Dengan bernyanyi, bertepuk tangan bersama. Atau sedikit menggoyangkan badan karena malu jika dilihat orang. Yang penting dapat senyum dan tertawa bersama.
Itu semua tidak mungkin dilakukan saat ini. Dapat dilakukan hanya di rumah dan di depan laptop atau smartphone. Puas ? Saya yakin jawabannya, tidak. Hakekat manusia itu makhluk sosial yang suka berkumpul, bergerombol dan melakukan perjumpaan secara fisik.
Jika berjumpa lewat media digital, video call, live streaming dan sejenisnya. Mana asyiknya ? Manusia itu nyata, bukan maya. Bukan bayang-bayang dilayar monitor laptop, televisi dan smartphone.
Ingat, peristiwa yang terekam itu terbatas hanya selebar frame alat perekam yang canggih atau smartphone anda tercanggih pun. Semua terbatas dalam frame. Dalam kotak.
Anda bisa menangis saat melihat drakor. Tetapi apakah anda dapat memahami dan benar merasakan ungkapan hatinya yang keluar dari mulut, pikiran dan rasanya. Saat bertatap muka dengannya. Nikita Mirzani, salah satunya.
Sayang kita belum pernah ketemu dan melakukan percakapan barang 45 menit saja, yang 15 menit biar diisi iklan.
Saya ingin mengajak netizen memahami ada sesuatu yang lain dari sosok Nikita Mirzani. Dia manusia, masih ada cerita-cerita humanis dibalik tampilannya yang dibatasi frame kamera dan durasi jam tayang.
Jika bertemu dengannya dan punya kesempatan ngobrol barang satu jam saja di Yogya. Di Warung Sismbok. Bertemu dengan saya, Pak De Doremi dan Sismbok atau Mbok Sis di www.anchor.fm/warungsismbok.Â
Saya akan bertanya, siapa orang pertama kali mengajarinya naik sepeda ? Mengapa bertanya itu ? Jawaban simpel. Bukankah Nikita punya hobi baru gowes. Harga sepedanya, duh minta ampun mahalnya. Tentunya kalau pertanyaan itu tidak diserobot duluan oleh Pak De Doremi yang sok tahu.