Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kangen Lodeh, Cak?

25 Mei 2019   16:58 Diperbarui: 25 Mei 2019   22:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makan bersama itu aktivitas yang tidak hanya mengenyangkan perut tetapi juga mampu membangun relasi yang dalam antar pelakunya. Sehingga terjalin keakraban yang kualitatif berdasar kepedulian, saling menghargai pengalaman yang telah dijalani.

Berbagi pengalaman hidup dan ilmu bagian sifat baik manusia yang mesti dipelihara. Ditularkan kepada siapa saja agar semangat berbagi menjadi warna kehidupan sehingga bermanfaat bagi orang lain. Sebab sejatinya orang hidup itu berarti atau bermakna bila mampu berbagi dalam keterbatasan atau kekurangannya.

Sebagian Kompasianers Jogja (Kjog),di dalah satu akhir pekan di bulan kelima 2019 menggelar acara buka  bersama di Depot Jawa Timur, Sleman City Hall, Yogyakarta. Sambil mendengarkan pengalaman Monyoku admin instagram @fyijogja, tentang bagaimana mengelola medsos yang memberi pengaruh bagi banyak orang di dunia maya dan nyata.

Si pemalu ? (foto: ko in)
Si pemalu ? (foto: ko in)
Laki-laki kurus ini mengawalinya dengan malu-malu yang membuat sebagian Kjogs tertawa dan menghangatkan suasana di Depot Jawa Timur, khususnya di lantai dua. Ruangannya cukup lebar. Cocok untuk acara meeting kantor atau diskusi ringan seperti sore itu.

Lantai 2 Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Lantai 2 Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Menurut pengalaman Monyoku, hal penting dalam bermedsos khususnya Instagram jeli memperhatikan follower, view dan hastag. Pria yang gemar memakai kacamata bulat melihat ada beberapa karakteristik follower dan hal itu harus dicermati perilakunya.

Monyoku di hp (foto:ko in)
Monyoku di hp (foto:ko in)
Ada yang suka follow akun dan memberi like. Atau sebaliknya jarang memberi like atau follow back tetapi sering meminta pemilik akun lain untuk memfollow dirinya. Dalam kesempatan itu, Monyoku membagi beberapa tips dan trik cara meningkatkan jumlah follower.

Acara seru tersebut, semakin seru manakala saat berbuka puasa tiba. Soto Lamongan, sayur lodeh gurih dan ayam kremes menjadi pengisi perut yang sudah kosong. Buka puasa terasa manis dengan es buah dan sirup dingin. Tidak lupa kolak ketela. Menambah kenangan manis tentang hari ini di akhir pekan.

Soto Lamongan (foto:ko in)
Soto Lamongan (foto:ko in)
Soto Lamongan tanpa nasi cukup membuat kenyang perut karena bihunnya yang cukup banyak. Apalagi saat disantap dalam kondisi hangat. Tambah kecap dan sambal. Ehm...., uritan daging ayamnya pun cukup besar.

Satu mangkok soto Lamongan sudah habis. Namun lidah ini masih ingin mencicipi menu lainnya, yang cukup mengundang selera. Sayur lodeh dan tempe mendoan. Jangan lupa kecap dan sambal. Tak terasa tempe mendoan ketiga sudah menyusul ke mulut.

Suasana yang tadi cukup ramai dengan celotehan Kjog, menjadi sedikit hening karena Kjog sibuk dengan makanan yang ada di depannya. Saat Lihana, salah satu pengelola dari Depot Jawa Timur menanyakan bagaimana rasa masakannya.

Lodeh dan mendoan (foto:ko in)
Lodeh dan mendoan (foto:ko in)
Lidah saya kelu seolah sulit untuk menjawabnya. Masalahnya dalam pikiran ini berputar-putar pikiran bagaimana bisa membawa pulang sayur lodeh yang begitu gurih, buat makanan sahur. Sehingga kata yang keluar pertama kali dari mulut saya, "Sayangnya......, perut ini sudah kekenyangan. Padahal pingin nambah lodehnya."

Bukan kalimat itu yang  sebenarnya ingin saya utarakan. Yang ingin saya sampaikan,"Sayangnya..... tidak bisa bawa pulang sayur lodehnya. Padahal enak sekali." Ah, lidah memang tidak bertulang.

Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Depot Jawa Timur (foto:ko in)
Gurihnya pas dan tidak terlalu asin. Sebetulnya sayur lodeh itu bukan menu utama. Yang utama rawon dan cingur khas Jawa Timuran. Maka tidak aneh jika Lihana mengambil nama Jawa Timur untuk depotnya karena Rawon dan  rujak Cingur itu khas milik Jawa Timur.

Identitas lokal yang ditandai dari jenis kuliner memang memperkaya bangsa ini. Perbedaan selera, jenis makanan sampai adat dan budaya menjadikan Indonesia itu unik. Perbedaan yang menyatukan walau rawon dan cingur ada di Jogja tapi dapat hidup berdampingan dengan gudeg dan makanan lainnya yang memilik brand dari luar negeri.

Tampak depan (foto:ko in)
Tampak depan (foto:ko in)
Ruangan depot Jawa Timur kesannya sederhana tetapi justru disitu letak daya tariknya. Warna krem dan coklat mendominasi ruangan dengan letak kasir yang ada di tengah. Tidak di pintu atau pojokan dekat dinding. Sebagaimana warung atau cafe lainnya. Ini menambah suasana keakraban.

Beberapa lukisan menggambarkan identitas Jawa Timur mengisi sebagian dindingnya. Benar-benar ruangan yang semakin membuat rindu pulang kampung, Cak.

Krem dan coklat (foto:ko in)
Krem dan coklat (foto:ko in)
Setelah kenyang dengan soto dan sayur lodeh, tiba-tiba isi kepala ini dipenuhi dengan lagu yang akrab di telinga. Hampir setiap orang mengenalnya karena cukup populer.

Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan
Rek ayo rek rame rame bebarengan
Cak ayo cak sopo gelem melu aku
Cak ayo cak golek kenalan cah ayu

Ngalor ngidul liwat toko ngumbah moto
Masio mung nyenggal nyenggol ati lego
Sopo ngerti nasib Awak lagi mujur
Kenal anake sing dodol  motor mabur

Ups.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun