Semua alami (foto: Ko In)
Mungkin logika sederhananya, jika pelanggannya sakit maka tidak akan mampir beli dawet ketempat Danial jualan. Masuk akal juga, strategi bisnis yang memikirkan keberlanjutan dan jangka panjang. Walau produknya hanya minuman tradisional dawet tetapi pembuatan dan pengelolaannya profesional. Peduli keamanan dan kesehatan pelanggan.
Strategi marketing Dawet Kani terarah pada mahasiswa, jika pandemi Covid-19 usai Danial berencana membuat tempat usahanya sebagai tempat nongkrong bagi mahasiswa. Selain ada Dawet Kani sebagai minuman khas juga makanan tradisional yang harganya cocok dengan kantong mahasiswa. Juga sebagai upaya mengajak mahasiswa untuk mencintai kuliner asli Indonesia.
Dawet hadapi tantangan zaman (foto: Ko In)
Sejarah Dawet Kani dapat ditelusuri lewat informasi yang tersaji internet. Bagaimana dawet ini tidak lepas dari perjumpaan seorang ningrat atau pejabat kerajaan zaman dahulu saat melakukan perjalanan di Pati, kota di Jawa Tengah yang tidak jauh dari Kudus. Dengan penjual minuman di pinggir jalan, karena merasakan enaknya minuman tersebut, sang pejabat bertanya. "
Ini apa? ". Di jawab oleh penjual minuman. "
Dawet."
Sebuah tantangan buat pelajar dan mahasiswa Yogya, yang dituntut mampu menjawab pertanyaan dengan jawaban yang cerdas, runtut dan runut, sistematis, komprehensif dan menggambarkan tingkat kecerdasan dan intelektualitasnya.
Manakala mendapat pertanyaan. Pilih mana antara Dawet dan Bobba ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya