Sementara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, melihat nilai toleransi, menghargai keberagaman, persahabatan antarbangsa telah dijunjung oleh para leluhur bangsa Indonesia. Sandiaga Uno menyarankan agar kita belajar dari Candi Borobudur, menggali sumber pengetahuan yang menggaungkan nilai-nilai universal dari reliefnya.
Menparekraf, Sandiaga berharap event Konferensi Internasional Sound of Borobudur menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai pusat musik dunia, tetapi juga pusat tradisi dunia.
"Candi Borobudur merupakan mahakarya yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan dan rekam jejak peristiwa dan fenomena masyarakat Jawa kuno. Kita banyak belajar melalui Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang menyimpan 1.460 relief. Narasi visual panel relief tersebut sarat akan makna, tentang ajaran nilai hidup, moral, pengetahuan, agama, sejarah, budaya, kepemimpinan, dan tentunya seni, termasuk musik, jelas Menparekraf.
Borobudur pusat musik dunia bukannya tidak mungkin. Purwa Tjaraka selaku pengampu utama Yayasan Padma Sada Svargantara mengatakan "Sudah saatnya fakta peradaban tentang Borobudur ini diperkenalkan sebagai aset bangsa yang tidak hanya membanggakan sebagai klaim, tetapi juga menyiratkan dan memberi pelajaran bahwa bangsa ini dulu berkumpul, bersatu, bermain musik bersama, dan dipastikan punya rasa toleransi antarsuku dan antar-agama.
Tidak sedikit informasi yang terkuak dalam konferensi ini. Tidak heran jika negeri kepulauan ini punya sebutan Wonderful Indonesia. Aneka seni, tradisi, budaya, serta masyarakatnya begitu beragam. Menawarkan berbagai ciri khasnya tersendiri. Walau berbeda-beda namun sangat unik.
Salah satu orang yang tertarik dengan budaya Indonesia, Prof. Emerita Margaret Kartomi dari Monash University, Australia. Seorang ahli etnomusikologi yang cinta akan seni budaya Indonesia khususnya terkait dengan musik.
Alat-alat musik tersebut digunakan untuk kegiatan keagamaan, seni budaya dan tradisi, sarana meditasi, serta berbagai perayaan lainnya. Seperti mengiringi kegiatan bersih desa atau seni pertunjukan, tari Joko Gandrung salah satunya. "Alat-alat musik yang digunakan ada di relief Candi Borobudur," tambah Margaret.
Margaret Kartomi menyimpulkan Borobudur itu seperti Perpustakaan yang menunjukkan penggunaan alat-alat musik pada zaman dahulu untuk kegiatan sosial keagamaan dan seni budaya. Kedua, relief di Borobudur merupakan tuturan sejarah, legenda sekaligus dokumen berbagai alat musik yang pernah dipergunakan pada masanya.
Ketiga, relief di Candi Borobudur menunjukkan bagaimana laki-laki dan perempuan tidak hanya bisa memainkan musik tetapi juga menari. Hal itu ditunjukkan Margaret dengan posisi kaki yang lebih lebar sebagaimana terpahat di relief Borobudur.
Margaret meyakini bahwa alat-alat musik yang terpahat di Candi Borobudur tidak hanya dibuat dan dimainkan di Jawa tetapi juga di lain daerah. Seperti di Sumatera, Kalimantan dan berbagai kepulauan di Indonesia dan Asia Selatan.