yang menggaungkan nilai-nilai universal dari reliefnya.

Menparekraf, Sandiaga berharap event Konferensi Internasional Sound of Borobudur menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai pusat musik dunia, tetapi juga pusat tradisi dunia.

"Candi Borobudur merupakan mahakarya yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan dan rekam jejak peristiwa dan fenomena masyarakat Jawa kuno. Kita banyak belajar melalui Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang menyimpan 1.460 relief. Narasi visual panel relief tersebut sarat akan makna, tentang ajaran nilai hidup, moral, pengetahuan, agama, sejarah, budaya, kepemimpinan, dan tentunya seni, termasuk musik, jelas Menparekraf.

Borobudur pusat musik dunia bukannya tidak mungkin. Purwa Tjaraka selaku pengampu utama Yayasan Padma Sada Svargantara mengatakan "Sudah saatnya fakta peradaban tentang Borobudur ini diperkenalkan sebagai aset bangsa yang tidak hanya membanggakan sebagai klaim, tetapi juga menyiratkan dan memberi pelajaran bahwa bangsa ini dulu berkumpul, bersatu, bermain musik bersama, dan dipastikan punya rasa toleransi antarsuku dan antar-agama.

Tidak sedikit informasi yang terkuak dalam konferensi ini. Tidak heran jika negeri kepulauan ini punya sebutan Wonderful Indonesia. Aneka seni, tradisi, budaya, serta masyarakatnya begitu beragam. Menawarkan berbagai ciri khasnya tersendiri. Walau berbeda-beda namun sangat unik.

Salah satu orang yang tertarik dengan budaya Indonesia, Prof. Emerita Margaret Kartomi dari Monash University, Australia. Seorang ahli etnomusikologi yang cinta akan seni budaya Indonesia khususnya terkait dengan musik.

(dok:pribadi)
(dok:pribadi)
Penelitiannya tentang berbagai alat musik di beberapa daerah di Sumatera dan Jawa membuatnya menyimpulkan, bahwa alat-alat musik yang tersebar ke berbagai tempat dan daerah melewati aliran air atau sungai dan tepiannya.

Alat-alat musik tersebut digunakan untuk kegiatan keagamaan, seni budaya dan tradisi, sarana meditasi, serta berbagai perayaan lainnya. Seperti mengiringi kegiatan bersih desa atau seni pertunjukan, tari Joko Gandrung salah satunya. "Alat-alat musik yang digunakan ada di relief Candi Borobudur," tambah Margaret.

Margaret Kartomi menyimpulkan Borobudur itu seperti Perpustakaan yang menunjukkan penggunaan alat-alat musik pada zaman dahulu untuk kegiatan sosial keagamaan dan seni budaya. Kedua, relief di Borobudur merupakan tuturan sejarah, legenda sekaligus dokumen berbagai alat musik yang pernah dipergunakan pada masanya.

Ketiga, relief di Candi Borobudur menunjukkan bagaimana laki-laki dan perempuan tidak hanya bisa memainkan musik tetapi juga menari. Hal itu ditunjukkan Margaret dengan posisi kaki yang lebih lebar sebagaimana terpahat di relief Borobudur.

Margaret meyakini bahwa alat-alat musik yang terpahat di Candi Borobudur tidak hanya dibuat dan dimainkan di Jawa tetapi juga di lain daerah. Seperti di Sumatera, Kalimantan dan berbagai kepulauan di Indonesia dan Asia Selatan.

Musik adalah bahasa jiwa. Contohnya ada di diri Emerita Joy Margaret Kartomi. Kecintaannya pada alat musik tradisional dari Indonesia tidak terbantahkan. Berawal tertarik dengan suara gamelan akhirnya tertarik dengan seni budaya Indonesia.

Menikah dengan orang Indonesia, keliling Jawa ditemani suami untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan berbagai alat musik dan merekam suara musik untuk didokumentasikan.

Apa yang dikumpulkan Margaret kini ada di Australia. Jangan heran jika di Monash University, Australia ditemukan gamelan dan kerap mengiringi kegiatan seni budaya disana. Musik memang mengatasi berbagai perbedaan dan jarak.

Sementara itu inisiator Sound of Borobudur, Trie Utami dalam kesempatan yang sama mengatakan musik dapat dipakai sebagai alat atau strategi diplomasi budaya. Selain sebagai sarana edukasi, pariwisata dan ekonomi.

Iie, panggilan akrab Trie Utami ingin Sound of Borobudur dapat dimanfaatkan oleh siapa saja karena sifatnya terbuka. Secara ekonomi, Trie Utami berharap ikut mendukung peningkatan ekonomi masyarakat sekitar Borobudur.

Kedepannya, Iie berharap Sound of Borobudur akan memainkan orkestra dalam format 40 pemain dari 40 negara dan dapat menyelesaikan 13 alat-alat musik replika dari relief di Candi Borobudur. Sebab lewat musik merupakan pintu cantik dan strategi yang mudah untuk diterima dunia. "Music Talk Louder Than Words," tegas Trie Utami.

Beberapa pembicara konferensi tersebut hadir secara daring atau online. Diantaranya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dari Blora. Margaret Kartomi, dari Australia. Tantowi Yahya Duta Besar RI dari New Zaeland, Sulaiman Shedek Visit Tourism dari Singapura.

(foto:ang tek khun)
(foto:ang tek khun)
Kegiatan ini juga diiisi beberapa pertunjukan musik dari Sound of Borobudur yang terdiri dari beberapa musisi berasal dari Tiongkok, Taiwan, Laos, Philipina, Jepang, Vietnam, Italia dan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun