Â
Bahagia itu perasaan yang dialami seseorang karena merasa menjadi paling spesial, penting dan utama. Dirinya menjadi pusat atau inti seluruh perhatian dari orang yang berada di dekatnya. Baik itu kekasih, pasangan hidup, keluarga, saudara, teman, kelompok atau komunitas sampai lingkungan hidup sosialnya.
Bahagia, tidak sama dengan gembira. Bahagia memiliki arti yang dalam. Mampu tinggal di hati atau perasaan dalam waktu cukup lama. Sementara perasaan gembira hanya didapat saat ada pencetusnya. Apakah dalam bentuk peristiwa, kejadian, kata-kata, tindakan bahkan lewat pendengaran. Sebagaimana mendengar lagu yang dapat membuat suasana hati gembira.Â
Rasa gembira akan berlalu seiring pemicunya berlalu juga. Namun, tidak demikian dengan rasa bahagia, yang membekas dalam hati serta pikiran. Walau sulit untuk mendefinisikan dalam kata-kata. Jelasnya, perasaan bahagia dapat bertahan cukup lama. Walau peristiwanya sudah lewat, belasan bahkan puluhan tahun lalu.
Paket Pertama dari Om
Seperti saya alami saat menerima paket dari adik ibu, yang seharusnya saya panggil "Om". Tetapi saya biasa nemanggil dengan sebutan "Mas". Saya mendapat paket berisi mainan, mobil-mobilan Polisi. Bertenaga baterai sehingga dapat berjalan sendiri, lampu merah biru menyala terangdan suara sirinenya keras terdengar sampai ke rumah tetangga. Setiap kali menabrak sesuatu, mobil-mobilan tersebut dapat mundur dan berbelok arah sendiri.
Waktu itu saya tidak dapat membedakan apa itu arti gembira dan bahagia. Tetapi yang jelas, saya sangat senang. Saya masih duduk di Sekolah Dasar (SD) yang belum mengenal pulpen atau bollpoint. Halaman buku tulisnya masih putih kecoklatan dan tipis. Tidak putih bersih dan tebal seperti milik anak-anak sekarang.Â
Saya dapat memastikan saat itu belum ada layanan paket  JNE karena peristiwanya lebih dari umur 3 dekade layanan JNE. Tetapi kenangan saat menerima paket dan moment-moment ketika membuka paket tersebut sulit untuk dilupakan. Inikah artinya bahagia ?
Jika benar, saya menyesal lupa mengucapkan terimakasih kepada Mas Lilik yang sudah membuat saya bahagia, dengan paket kirimannya waktu itu. Manakala bertelepon atau berjumpa dengannya di Jakarta atau di rumah nenek di Magelang. Hingga kepergiannya ke rumah yang abadi, saya belum sempat mengucapkan terimakasih karena dia sudah membuat saya senang dan gembira waktu itu.Â
Inikah arti bahagia
Kenangan yang tak terlupakan, menjadikan saya mengerti dan memahami arti bahagia. Menyadarkan saya untuk melakukan hal sama kepada salah satu keponakan. Dengan membuat kejutan mengirimi dia sebuah paket berisi boneka lewat JNE beberapa tahun lalu saat dia masih duduk di Sekolah Dasar (SD), sebagai hadiah ulangtahunnya.
Sayang, saat mau mengambil video beberapa hari lalu. Kopma sudah dibongkar bersama dengan gelanggang mahasiswa UGM. Mungkin akan dibuatkan gedung baru. Apalagi kampus sepi, mahasiswanya melakukan kuliah secara on line. Selama pandemi Covid-19.
Saya tahu betul, jika ponakan saya belum pernah mendapat kiriman paket sama sekali dari siapapun. Karena itu saya memberikan kejutan. Agar dia juga dapat merasakan kebahagian mendapat paket pertama kali yang ditujukan kepadanya, secara pribadi.
Ada tulisan nama dirinya, kepada siapa bungkusan paket ditujukan. Walau diikuti dengan nama bapaknya atau adik saya, dalam kurung. Lengkap beserta alamatnya.Â
Dan saya masih ingat dengan jelas bagaimana keponakan saya mengungkapan rasa bahagianya mendapat kiriman paket dari saya lewat chat di WhatsApp.Â
"Terimakasih, Pak De."
"Aku bahagia sekali."
Saya sempat tercengang membaca chat Whats Appnya dan merenung. Semoga cara berbagi dan memberi kebahagiaan yang dilakukan Om saya, Mas Lilik. Saya duplikasi dengan benar kepada keponakan saya. Selain itu, saya juga senang  menjadi bagian dari kegiatan JNE 3 Dekade Bahagia Bersama.Â
Walau aktivitas terima dan kirim paket tidak dilakukan sekali sebulan atau seminggu sekali. Tetapi peristiwa menerima paket dari Om dan ungkapan bahagia keponakan karena menerima kiriman paket lewat JNE. Merupakan dua peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan.
Atau diam-diam menyantuni seseorang secara langsung, lewat lembaga sosial yang terpercaya. Seperti panti asuhan atau sekolah, yang nyaris tutup karena kesulitan menyediakan biaya operasional setiap bulannya.Â
Ini mengingatkan saya pada sebuah sekolah yang lokasinya jauh dari kota Yogya. Salah satunya SD Tritis, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Dekat dengan gunung Merapi yang perlu santunan atau bantuan finansial setiap bulannya.
Jika ada seribu orang yang terlibat, kata Madya Utama SJ penggagas Gerak Sopan Tritis. Maka akan terkumpul uang sebanyak Rp 15 juta, sesuai dengan kebutuhan operasional SD tersebut tiap bulannya. Â Sebagaimana disampaikan kepada saya, saat bertemu jauh sebelum pandemi Covid-19 merebak.
Apakah saya sudah ikut menyantuni dengan menyisihkan uang Rp 500 setiap hari ? Silahkan tebak sendiri.Â
Saat ini yang menjadi pemikiran saya, bagaimana caranya agar anak-anak di SD Tritis atau anak-anak di panti asuhan yang belum lama saya kunjungi bulan Desember 2020 ini. Bersama pengurus Kompasianers Jogja dan Sedekah Nabung.Â
Merasakan kebahagian seperti yang pernah saya rasakan, saat saya menerima paket pertama kali dari Om saya, Mas Lilik.Â
Nama pribadi mereka yang tertulis di bungkus paket. Itu sesuatu yang berarti banget, bagi yang menerimanya. Sekaligus semacam pengakuan keberadaan diri di muka bumi, oleh orang lain. Itu yang pernah saya rasakan, saat menerima paket dari Mas Lilik.
Untuk itu, saya berkeinginan anak-anak panti asuhan, mengalami hal yang sama seperti yang saya rasakan. Agar mereka percaya diri, bahwa mereka berarti dan bagian dari kehidupan ini. Karena sebagian anak-anak panti, yang saya lihat. Seperti orang yang kehilangan kepercayaan diri. Apakah karena faktor psikologis atau sosial.
Andai dalam rangka JNE 3 Dekade Bahagia Bersama mengirim paket kepada anak-anak panti asuhan yang sudah duduk di SD dan sudah dapat membaca. Dengan paket khusus yang tertulis namanya, berisi barang yang bermanfaat untuk keperluan sekolah atau keperluan sehari-hari. Atau barang sesuai keinginan mereka. Dengan sebelumnya berkoordinasi bersama pengurus yayasan atau panti asuhan.Â
Barangkali JNE 3 Dekade Bahagia Bersama akan lebih bermakna. Dibandingkan hanya memberi bantuan atau sumbangan lewat pengurus panti atau yayasan.
Mereka juga berhak bahagia
Memberi bantuan berupa kiriman paket lewat JNE atau oleh JNE. Harapannya, mereka yang tinggal di panti asuhan ikut merasakan seperti apa yang pernah saya rasakan, saat menerima dan ingin mengetahui isi paket. Ada rasa penasaran saat membukanya.
Membaca nama diri tertulis dibungkus paket. Selain memunculkan rasa ingin tahu yang besar, tentang isi paket. Bertemu dengan pengantar paketnya. Itu juga ada sensasi tersendiri. Semoga pandemi Covid-19 segera berlalu.
Dan saya ingin melihat wajah gembira dan bahagia mereka. Saat menerima paket dari JNE dan melihat mereka antusias membuka paket. Rasanya akan sulit untuk  menahan air mata haru dan bahagia. Selamat Ulang Tahun JNE. Terus berbagi kebahagiaan.
____Â
#jne #jne30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H