Musik adalah bahasa jiwa. Contohnya ada di diri Emerita Joy Margaret Kartomi. Kecintaannya pada alat musik tradisional dari Indonesia tidak terbantahkan. Berawal tertarik dengan suara gamelan akhirnya tertarik dengan seni budaya Indonesia.
Menikah dengan orang Indonesia, keliling Jawa ditemani suami untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan berbagai alat musik dan merekam suara musik untuk didokumentasikan.
Apa yang dikumpulkan Margaret kini ada di Australia. Jangan heran jika di Monash University, Australia ditemukan gamelan dan kerap mengiringi kegiatan seni budaya disana. Musik memang mengatasi berbagai perbedaan dan jarak.
Sementara itu inisiator Sound of Borobudur, Trie Utami dalam kesempatan yang sama mengatakan musik dapat dipakai sebagai alat atau strategi diplomasi budaya. Selain sebagai sarana edukasi, pariwisata dan ekonomi.
Iie, panggilan akrab Trie Utami ingin Sound of Borobudur dapat dimanfaatkan oleh siapa saja karena sifatnya terbuka. Secara ekonomi, Trie Utami berharap ikut mendukung peningkatan ekonomi masyarakat sekitar Borobudur.
Kedepannya, Iie berharap Sound of Borobudur akan memainkan orkestra dalam format 40 pemain dari 40 negara dan dapat menyelesaikan 13 alat-alat musik replika dari relief di Candi Borobudur. Sebab lewat musik merupakan pintu cantik dan strategi yang mudah untuk diterima dunia. "Music Talk Louder Than Words," tegas Trie Utami.
Beberapa pembicara konferensi tersebut hadir secara daring atau online. Diantaranya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dari Blora. Margaret Kartomi, dari Australia. Tantowi Yahya Duta Besar RI dari New Zaeland, Sulaiman Shedek Visit Tourism dari Singapura.