Oleh: Najwa Khabiza Egaikmal - Content Writer Intern Growth CenterÂ
Terkadang, pilihan-pilihan hidup yang kita ambil membawa kita pada bidang atau lingkungan yang ternyata tidak kita sukai seumur hidup. Setidaknya, itulah yang terjadi pada YouTuber dan Podcaster pengembangan diri, Zahid Ibrahim.
Saat terjebak dalam bidang yang tidak kita sukai, perasaan ingin berhenti seringkali menjadi rahasia. Sebab kamus kehidupan lebih banyak mengajari kita bahwa ketangguhan adalah tentang seberapa kuat kita bertahan.Â
Pada 2021 lalu, Zahid Ibrahim adalah mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) di Institut Teknologi Bandung yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari kuliahnya dan mencari peruntungan jalan lain yang lebih baik.
Sebagai seorang YouTuber dengan konten motivasi dan pengembangan diri, semua orang mempertanyakan kredibilitas motivasi yang ia berikan di channel YouTubenya, karena toh ia tidak bisa memotivasi dirinya sendiri untuk bertahan dalam perkuliahannya.
Namun, selang beberapa bulan dari kabar pengunduran dirinya, ia memberikan penjelasan yang memberikan sudut pandang baru tentang keputusan berhenti dan bertahan dalam suatu bidang, lingkungan kerja, pertemanan, dan sebagainya.
Fenomena ini bukanlah hal yang jarang terjadi. Pernyataan dari psikolog pendidikan, Irene Guntur, menguak bahwa 3 dari 10 mahasiswa Indonesia merasa salah jurusan. Tidak hanya itu, Nadiem Makarim juga pernah mengungkapkan tentang 80% karir yang dijalani di Indonesia tidak sesuai dengan jurusannya.
Pilihan untuk berhenti atau bertahan memang membutuhkan pertimbangan yang matang. Kita dapat belajar dari kisah Zahid Ibrahim saat mempertimbangkan untuk berhenti dari hal yang sangat berharga di mata orang lain dan keberaniannya untuk memilih jalan hidup sendiri.
Kenali Red Flag yang Kita Rasakan
Salah satu sinyal yang membuat Zahid akhirnya memutuskan untuk berhenti adalah kenyataan bahwa ia tidak lagi menemukan rasa penasaran untuk mempelajari bidang yang ia jalani sehingga kehilangan dirinya yang gigih dan senang belajar.
Perasaan ini tentu akan berpengaruh pada proses perkembangan diri. Menanggapi perasaan yang muncul, ia kemudian mendefinisikan bahwa ternyata kekagumannya pada ilmu teknik sama dengan kekagumannya pada ilmu kedokteran, perfilman, dan ilmu lainnya, tidak lebih spesial daripada itu.