Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ada Cinta di Rupiah, Tapi Bukan Gambar Hati atau Kata "Love"

20 Desember 2017   07:55 Diperbarui: 24 Desember 2017   14:10 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: www.bi.go.id (repro)
Foto: www.bi.go.id (repro)
Mengamati selembar rupiah pada sisi  gambar pahlawan. Terbesit pikiran bagaimana rasanya para pejuang dan pahlawan kita menahan dan mengendalikan kegalauan hatinya  saat berjuang. Tentang ketakutannya, kepedihannya kehilangan orang-orang yang ada disekitarnya karena terlebih dahulu gugur dalam medan perang.

Atau tentang kerinduan yang dalam terhadap orang - orang yang dicintai karena harus meninggalkannya untuk memenuhi panggilan ibu pertiwi. Untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan bagi bangsa dan negara.

Bayangkan bagaimana mereka harus mengendalikan pergolakan dan campur aduk hatinya saat memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Mereka juga manusia yang memiliki hati. Memiliki cerita tentang cinta terhadap kekasih atau keluarga. Namun itu semua mereka nomor duakan, demi kemerdekaan yang dipersembahkan untuk kita, yang hidup di masa merdeka saat ini.

Pengorbanan mereka teramat besar. Bagaimana kita mampu membalas pengorbanan para pahlawan. Jika kita tidak dapat mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan menjaga kekuatan nilai tukar rupiah. Sebagai salah satu cara menghormati simbol kedaulatan bangsa dan negara.

Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Menegakkan kedaulatan ekonomi harus dengan tindakan. Tidak cukup dengan kata-kata tetapi harus  lewat aksi. Caranya, setia dan komit menggunakan rupiah dalam setiap transaksi ekonomi di seluruh wilayah Negera Kesatuan Republik Indonesia.

Sebab  mencintai rupiah itu harus rela berkorban, mengembangkan dan berkomitmen. Dalam cinta tidak ada istilah untung rugi yang ada pengorbanan dan rela membagi kebahagaian satu dengan yang lain. 

Apakah kita sudah membahagiakan jiwa para pahlawan yang telah memberikan cinta, jiwa dan raganya untuk kemerdekaan kita dan kemerdekaan bangsa? Masihkah akan meremas-remas uang kertas rupiah yang berisi gambar pahlawan yang banyak berkorban demi kita. Atau malah "mengkhianati" mata uangnya sendiri dan memberi keuntungan bagi  mata uang dari negara lain. 

Foto: www.bi.go.id
Foto: www.bi.go.id
Jangan sekali-kali melupakan cinta para pahlawan. Lihat dan amati di tiap lembaran rupiah. Disitu kita temukan cerita tentang cinta dan tentang pengorbanan. Bukan tentang untung rugi.  

Di atas kertas berpengaman yang bernama rupiah. Kita lihat karya atau hasil kerja berdasarkan cinta. Gabungan kata-kata,  titik-titik dan garis-garis yang tertata secara simetris dan estetis. Sampai gambar yang bercerita tentang keragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.

Bangsa yang penuh cinta akan adat istiadat serta budaya, yang mencerminkan keakraban dengan lingkungan. Bahasa cintanya lugas walau terkadang simbolik, penuh makna. Bahkan terkadang terkesan malu-malu. Yang jelas bahasa cinta rupiah bukan bahasa cinta yang berbentuk gambar hati atau kata "Love".

Masihkah menolak ungkapan cinta rupiah? Bangsa ini merdeka tidak lepas dari cinta. Jadikan rupiah berdaulat di rumahnya sendiri. Rumah yang hangat akan cinta kepada rupiah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun