Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Langkah, Tindakan dan Maaf dari Menteri Agama Terkait Hoax

3 Agustus 2018   02:10 Diperbarui: 3 Agustus 2018   21:57 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pemimpin paham dan sadar akan adagium, the bad news is the good news. Menjadi Menteri Agama di era millenial sadar bahwa kehadiran medsos membuat sebagian orang menjadi suka, lempar batu sembunyi tangan.

Menjadi Menteri Agama, pertama memahami perbedaan kedua adagium tersebut. Keduanya tidak serupa dan juga tidak sama. Bukan juga saudara kembar namun jika tidak dikelola dengan baik berpotensi menjadi sumber malapetaka. 

Adagium the bad news is the good news tidak lepas dari sebuah peristiwa yang menjadikan sesuatu tidak rapi, tidak tertib, tidak normal dan tidak lancar. Oleh karena alasan keterbatasan kemampuan atau karena keteledoran manusia.  

(www.madison.com)
(www.madison.com)
Sesuatu yang buruk dan tidak sempurna, mudah menarik perhatian. Gampang menjadi bahan pembicaraan atau diskusi di masayarakat. Informasi, kabar, berita atau bad news itu good news karena menjadi santapan dan perbincangan bagi banyak orang.  

Hoax itu destructive, menari di atas derita orang lain

Setiap orang  memiliki kebebasan untuk berpendapat dan mengomentari. Melihat persoalan secara kritis, suka mengkritik dan nyinyir. Tetapi tidak pernah menawarkan solusi. Ada pula yang lebih arif dengan memberi solusi atau jalan keluar. Tanpa mengurangi sikap kritisnya pada kebijakan yang dikeluarkan oleh menteri atau pemerintah.

(www.kolomyusufbahtiar.blogspot.com)
(www.kolomyusufbahtiar.blogspot.com)
Kedua, menjadi Menteri  Agama artinya melihat bad news is good information. Bad news  mengandung kekurangan, ketidak sempurnaan dan kesalahan yang berdasar  pada fakta sehingga perlu pembenahan atau perbaikan.

Bad news tidak selamanya buruk karena nyata, terbuka kesempatan perbaikan atau penyempurnaan .  Bukan sesuatu yang maya. Sementara hoax sengaja dibuat biar nampak nyata lewat rekayasa data. Memanipulasi fakta dengan tulisan dan gambar yang statis atau dinamis.

Hoax atau berita bohong, informasinya tidak faktual dan tidak sesuai realitas yang ada. Kabar yang disampaikan tidak jelas sumbernya. Hoax tujuannya merusak. Sifatnya destruktif. Menciptakan ketidak tertiban, rusuh dan chaos.

Mengakibatkan rusaknya tatanan sosial, tatanan negara dan tatanan nilai-nilai kemanusian. Lewat perbedaan suku, ras dan agama yang kerap dijadikan pemicu utama untuk menghancurkan sebuah sistem sosial kemasyarakatan.

(The Ugly Man, Foto: Ko In)
(The Ugly Man, Foto: Ko In)
Orang-orang yang membuat hoax, orang yang buruk dan jahat hatinya. Tindakan, cara berpikir dan niatnya terkadang tercermin dari raut wajahnya. Mereka adalah the ugly man,sangat jelek, buruk, tidak  menarik bukan hanya secara fisik tetapi juga hati dan pikirannya. 

Mereka adalah orang-orang yang suka lempar batu sembunyi tangan. Menari-nari dan mencari keuntungan diatas derita orang lain. Mereka miskin tanggungjawab. Sementara itu, disisi lainnya ada orang yang mengabarkan bad news memiliki semangat membangun atau memperbaiki. 

Contohnya, layanan jemaah haji dari tahun ke tahun tidak lepas dari sorotan negatif media mainstream yang kerap menyajikan bad news. Namun dampaknya terjadi peningkatan pelayanan sehingga membuat semakin nyaman para jemaah haji dalam menjalankan ibadah.

(www.kominfo.go.id)
(www.kominfo.go.id)
Kantor Kementerian agama dengan suka hati menerima informasi badnews sebagai bahan evaluasi sekaligus pembenahan layanan. Tidak sedikit orang yang memiliki kepedulian dan rasa tanggungjawab untuk memperbaiki negeri ini dengan caranya yang kritis. Tidak segan menawarkan solusi dan tidak jarang ikut terlibat dalam upaya perbaikan.

Ketiga, sebagai Menteri Agama mewajibkan seluruh pegawai meningkatkan kinerja dengan lebih berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tidak sebatas pada proses melakukan pengawasan dan penyelenggaraan jemaah haji . 

(www.kemenag.go.id)
(www.kemenag.go.id)
Tidak cukup dengan meningkatan kualitas pengetahuan dalam ilmu agama atau nilai moral . Tetapi ikut bertanggungjawab agar ilmu serta pengetahuan tersebut dapat diamalkan dan dipraktikan sehingga memberi dampak positif bagi masyarakat. Khususnya dalam melawan hoax.

Keempat, meminta Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan di kantor Kementerian Agama lebih adaptif, antisipasif, inovatif dan kreatif dalam menyikapi keberadaan media sosial sejalan dengan perkembangan ilmu serta teknologi. 

Tidak sedikit masyarakat enggan mencari informasi di situs dan medsos Kemenag atau datang langsung ke kantor Kemenag karena layanan, pendekatan, kemasan cara penyampaian serta sajian informasi dan beritanya kurang menarik. Monoton, kaku, tidak kreatif, miskin gagasan atau ide. 

(www.maxmanroe.com)
(www.maxmanroe.com)
Maka tidak salah jika masyarakat beralih pada informasi yang lebih menarik dan menggoda, yang mampu memuaskan gairah keingin tahuannya walau tidak jelas sumber dan jauh dari kebenaran atau hoax. 

Akan jadi malapetaka jika pegawai Kementerian Agama tidak kreatif serta minim daya imajinasi di era milenial, dalam mengelola informasi dan pengetahuan terkait agama serta moral. 

(www.kemenag.go.id)
(www.kemenag.go.id)
Tindakan kelima, sebagai langkah strategis dalam melawan hoax. Mengefektifkan kerja antar dirjen Bimas di setiap kantor kementerian Agama tingkat pusat, wilayah, kabupaten dan kota. Kehadiran medsos mestinya menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menghargai antar umat beragama karena kecepatan dan kemudahan dalam mengakses informasi. 

Untuk itu dirjen Bimas antar agama harus produktif membagikan informasi atau berita yang berkualitas, berciri pada nilai saling menghargai dan menghormati  antar umat beragama walau ada perbedaan antara umat yang seagama atau yang berbeda agama.  

Kesan selama ini, masing-masing Bimas berjalan sendiri-sendiri. Jika sudah terjalin kerjasama informasi yang menggambarkan kerukunan antar umat beragama jarang terpublikasikan dengan menarik dan baik. 

Tidak jarang informasi yang dipublikasikan dan dishare  tentang kegiatan sifatnya seremonial seperti seminar, pelatihan atau pembinaan. Foto yang diunggah kurang menarik, sebatas kegiatan internal kantor yang sedikit berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat. 

(www.twitter.com)
(www.twitter.com)
Orientasinya masih pada diri sendiri bukan pada pelayanan publik. Gemar narsis dan suka pamer hasil kerja atau prestasi diri. Tidak heran jika publik, masyarakat atau netizen minim minat untuk mengakses informasi di situs dan medsos kantor Kementerian Agama. Publik membutuhkan informasi  dan layanan yang bermanfaat bagi dirinya. Bukan tentang apa dan siapa pegawai Kementerian Agama.

Langkah keenam,  sebagai Menteri  Agama saya meminta dialog rutin antar Bimas di Kementerian Agama ditingkatkan. Guna membahas isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat maupun di media sosial. 

Hasilnya dipublikasikan lewat berbagai media termasuk medsos agar menjadi pengetahuan bagi masyarakat terkait dengan masalah yang sedang terjadi, ter up date. Sehingga mampu menciptakan  kesadaran dan pemahaman untuk tetap saling menghargai, menghormati antar umat beragama dan seagama.

Dengan demikian setiap kantor di bawah Kementerian Agama di tingkat wilayah, kabupaten dan kota dapat memproduksi informasi atau berita yang baik, benar serta bertanggungjawab untuk mengimbangi berita-berita hoax yang tersebar di dunia maya.  Sekaligus untuk meminimalisir dan counter attack atas hoax 

(www.youtube.com)
(www.youtube.com)
Responsif bukan reaktif

Langkah ketujuh , saya akan meningkatkan kualitas serta kuantitas kerja dari Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat  Pusat Kerukunan Umat Beragama. Lewat pendidikan, pelatihan dan evaluasi rutin di unit-unit kerja. 

Tujuannya agar pegawai di daerah, tingkat kabupaten kota lebih aktif dalam menyebarkan berita yang bertanggungjawab  dan dapat memilah-milah jenis hoax dengan berbagai modelnya. Harapannya supaya mampu meredam sekaligus memupus beredarnya hoax secara dini langsung dari sumber atau akarnya.

Sebagian ciri hoax merekayasa fakta peristiwa di sebuah daerah atau lokasi. Kemudian dimanipulasi sehingga menjadi bias, melenceng bahkan tidak benar. Kemudian disebarkan. Masyarakat yang kurang jeli dan teliti, kerap termakan informasi hoax yang memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan.

(www.offcialcevanideas.wordpress.com)
(www.offcialcevanideas.wordpress.com)
Pendidikan dan pelatihan menjadikan pegawai Kementerian Agama kabupaten kota menjadi lebih responsif. Bukan reaktif terhadap setiap informasi atau berita yang tidak jelas kebenarannya. Sehingga mampu mengambil langkah strategis dan taktis dalam membendung dan meredam penyebaran hoax. 

Langkah kedelapan, pegawai kementerian agama harus mereformasi dirinya. Mereformasi mentalnya, kinerja berorientasi pada pelayanan publik. Termasuk memberi layanan informasi, baik diminta atau tidak diminta oleh publik. 

Tidak sedikit pegawai kementerian memaknai kantornya, jauh dari urusan atau masalah duniawi. Terlalu autopis, tidak membumi. Merasa tugas dan pekerjaannya hanya mengurusi atau melayani hal yang vertikal saja. Terkait dengan Sang Pencipta,  yang saleh dan yang suci saja.

(www.harritsRizqi.blogspot.com)
(www.harritsRizqi.blogspot.com)
Membangun tembok imajiner yang memisahkan antara yang melayani dan dilayani. Kurang ramah, merasa tugasnya hanya mengurusi hubungan manusia dengan Tuhan.  

Lupa bahwa kedamaian itu perlu diciptakan di atas bumi dengan menyelaraskan hubungan horisontal  antar umat manusia yang beda suku, agama, ras dan budaya. Celah ini yang kerap dimanfaatkan oleh the ugly man untuk menyebarkan hoax.

Langkah kesembilan sebagai Menteri Agama,  saya instruksikan untuk menjalin kerjasama lebih intensif  lintas departemen atau lintas sektoral. Antara Kantor kementerian agama di tingkat kabupaten kota dengan kantor dinas atau departemen  yang ada di daerah masing-masing.

Tujuannya mengantisipasi munculnya hoax yang mengangkat isu atau masalah antar departemen atau institusi. Hoax cenderung mengadu domba. Untuk itu perlu tindakan yang responsif bukan reaktif. Sekaligus menutup celah hubungan horisontal yang kerap dimanfaatkan oleh the ugly man dalam membuat hoax.

Koordinasi yang baik antar instansi pemerintah serta institusi lain akan menciptakan komunikasi yang cepat, lancar dan akurat. Manakala muncul hoax, masing-masing kantor pemerintah memberikan informasi dan klarifikasi, walau dengan gaya, kemasan yang berbeda sesuai dengan warna lembaganya masing-masing.

(www.buletinmitzal.com)
(www.buletinmitzal.com)
Melihat kekompakan tersebut hoax akan bosan dengan sendirinya. Gagal meracuni isi kepala masyarakat atau netizen. Namun demikian, sebagai Menteri Agama saya berpesan, jangan lupa untuk cek dan ricek. Tingkatkan daya kritis dalam menanggapi segala macam bentuk berita atau informasi.

Tindakan atau langkah saya sebagai Menteri Agama sebagian besar pembenahan internal. Hoax muncul karena kantor Kementerian Agama pasif, sibuk dengan urusannya sendiri. Sibuk mengejar kesalehan dan kesucian menurut ukurannya sendiri. 

Rasa kepeduliannya tipis. Membiarkan masyarakat dalam kebingungan, resah, khawatir dan was-was dengan berbagai berita atau informasi yang tidak jelas sumber dan kebenarannya.  

Untuk itu, sebagai Menteri Agama saya, "Minta maaf..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun