Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Usaha Mikro Kecil dan Manis (UMKM) Isti, dengan Jadah Tempe dan Wajiknya

23 Desember 2020   13:54 Diperbarui: 25 Desember 2020   06:56 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi menggunakan kata, "Sedikit" karena merasa belum layak untuk berderma atau menyumbang. Menjadi kata sakti, bagi sebagian orang untuk menghindar atau mengelak. 

Jadah tempe, tahu filosofinya ? (foto:ko in)
Jadah tempe, tahu filosofinya ? (foto:ko in)
Tetapi dengan apa yang diucapkan Nina Noel, demikian panggilan akrabnya. Perasaan sungkan atau tidak enak saya,  mulai berangsur sirna. Setiap kali membeli jadah tempe buatan tetangga,  yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Dalam jumlah sedikit tetapi barangkali menjadi sangat berarti baginya.

Saya terkadang hanya membeli tiga jadah dan sedikit tempe bacem. Itupun tidak rutin seminggu sekali, bisa jadi satu bulan sekali, bahkan lebih. Tetapi rasa sungkan itu hilang entah kemana, mengingat apa yang pernah disampaikan Nina Noel. 

Pertanyaan sederhana Admin Kompasiana

Termasuk apa yang disampaikan admin Kompasiana lewat sebuah pertanyaan sederhana. Dalam salah satu topik pilihan yang bertemakan, Bantu UMKM Ciptakan Keluarga Tangguh.

Pertanyaannya, "Bagaimana caramu mendukung UMKM sehingga tercipta keluarga-keluarga tangguh ?"

(foto: screenshoot Kompasiana)
(foto: screenshoot Kompasiana)
Bisa jadi apa yang saya beli, jadah tempe buatan Isti Wiwin Misida, merupakan cara saya dalam membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam masa-masa sulit seperti saat ini. Masa dimana Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Saat ngobrol di rumahnya, Isti menjelaskan sejak merebaknya Corona. Perempuan yang selalu nampak energik, hanya membuat jadah sebanyak satu kilogram dan wajik setengah kilogram, setiap harinya. Kemudian dititipkan ke beberapa penjual makanan atau jajanan tidak jauh dari rumahnya sekitar Pakem, Sleman Yogyakarta. 

Wajik, manisnya pas (foto:ko in)
Wajik, manisnya pas (foto:ko in)
Sebelum pandemi dirinya mengaku cukup banyak mendapat  pesanan. Baik dari keluarga-keluarga di satu kampung atau pedukuhan. Untuk acara arisan, kenduri atau ujub doa lainnya. Bahkan tidak jarang mendapat pesanan oleh panitia acara seni budaya, sekitar Kecamatan Pakem, Sleman. Maklum Pakem merupakan salah satu daerah tujuan wisata budaya, alam dan edukasi yang cukup populer di Yogyakarta.

"Andai tidak ada ada Corona, ada pesanan cukup banyak untuk acara festival Bergodo di kampung sebelah," jelasnya dan rasa kecewa yang tidak dapat disembunyikan dari wajahnya.

Kalau boleh saya mengatakan usaha jadah tempe dan wajik buatan Isti merupakan home industri yang boleh dibilang usaha mikro-semikronya. 

Beras ketan (foto:ko in)
Beras ketan (foto:ko in)
Setiap pagi sekitar pukul 05:00, Isti berangkat menitipkan jadah tempe dan wajik ke beberapa penjual panganan atau jajanan di sekitar Kecamatan Pakem, Sleman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun