Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Berbagi dari Pemecah, Pemahat dan Pengukir Batu

7 Oktober 2017   03:30 Diperbarui: 7 Oktober 2017   17:27 2967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Butuh berjam-jam untuk memecah batu (Foto: Ko In)

Batu nisan dengan ukuran satu meter, beratnya mencapai sekitar 120 kg. Dijual dengan harga jual Rp 1,5 juta. Jika tempatnya diluar jangkauan atau cukup jauh maka dikenakan biaya transpotasi pengiriman.

Untuk yang besar dengan ukuran dua meter, jangan tanya soal berat. Bisa 3 sampai 5 kali lebih beratnya dari yang biasa. Bayangkan sendiri bagaimana mengangkutnya. Maka harganya jauh lebih mahal  bisa mencapai Rp 12 juta. 

Daftar order (Foto; Ko In)
Daftar order (Foto; Ko In)
Selain bahan dasar yang mulai sulit didapat. Resiko saat melakukan pengangkutan juga besar.  Untuk menghemat biaya, ada pelanggan atau calon konsumen yang meminta memahat dan mengukir batu di tempat dimana batu tersebut berada atau ditemukan. Alasannya lebih dekat dengan lokasi makam atau lokasi dimana batu tersebut akan dipasang.

Maka tidak heran jika bengkel kerja Purwantoro dan beberapa pekerjanya pindah ke tengah sawah atau ke sungai. Karena batu andesit yang dimaksud masih berada di lokasi semula. Sawah atau di tengah sungai.  

Salah satu solusi bijak untuk efisiensi serta menekan harga. Purwantoro tidak keberatan karena menurutnya hidup ini harus berbagi. Seperti alam yang memberi dan membagi dirinya bagi manusia. Supaya hidupnya  sejahtera. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun