Setelah menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Salah seorang temannya berujar, "Lho kamu tidak tahu pernah ada polisi bunuh diri di gereja ?". Pertanyaan itu dibalas dengan gelengan pelan seolah sisa energinya tidak mampu untuk mengatakan "Tidak" karena rasa takut tadi.
Bulan April 2005, Bripda Yohanes Widiyanto anggota Intelpam Polres Cirebon kedapatan tewas di dalam gereja Santo Antonius Kotabaru dengan luka tembak di kepala dari kening kanan tembus kening kiri. Saat ditemukan petugas gereja, setelah mendengar suara tembakan dari dalam gereja, tangan polisi tersebut masih menggenggam senjata pistol jenis revolver. (Tempo.co, 18/4/2005)
Penyesalan arwah tersebut menjadi pelajaran bagi kami untuk selalu menjaga harapan bagi diri sendiri atau orang lain yang membutuhkan. Mendorong untuk selalu siap sedia mendengar keluh kesah sesama.Â
Berusaha menjadi pendengar yang baik, bagi mereka yang membutuhkan teman dan tempat curhat. Jika memungkinkan mencoba bersama mencari solusi. Atau paling tidak sudah meringankan beban masalah hidupnya.
Namun demikian saat  mendengar keluhan dan masalah kenalan atau teman. Tidak jarang  ada yang iseng, yang membuat kaget karena suara tertentu. Seperti benda yang sengaja dijatuhkan. Tetapi bagi kami hal itu sudah biasa, solusinya dibiarkan saja. Sebab tidak jarang ada yang kepo dan cari perhatian.
Orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri menurut ajaran agama apapun tidak baik. Demikian pula kesaksian menurut mereka yang memiliki sixth sense.Â
Oleh karena itu, supaya jumlah hantu tidak bertambah. Tidak ada salahnya kita saling peduli, menyisihkan sedikit waktu untuk mendengar keluh kesah teman atau kenalan. Sebab tidak sedikit orang yang menanggung berat beban kehidupan.
Data dari Wikipedia menyebutkan sejak tahun 2008, bunuh diri telah menjadi salah satu dari sepuluh penyebab utama kematian. Dimana sekitar 800 ribu hingga satu juta orang meninggal tiap tahunnya karena bunuh diri. Bukankah ini berarti menambah jumlah hantu ?