Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suara "Tek, Tek, Tek ... Tek, Tek" dari Yogya

5 September 2020   01:05 Diperbarui: 5 September 2020   07:11 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamar khusus untuk mengetik (foto:Ko In)

Tulisan yang terdiri dari susunan huruf, kata dan kalimat dari mesin ketik atau tulisan tangan lewat pena. Bagaikan pedang bermata dua. Menginspirasi banyak orang, khususnya anak-anak negeri yang terjajah. 

Di sisi lain tulisan itu membuat berang pemerintah kolonial Belanda meradang. Sebab tulisan tersebut terbit di surat kabar De Expres yang mendapat perhatian pada eranya.

Lalu bagaimana dengan generasi sekarang yang gemar mengetik atau menulis di handphone dalam kesunyian tanpa suara. Kemudian mengabarkan ke media sosial. Apakah mereka menginspirasi ? Atau sebaliknya mengabarkan tulisan yang tidak jelas sumber informasi, kebenaran dan tujuannya.

(foto:today.line.me)
(foto:today.line.me)
Maka tidak heran jika tulisan dapat mengantarkan si penulis ke hotel prodeo. Bukan karena menginspirasi tetapi memang benar-benar tidak ada informasi apalagi inspirasinya. Atau barangkali mereka belum mendengar, membaca dan mengerti bagaimana caranya menghasilkan tulisan yang menginspirasi.

Saran saya, berkunjunglah ke museum Dewantara Kirti Griya yang berada di Jl. Tamansiswa 31 Yogyakarta. Lihatlah mesin milik bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, suara "Tek …, tek, tek, tek, tek. Tek, tek, tek, tek …." Pernah mengisi malam-malam yang telah larut. Berlomba dengan suara jangkrik dan hewan malam lainnya.

Di museum ini disediakan juga mesin ketik bekas, sebagai model agar pengunjung yang belum pernah mendengar dan merasakan membuat bunyi "tek, tek, tek". Supaya memiliki pengalaman dan sensasi tersendiri saat mengetik di mesin ketik manual. Apalagi jika membayangkan tulisannya itu kemudian dibaca banyak orang.

Meja kursi Ki Hadjar Dewantara (foto: ko in)
Meja kursi Ki Hadjar Dewantara (foto: ko in)
Mesin ketik itu masih tersimpan rapi di sebuah lemari, di salah satu ruangan di Museum Dewantara Kirti Griya, bersebelahan dengan Pendopo Tamansiswa. Bangunan yang tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas pendidikan khas asli Indonesia gagasan dari Soewardi Soerjaningrat, kemudian dikenal Ki Hadjar Dewantara.

Pendopo tersebut masih sering digunakan untuk aktivitas pendidikan seperti latihan tari siswa di komplek pendidikan Tamansiswa. 

Pendopo Tamansiswa (foto: Ko in)
Pendopo Tamansiswa (foto: Ko in)
Saat ini mungkin sudah jarang dan sulit mendengar suara "Tek, tek, tek, tek " dari mesin ketik. Demikian juga di museum Dewantara Kirti Griya, apalagi di malam yang telah larut. 

Namun jangan terkejut jika siang hari terdengar suara "Tek, tek, tek" mesin ketik dari arah museum yang dulu menjadi tempat tinggal keluarga Ki Hadjar Dewantara. 

Itu menandakan bahwa ada wisatawan yang berkunjung ke museum tersebut dan mencoba mengetik dari mesin ketik. Suara tersebut seolah menyambungkan kembali aktivitas mengetik kakek Ki Hadjar Dewantara dengan cucu-cucunya di zaman milenial ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun