Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Road to Nagoya, Road to Success

16 Agustus 2017   09:42 Diperbarui: 17 Agustus 2017   23:47 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendapat undangan ke Nagoya sungguh menyenangkan tetapi juga membawa kecemasan tersendiri. Bagaimana tidak bahasa Jepang yang saya kuasai cuma Konichiwa dan Dorayaki kue kesukaan kucing abad 22 di film Doraemon.

Untuk mengurangi perasaan cemas yang mengganggu, saya mencoba up date  status di media sosial. "Besok ke Nagoya. Cuma bisa ngomong Konichiwa dan Dorayaki." Tidak lama kemudian balasan komentar datang dari beberapa teman media sosial.

Dari ucapan selamat, komentar positif,  tidak ketinggalan komentar negatif juga hadir. Ada yang bertanya berapa hari?  Bahkan ada yang ingin meminjami kamus bahasa Jepang Indonesia. Sungguh merasa terharu atas perhatian teman-teman. Namun semua itu tetap belum dapat menghilangkan kecemasan.

Cemas terkait selera lidah dan perut nantinya di Nagoya. Dibenak ini makanan Jepang hanya ramen dan sushi yang dibuat dari ikan mentah. Karena perut ini sangat sensi dengan segala jenis mie dan makanan mentah.

(Foto: Repro Patricia J Graham)
(Foto: Repro Patricia J Graham)
"Ah, disana pasti ada menu nasi."  Hati mencoba menghibur diri karena disana pasti ada makanan berbahan nasi yang tidak kalah enaknya. Dan hiburan itu membuat saya bisa tidur malam itu.

Keesokan harinya, jam untuk ke Nagoya sudah ditentukan. Harap-harap cemas menyelimuti hati serta pikiran. Orang lain baragkali berpikir saya ini ndeso.

"Ah..., biarin. Yo, ben...."

Sampai juga akhirnya perjalanan saya yang penuh  dag...dig....dug..... ke Nagoya Fusion Resto. Disana sudah ada beberapa teman blogger dari komunitas Kompasiana Jogja.

Tanpa disadari kecemasan yang mengganggu kenyamanan tidur semalam, pergi. Entah kemana. Apakah karena bertemu dengan rekan-rekan yang cantik. Atau sapaan Nagoya lewat aroma yang begitu menggoda selera. Entah...

Foto: Ang Tek Khun
Foto: Ang Tek Khun
Perasaan menjadi begitu happy. Satu persatu teman-teman berdatangan. Suasana menjadi tambah meriah dan ramai. Bukan hanya celotehan para blogger Kompasianan Jogja tetapi juga suara bersin yang bergantian dan berulang diantara yang hadir. Menandai nikmatnya rasa pedas yang tidak terbayang.

Bau pedas yang sedap, datang dari arah dapur Nagoya Japense Fusion Resto, yang beralamat di Jalan Sardjito 11 Jogjakarta. Satu-satunya tersangka yang patut dicurigai. Sebagai pembuat kami melakukan paduan bersin-bersin. Silih berganti.

Aroma masakan menari-nari di ruangan Nagoya Japanese Fusion Resto, diam-diam menggoda perut hingga mengeluarkan bunyi, "Kruuk...kruuk". Tanda lapar. Beruntung suara itu tidak terdengar karena tersamarkan oleh suara, "Sreeeenggg......," dan canda teman-teman Kompasiana Jogja atau Kjog.

Apa jadinya jika suara tersebut terdengar oleh David Cahyanto. Pemilik Nagoya Japenese Fusion Resto yang mengundang blogger Kompasiana Jogja untuk mencicipi makanan di restonya. Bisa jadi chef ekstra keras untuk buru-buru menyiapkan aneka hidangan dalam jumlah cukup banyak. Karena kami datang sekitar sepuluh orang.

Mendengarkan penjelasan Ko David Cahyanto (Foto: Ko In)
Mendengarkan penjelasan Ko David Cahyanto (Foto: Ko In)
Satu persatu makanan hadir di meja makan. Tepat di depan saya berhenti satu mangkok Teriyaki Udon. Mie udon impor dengan ayam bumbu teriyaki dan jamur karang berwarna putih. Sangat-sangat menggoda. Lupa akan semua kecemasan dimana perut ini sensitif dengan segala macam jenis bakmi. Karena bentuk jamurnya yang putih cantik. 

"Sabarrr.......," kata hati mengingatkan. Masih ada udon dan ramen lainnya yang bisa dipilih. Yang aromanya membuat diri ini, harus berkali-kali menelan ludah. Semua ramen menggoda apalagi disajikan dalam mangkok putih dengan ukuran yang cukup besar. Ada Curry Ramen, Nikudango Ramen, Ebi Ramen, Gyokai Ramen.

Kemudian hadir  Hot Tuna Sushi, Katsu Donburi, Chicken Teriyaki dan masih banyak lagi. Kami tidak hafal satu persatu namanya sehingga harus minta tolong kepada waitersuntuk menulis nama masakan dengan kertas dan diletakkan dekat mangkok atau piring makanan.

Teriyaki Udon (Foto: Ko In)
Teriyaki Udon (Foto: Ko In)
Acara makan pun dimulai. Tidak terasa beberapa suap  ramen dan udon masuk ke perut. Mangkok besar berisi ramen tidak terasa  tinggal kuahnya. Demikian pula dengan udon. Dan anehnya, ternyata perut saya tidak protes akan kehadiran ramen dan udon. Ini artinya ramen dan udon Nagoya Fusion Resto memang layak konsumsi.

"Enak," kata hati saya untuk kesekian kalinya. 

Giliran Ebi Ramen yang menjadi sasaran. Rasa ebinya berasa sekali membuat lidah ini tidak ingin berhenti mencicipi kuahnya sambil mengunyah mie ramennya. Rasa pedas, semakin mengundang selera dan tidak mampu menghentikan tangan untuk menyeduh kuah ramen yang menghantarkannya ke mulut. 

Setelah mencicip Hot Yaki Ramen, giliran Teriyaki Udon yang tadi sempat lewat di depan saya dengan jamur karang warna putih yang menggoda. Karena asyik dengan ramen , rupa-rupanya jamur karang sudah dibabat habis oleh teman-teman.

Hot Tuna (Foto; Ko In)
Hot Tuna (Foto; Ko In)
Maka aksi cip-icip berlanjut ke Hot Tuna Sushi.  Beberapa saat kemudian perut mengirim sinyal ke lidah untuk mencoba lagi. Lagi dan lagi..... 

"Ini sih bukan mencoba tetapi menyantap, bro......"

Dan baru sadar saat Ko David menjelaskan bahwa Hot Tuna Sushi itu berisi tuna matang bukan ikan mentah karena sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.

Dan teman-teman Kjog hanya bisa mengatakan,  " Ooo....!". Atau  hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya karena mulutnya penuh dengan makanan. 

Nagoya Fusion Resto berdiri tahun 2010 atas dasar rasa kangen akan makanan Jepang. Khususnya dari daerah Nagoya. David pernah tinggal disana saat menjadi  mahasiswa pertukaran pelajar. Setelah kembali ke Indonesia kerinduan akan makanan Jepang tidak pernah pupus. 

www.sv.ugm.ac.id
www.sv.ugm.ac.id
Hal itu mendorongnya mendirikan Nagoya Fusion Resto. Restoran yang mengusung kuliner rasa Jepang tetapi dapat diterima oleh lidah orang Indonesia. Dan muncul  istilah fusion yang artinya gabungan dua atau lebih rasa.

Nagoya Fusion Resto  di Jogja ada dua tempat. Di Jalan Gajah Mada tidak jauh dari Kraton Pakualam Jogja dan yang ada di Jalan Sarjito sebagai pusatnya. Kira-kira 200  meter sebelah selatan Sekolah Vokasi UGM. Dapat dicapai dengan berjalan kaki dari UGM. Karena sangat dekat dengan komplek kampus UGM.

Tujuh tahun sudah Nagoya Fusion Resto berdiri dan menjalin kemitraan dengan orang-orang yang menginginkan memiliki usaha sendiri tetapi bingung menentukan jenis usaha. Resto dengan cita rasa Jepang merupakan sebuah tawaran menarik.

Kini Nagoya Fusion Resto  tidak hanya  ditemui di kota besar di Jawa seperti Bogor, Semarang, Solo, Magelang, Pasuruan dan Kediri. Tetapi juga di Lampung, Jambi, Palembang, Makasar, Palangkaraya. 

www.kompasiana.com
www.kompasiana.com
Boleh dikata kesuksesan kemitraan usaha berdasar pada keinginan maju bersama. Menjadi kata kunci dibalik perjalanan sukses (road to succes) Nagoya Fusion  Resto. Ini tergambar dari kesepakatan yang tidak mewajibkan mitra melakukan pembayaran royalti dan membeli bahan produksi dari pusat.

Selain itu costatau biaya usaha tergolong murah jika dibandingkan dengan usaha yang sejenis. Sistem kemitraan yang jelas dan mudah (clear and easy). Sehingga dapat mendukung kembalinya modal dalam waktu singkat. 

Ko David menceritakan varian produk Nagoya Fusion resto memiliki daya jual tinggi serta rasa yang telah teruji dan dapat diterima konsumen. Terbukti kini telah berdiri sedikitnya di sembilan daerah yang tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. 

Usai mencicip aneka menu Nagoya Fusion Resto, ngobrol dengan yang empunya resto ini semakin terasa asyik . Apalagi diiringi paduan suara dapur yang berbunyi " Sreeenggg......." dan aroma yang selalu mengundang selera. 

(Foto: Repro Patrica J Graham)
(Foto: Repro Patrica J Graham)
 

Dan diam-diam hati. Ehm, perut. Mengharap dapat diundang lagi. Lidah, perut atau hati..... Ah, apapun namanya. Yang penting ngarep ada undangan cip-icip lagi. Pingin cicip yang lain. Seperti  Omu Raisu, Okonomiyaki, Ramen Pizza dan yang lainnya.

"Success ya Ko David. Jangan lupa kalau road-road  ke Nagoya Jepang, ajakin saya ya...". Siapa tahu road successnya Ko David nular ke kita-kita.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun