Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Uma Dapur Indonesia, Bukan Hanya Soal Rasa tetapi Juga Kenangan

27 April 2018   12:31 Diperbarui: 27 April 2018   12:36 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman depan Uma Dapur Indonesia Yogya (foto; Ko In)

Bukan berarti telpon jaman dahulu tidak cerdas walau saat itu untuk menelpon antar kota harus datang ke kantor telkom dan sesampai disana masih harus mengantri karena tidak sedikit yang akan melakukan pembicaraan antar kota yang dikenai tarif interlokal.  

Sesampai di belakang rumah Uma Dapur Indonesia terdapat halaman yang cukup luas yang sudah di buat sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk memuat banyak orang sambil menyantap makanan. Konsepnya ruang terbuka, untuk menghindari panasnya matahari ada tenda warna terang dengan ukuran cukup besar dan tinggi. Sehingga angin bersikulasi lancar membuat suasana segar.

Halaman belakang (foto: Ko In)
Halaman belakang (foto: Ko In)
Lampu taman (foto: Ko In)
Lampu taman (foto: Ko In)
Pohon yang tinggi di sekilingnya  ikut menciptakan suasana sejuk dan beberapa lampu taman yang membuat suasana di malam lebih romantis saat menunggu pesanan makanan khas Nusantara , sebagai ciri dari Uma Dapur indonesia.

Dalam usaha mendapatkan cita rasa yang asli sesuai asal makanannya. Tulus, Manajer Uma Dapur Indonesia menceritakan pihaknya mendatangkan ibu-ibu atau simbok-simbok dari Gunung Kidul untuk mengajari juru masak Uma Dapur Indonesia, bagaimana memasak sayur Lombok Ijo khas Gunung Kidul dengan resep asli.  

Tidak cukup mengajari tetapi beberapa bulan sekali mereka diundang ke Uma Dapur Indonesia untuk merasakan masakan hasil para juru masak apakah ada yang kurang atau berlebih terkait cita rasa makanan khas. Hal yang sama juga dilakukan untuk beberapa jenis makanan lainnya.

Suasana asri (Foto: Ko In)
Suasana asri (Foto: Ko In)
Pada kesempatan weekend sore itu bertepatan dengan hari Kartini, saya mendapat kesempatan untuk mencicip nasi goreng,  ayam cemet, pecel Semarangan, bakmi jowo dan sop buntut. Sore itu hujan tidak terlalu lebat menambah suasana sore semakin syahdu. 

Kartini-Kartini di sebelah ruangan (foto: Ko In)
Kartini-Kartini di sebelah ruangan (foto: Ko In)
Apalagi ada beberapa Kartini nampaknya sedang merayakan kebersamaan mereka di samping ruangan kami berada. Jadi mengingatkan Kartiniku yang suka akan pecel, lengkap dengan kerupuk gendarnya serta tempe garitnya.

Pecel Semarangan (foto: Ko In)
Pecel Semarangan (foto: Ko In)
Canda dan tawa mereka terkadang sampai ke telinga kami para Kompasianers Jogja, saat itu kami hadir berlima di Uma Dapur Indonesia. 

Nasi goreng dan wedang tape ketan (foto:Ko In)
Nasi goreng dan wedang tape ketan (foto:Ko In)
Tiba-tiba kawan lama menelpon, memberitahukan jika minggu depan berada di Yogya. Mengajak bertemu, ngobrol sambil makan nasi goreng serta minum wedang secang atau wedang uwuh. Saya pun menjawab dengan singkat.

 "Siap.....". 

Terbayang jelas saya akan makan nasi goreng lagi di Uma Dapur Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun