Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Serrr..." di Malioboro

20 November 2020   06:48 Diperbarui: 20 November 2020   07:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesekali pengemudi bentor atau becak dan pedagang kaki lima bercanda dengan Ardi lewat kata-kata.

Sebelum diatur oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) Malioboro, untuk mangkal di depan hotel Mutiara lama. Ardi biasa ngamen dari toko ke toko di sepanjang Jl. Malioboro. Menurut penuturannya, dari segi pendapatan lebih banyak saat mangkal daripada berjalan menyusuri Malioboro dari Selatan ke Utara dan balok lagi ke Selatan.

"Pendapatannya lebih banyak, walau dengan jam yang sama," jelas Ardi sambil menyebutkan sejumlah angka yang lumayan besar untuk ngamen selama empat jam sehari. Dibandingkan saat masih berjalan dari toko ke toko. 

Jika mengetahui pendapatan ngamennya selama empat jam sehari  di Malioboro mungkin orang akan ngiri. Tetapi rasa iri tersebut akan cepat berlalu jika ada tawaran menggantikan kebutaan yang dialami Ardi sejak umur dua tahun .

Persiapan nyanyi (foto: Ko In)
Persiapan nyanyi (foto: Ko In)
Mengandalkan telinga sebagai ganti mata bukan hal yang mudah di untuk orang-orang yang masih diberi kesehatan semua panca inderanya. Ardi pun memiliki akun medsos, saya pikir waktu itu dengan huruf braille. 

Saya langsung tersadar dan diam dalam sepersekian detik. Mengingat handphone saat ini tidak lagi menggunakan tuts atau tombol timbul. Tetapi sudah serba layar sentuh.

Entah menyadari ketidak pahaman saya atau kebingungan saya. Ardi kemudian mengeluarkan handphonenya sambil menunjukkan bagaimana dia menerima pesan di medsos. Dan untuk sekian kalinya saya terkejut, saat Ardi memperdengarkan salah satu isi medsosnya. 

In action (foto: Ko In)
In action (foto: Ko In)
Saya tidak dapat mendengar jelas isi pesan tersebut walau volumenya cukup keras. Saya dibuat geleng-geleng dengan kemampuan Ardi dalam mendengar karena dengan mengatur kecepatan suara di atas rata-rata Ardi mampu mengerti isi pesan tersebut. 

Padahal yang saya dengar seperti suara orang yang berbicara sangat cepat. Terdengar seperti suara beberapa bebek atau sekumpulan ayam yang kelaparan.

Saya  pernah menjadi broadcaster, kerap mendekatkan telinga ke arah speaker dan melambatkan kecepatan ucapan seseorang untuk memperoleh kejelasan kata yang diucap. Itupun adakalanya masih sering kesulitan memahami kata yang diucapkan. Bantuan gambar bergerak atau film yang dipercepat gerakannya. Tetap tidak membantu menangkap jelas arti kata yang diucapkan.

Selalu nampak sumringah (foto: Ko In)
Selalu nampak sumringah (foto: Ko In)
Ardi menuturkan untuk dapat mendengarkan suara yang diucapkan cepat, butuh waktu untuk belajar. Tiba-tiba diri seperti diingatkan untuk tidak lelah selalu belajar. Ardi saja tidak kenal kata putus asa dalam hal belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun