Ketiga, orang tua mengajarkan saya cermat dalam mengatur keuangan. Membeli sesuatu karena memang diperlukan.Â
Keempat, membeli rumah secara KPR dapat menjadi penghasilan tambahan karena dikontrakan sebelum ditempati. Bapak masih dinas dan masih memiliki hak tinggal di asrama. Â
Kelima, rumah KPR menjadi investasi. Nilai ekonominya cenderung naik dari tahun ke tahun. Sementara nilai mata uang semakin tahun cenderung melemah atau mengecil. Tanpa terasa beban kredit terasa ringan.
Suatu saat saya pulang, ke asrama orangtua tinggal. Tempat saya dibesarkan sebelum melanjutkan studi di Yogya. Mendapati rumah terkunci.
Kata tetangga, bapak ibu dan adik pergi ke rumah KPR yang dibeli bapak beberapa tahun lalu. Nampaknya rumah akan ditempati setelah beberapa lama dikontrakan. Ini mengingatkanku bapak akan pensiun dan harus keluar dari asrama.Â
Keinginan membeli rumah merupakan mimpi bagi kebanyakan keluarga muda. Namun apa daya jika kemampuan uang baru sebatas untuk kontrak rumah atau sewa kamar. Apalagi saya dan istri bekerja di perusahaan swasta
Untuk itu harus cermat dalam menghitung pendapatan dan pengeluaran. Termasuk menyiapkan masa depan karena tidak ada pensiun. Sementara memiliki rumah merupakan impian bagi "kontraktor" seperti saya.
Sering pindah kontrakan karena rumah tidak boleh diperpanjang. Pemilik beralasan akan ditempati sendiri. Jika boleh ditempati lagi harga sewa naik. Dana jelas tidak mencukupi, sehingga terpaksa pindah mencari kontrakan yang lebih murah.
Sementara sepeda motor sarana utama mengantar kerja dan mencari kontrakan,sudah tua dan sering macet. Setelah menghitung kemampuan kami memutuskan membeli motor dengan cara kredit. Â