Makan bersama itu aktivitas yang tidak hanya mengenyangkan perut tetapi juga mampu membangun relasi yang dalam antar pelakunya. Sehingga terjalin keakraban yang kualitatif berdasar kepedulian, saling menghargai pengalaman yang telah dijalani.
Berbagi pengalaman hidup dan ilmu bagian sifat baik manusia yang mesti dipelihara. Ditularkan kepada siapa saja agar semangat berbagi menjadi warna kehidupan sehingga bermanfaat bagi orang lain. Sebab sejatinya orang hidup itu berarti atau bermakna bila mampu berbagi dalam keterbatasan atau kekurangannya.
Sebagian Kompasianers Jogja (Kjog),di dalah satu akhir pekan di bulan kelima 2019 menggelar acara buka  bersama di Depot Jawa Timur, Sleman City Hall, Yogyakarta. Sambil mendengarkan pengalaman Monyoku admin instagram @fyijogja, tentang bagaimana mengelola medsos yang memberi pengaruh bagi banyak orang di dunia maya dan nyata.
Acara seru tersebut, semakin seru manakala saat berbuka puasa tiba. Soto Lamongan, sayur lodeh gurih dan ayam kremes menjadi pengisi perut yang sudah kosong. Buka puasa terasa manis dengan es buah dan sirup dingin. Tidak lupa kolak ketela. Menambah kenangan manis tentang hari ini di akhir pekan.
Satu mangkok soto Lamongan sudah habis. Namun lidah ini masih ingin mencicipi menu lainnya, yang cukup mengundang selera. Sayur lodeh dan tempe mendoan. Jangan lupa kecap dan sambal. Tak terasa tempe mendoan ketiga sudah menyusul ke mulut.
Suasana yang tadi cukup ramai dengan celotehan Kjog, menjadi sedikit hening karena Kjog sibuk dengan makanan yang ada di depannya. Saat Lihana, salah satu pengelola dari Depot Jawa Timur menanyakan bagaimana rasa masakannya.
Bukan kalimat itu yang  sebenarnya ingin saya utarakan. Yang ingin saya sampaikan,"Sayangnya..... tidak bisa bawa pulang sayur lodehnya. Padahal enak sekali." Ah, lidah memang tidak bertulang.
Identitas lokal yang ditandai dari jenis kuliner memang memperkaya bangsa ini. Perbedaan selera, jenis makanan sampai adat dan budaya menjadikan Indonesia itu unik. Perbedaan yang menyatukan walau rawon dan cingur ada di Jogja tapi dapat hidup berdampingan dengan gudeg dan makanan lainnya yang memilik brand dari luar negeri.
Beberapa lukisan menggambarkan identitas Jawa Timur mengisi sebagian dindingnya. Benar-benar ruangan yang semakin membuat rindu pulang kampung, Cak.
Rek ayo rek mlaku mlaku nang Tunjungan
Rek ayo rek rame rame bebarengan
Cak ayo cak sopo gelem melu aku
Cak ayo cak golek kenalan cah ayu
Ngalor ngidul liwat toko ngumbah moto
Masio mung nyenggal nyenggol ati lego
Sopo ngerti nasib Awak lagi mujur
Kenal anake sing dodol  motor mabur
Ups.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H