Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suara "Tek, Tek, Tek ... Tek, Tek" dari Yogya

5 September 2020   01:05 Diperbarui: 5 September 2020   07:11 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam telah larut tetapi masih terdengar suara "Tek, tek, tek, tek, tek, tek …. Tek, tek, tek, tek, … Tek, tek, tek". Bersumber dari sebuah ruangan yang letaknya menjorok ke teras dari bangunan sebuah rumah.

Suara mesin ketik terasa semakin keras terdengar seperti memecah malam. Saat menyusun huruf-huruf agar menjadi kata-kata dan kalimat dalam lembaran kertas.  

Mesin ketik ditemukan pertama kali sekitar tahun 1800an, membantu mengungkapkan dan menyampaikan gagasan salah seorang penghuni rumah tersebut lewat kata-kata dan kalimat yang tersusun dari huruf-huruf, angka atau simbol-simbol dan tanda baca lainnya. Sehingga dapat dibaca dan dipahami oleh siapa saja.

Dari salah satu ruangan rumah ini, pikiran seorang laki-laki berperawakan kurus. Lahir berbagai tulisan yang berisi keinginan, gagasan serta kegundahan bagaimana caranya mengangkat derajat  anak-anak bangsa. 

Seseorang yang menyebut dirinya seorang guru atau pengajar yang menghubungkan bumi dan dewa atau dunia yang lebih tinggi. Dia mengetahui benar bagaimana memanfaatkan alat ini, mesin ketik untuk menyampaikan, pemikiran, maksud dan ide atau gagasannya agar diketahui banyak orang.

Mesin ketik di atas meja (foto:ko in)
Mesin ketik di atas meja (foto:ko in)
Mesin ketik miliknya menjadi alat sekaligus perantara terkait pemikiran bahwa setiap manusia itu setara. Memiliki hak yang sama dalam menjalani dan menikmati kehidupan. 

Menurutnya pendidikan itu penting agar setiap orang memperoleh pengetahuan sehingga mengerti dan mengetahui aneka macam ilmu dan pengetahuan. Ini merupakan cita-cita dan keinginan laki-laki yang suka mengetik saat malam telah larut. 

Apakah agar kita bisa mengerti dan memahami ide atau gagasannya, dengan membaca berlembar-lembar halaman kertas hasil ketikan dan tulisannya ? Bisa jadi, dia telah berpikir jauh ke depan.

Sebagian hasil ketikan atau tulisannya kemudian dikabarkan ke banyak orang lewat surat kabar, yang saat itu menjadi media yang cukup efektif untuk menyampaikan gagasan atau pendapatannya. Dan dapat menjadi sumber inspirasi sekaligus pengetahuan, yang bermanfaat. 

Tetapi dapat juga mengantarkan seseorang ke hotel prodeo alias penjara karena ada sebagian orang atau sekelompok orang yang merasa terusik karena merasa terganggu dan tidak terima.

Kamar khusus untuk mengetik (foto:Ko In)
Kamar khusus untuk mengetik (foto:Ko In)
Demikian pula dengan tulisan berjudul "Kalau Saya Seorang Belanda" tulisan Soewardi, membuatnya harus diasingkan dan di tahan di Belanda. Sebab tulisannya membuat marah pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menjajah Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun