Pertama, lebih repot karena harus teliti saat membeli rumah. Baik KPR atau non KPR. Cermat melihat kondisi bangunan dan mengetahui sejarah kepemilikan rumah. Serta memperhatikan lingkungan. Apakah rawan bencana atau rawan sosial.
Kedua, perlu dana  besar untuk membeli rumah yang diimpikan. Untuk sebagian orang mungkin sulit apalagi jika pendapatan bulanannya tidak jauh dari UMR.
Ketiga, butuh waktu untuk mewujudkan mimpi. Tidak ada kata lain harus rajin berburu. Tidak mudah tapi harus sabar. Rumah yang kami tinggali saat ini merupakan hasil perburuan sekitar satu tahun.
Sebagai keluarga muda yang belum lama menikah, saya tidak mungkin membeli rumah secara tunai karena tabungan belum mencukupi.  Dana di tabungan berkisar 20 persen dari harga rumah yang  ditawarkan. Solusinya di bawah ini.
-----
Belinya Tunai Keras Bayarnya Tunai Bertahap atauCash Installment
Kami membeli rumah dengan tunai keras. Namun proses pembayarannya secara tunai bertahap. Dengan dana sekitar 20 persen dari harga rumah yang ditawarkan. Kami menutup kekurangan dengan cara meminjam uang dari bank. Mengagunkan sertifikat rumah milik orang tua sebagai jaminan untuk masa pinjaman tiga tahun. Â
Sehingga dalam waktu hampir bersamaan kami dapat melakukan transaksi secara hard cash dan cash installment untuk memiliki rumah. Cara solutif mewujudkan mimpi memilik rumah lewat bank. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Kekurangan Tunai Bertahap
Pertama, dana atau uang muka untuk membeli rumah cukup besar. Sehingga harus diperhitungkan dengan pendapatan dan tempo atau waktu pelunasan.
Kedua, waktu angsuran yang terbatas mengakibatkan nilai angsuran tiap bulan cukup besar. Sebagai pekerja di sektor swasta yang rentan terkena PHK, hal ini harus dipertimbangkan secara masak.