Hatta peletak dasar ekonomi kerakyatan Indonesia menyebutkan bahwa koperasi itu anasir pendidikan ekonomi dan moral yang kuat karena berdasar pada solidaritas atau setia kawan dan keinsyafan akan harga diri.
Bertolak dari kesadaran agar mampu bertahan hidup di Paris, Prancis sebagian anak-anak negeri yang teralienasi secara politis, mendirikan SCOP Fraternite Restaurant Indonesia. SCOP singkatan dari Societe Cooperative d'Ouvries Pour la Production atau Badan Koperasi Kaum Buruh Untuk Usaha Produktif.
Mengapa koperasi menjadi pilihan? Menurut JJ. Kusni salah  satu pendiri Restauran Indonesia, hal itu bertolak  dari ide kebersamaan menolak individualisme dan koperasi  merupakan alat yang mampu menggugah solidaritas kemanusiaan dan keadilan.
Membandingkan bentuk usaha koperasi dengan bentuk ekonomi yang saat ini dominan, yang kapitalistik seperti menentang arus. Namun dalam kenyataan, sistem kooperatif dengan menerapkan hukum-hukum umum ekonomi tetap bisa bertahan dan berkembang dalam berbagai bidang usaha sebagai sistem paralel dengan sistem kapitalis. (JJ. Kusni, Membela Martabat Diri dan Indonesia)
Â
Koperasi Restoran Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan Restauran Indonesia, hadir di era millenial, kelahirannya dibidani oleh para intelektual yang usianya tidak lagi muda karena  alasan utama mencoba untuk bertahan hidup di negeri perantauan Prancis. Kini koperasi itu tetap eksis walau usianya sudah mencapai kepala tiga, 35 tahun.
Keberadaanya mestinya mampu membuka mata bagi siapa saja bahwa sistem usaha berbentuk koperasi tidak dapat dipandang remeh.
Berbeda dengan kenyataan di negeri sendiri bagaimana tidak mudah melepas bayang-bayang sebagian koperasi di Indonesia yang nampak kusam, kotor dan tidak menarik. Kegiatan usahanya seolah-olah sebatas simpan pinjam, menjual alat tulis kantor (ATK) dan foto copy. Belum lagi imej yang kurang dinamis, hanya untuk  generasi old, kurang ramah, terkesan ketinggalan jaman dan tidak visionable bagi generasi millenial.
Generasi millenial lahir antara tahun 1980 sampai 2000an. Usianya berkisar antara 18 sampai 38 tahun. Lahir dalam masa dimana teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang cukup pesat. Mereka lahir hampir bersamaan dengan lahirnya televisi berwarna, handphone dan internet. Maka tidak heran jika generasi ini lebih trampil dalam memanfaatkan teknologi komunikasi.