Ako Amoi Hakka Yogya, Tidak Hanya Cantik dan Ganteng

Berbeda dengan Stefan, saat mendaftar dirinya sudah lulus dan sudah bekerja. Tapi Stefan tidak menyesal meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi ikon pemuda Hakka sebab dengan menjadi Ako Yogyakarta banyak pengalaman dan ilmu yang ditimba, melebihi jika dirinya masih bekerja. Salah satunya menjadi pribadi yang lebih baik. Memiliki rasa tanggungjawab yang lebih untuk memajukan budaya Hakka dan Indonesia.

Aksi energik Ako Amoi Hakka Yogya (foto:ko in)

Akhir pekan bulan Desember (5/12/2020) Atrium Rama SCH jadi saksi terpilihnya Ako Amoi Hakka Yogyakarta periode 2020-2022. Setelah 13 finalis yang terdiri dari 9 Amoi dan 4 Akoi selama dua hari menunjukkan bakatnya di depan dewan juri dan pengunjung SCH.

Di hari pertama, peserta mempertunjukkan kemampuan dan bakat yang dimiliki seperti menyanyi, menari, memasak sampai melukis yang mampu memukau penonton dan pengunjung SCH.

Ketua Paguyuban Hakka Yogyakarta (foto:Ko In)

Ketua Paguyuban Hakka Yogyakarta, Yustinus Rusmin yang juga bertindak sebagai juri menjelaskan beberapa prestasi diantaranya menjadi Runner Up 2 Hakka Amoi Indonesia 2018.

Pada tahun 2016, Yogya jadi tempat diselenggarakannya pemilihan Ako Amoi Hakka secara nasional. Pemenangnya dikirim ke Tiongkok untuk mewakili Indonesia di ajang pemilihan Ako Amoi Hakka Internasional. Amoi dari Indonesia memperoleh prestasi sebagai Runner Up.

Pada kesempatan itu Rusmin berharap ada Ako Amoi dari Yogyakarta yang dapat mewakili Indonesia ke Tiongkok, pada tahun 2018 Amoi dari Kalimantan Barat yang dikirim ke Tiongkok untuk mewakili Indonesia.

Acara Grand Final Pemilihan Ako Amoi Hakka Yogya yang berlangsung di SCH berakhir sekitar pukul 22:00 dengan terpilih Ako Yo'el Pradipta Nugroho yang ganteng dan Amoi Lusi Elpina yang cantik. Mereka akan bertugas sampai tahun 2022.

Ako Amoi Hakka Yogya 2020 - 2022(foto:ko in)

Selain ganteng dan cantik mereka juga nampak smart karena dengan tangkas menjawab pertanyaan juri dalam waktu 60 detik. Ako Yo'el merupakan mahasiswa 21 tahun dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, sedangkan Amoi Lusi adalah mahasiswi 22 tahun dari Profesi Kedokteran Gigi UGM.