Ternyata kebiasaan tersebut tidak jauh beda dengan anjuran pemerintah untuk #cekklikbpom. Namun bukan berarti saya tidak pernah mendapat pengalaman tidak menyenangkan saat mengonsumsi produk pangan olahan. Saya mempunyai pegalaman kecut campur pahit saat minum susu kemasan UHT, dari merek cukup terkenal.Â
Saya tidak buru-buru membuang susu yang rasanya aneh tetapi menuangkan ke gelas. Ternyata ada jamur, warnanya berbeda dengan susu dari merek dan jenis yang sama. Jadi ngeri, membayangkan susu rusak masuk ke dalam perut.
Selanjutnya, saya cari alamat email atau nomor telpon keluhan konsumen yang tertera di kemasan. Setelah melakukan komunikasi lewat email dengan menceritakan pengalaman saat meminum susu tersebut. Beberapa hari kemudian ada ucapan perminta maaf dari perusahaan tersebut.
Inti cerita pengalaman tersebut, sefamiliar atau seakrab apapun kita terhadap bahan pangan olahan termasuk yang sudah menjadi langganan. Tetap harus cermat dan teliti saat membeli. Apalagi saat membeli obat, lebih teliti dalam melihat (K)emasan, (L)abel, (I)zin edar dan masa (K)edaluwarsa. Cermat dengan K L I K.
Kembali pada cerita paracetamol untuk menurunkan panas badan yang tidak bisa diajak kompromi  menjelang mudik. Sebelum membeli, saya mencari tahu informasi seputar paracetamol, seperti indikasi beserta kandungannya lewat internet.
Walau sudah mengetahui obat ini termasuk golongan obat bebas atau ada huruf B di nomer registrasinya.  Namun saya tetap kepo pada paracetamol.
Manfaat lain, dengan mengetahui informasi awal tentang obat, saya dapat bertanya ke petugas jaga atau apoteker di apotek. Terkait info obat paracetamol yang belum ada di internet.
Selain paracetamol, Â saya membeli suplemen vitamin C. Tujuannya, manakala suhu badan turun, saya menggantinya dengan suplemen vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh.