Nah, mungkin bagi Kompasianer yang kebetulan seorang HR atau yang beneran CEO, bagiamana sih melihat hal ini? Benar nggak sih orang dengan titel “wah” di start up, aslinya emang segitu hebatnya?
Wawancara adalah hal yang paling menentukan bagi sebuah perusahaan sebelum merekrut anda sebagai pekerja baru. Apakah anda mencantumkan titel atau gelar dan pengalaman kerja secara jujur. Atau hanya sebagai pemanis di CV anda.
Gelar atau titel dan pengalaman kerja termasuk menyebutkan jabatan yang pernah diduduki. Apakah sebagai staf, sekretaris, manager, CEO, CMO dan jabatan lainnya pada CV, merupakan upaya seseorang untuk tebar pesona supaya dilirik dan dapat mencuri perhatian.
Wawancara saat tepat untuk cross check dan konfirmasi apa yang sudah ditulis dalam CV dengan apa yang dikatakan. Cara berbicara dan menjawab pertanyaan, dapat menunjukkan kapabilitas dengan jabatan yang pernah diemban.
Demikian pula dengan titel atau gelar yang dimiliki. Terlepas apakah diperoleh dari perguruan tinggi swasta atau negeri. Bagaimana setiap pertanyaan yang diajukan mendapat jawaban yang menunjuk pada kapasitas sesuai titel atau gelar yang dimiliki oleh calon karyawan
Cara berbicara menunjukkan sejauh mana anda memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri. Namun sejauh mana anda dapat mengontrol kemampuan diri dengan baik sehingga tidak nampak terlalu percaya diri. Tetapi tetap bersikap rendah hati dengan apa yang anda miliki.
Teknik bluffing kalau boleh saya katakan kurang pas diterapkan dalam mengisi CV untuk melamar pekerjaan. Namun cocok jika anda akan melamar sebagai calon kepala daerah atau calon wakil rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H