Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hentikan Kebiasaan Menunda dengan 4 Cara Sederhana!

22 November 2023   16:04 Diperbarui: 22 November 2023   16:10 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Najwa Khabiza Egaikmal - Content Writer Intern

Apakah kamu sering berjuang keras di menit-menit terakhir deadline pekerjaan padahal kamu memiliki jangka waktu yang panjang untuk mengerjakan pekerjaan itu? Kebiasaan menunda ini disebut prokrastinasi. 

Kamu mungkin mengawali pekerjaan dengan membersihkan meja kerja dulu, berpikir kamu butuh cemilan, menyetel lagu, merasa sedikit bosan dan keluar dari ruang kerja. Tanpa sadar setelah beberapa jam, kamu tidak memulai apa-apa. Kamu jadi merasa stress dan memutuskan untuk mengerjakannya besok saja. Tapi yang terjadi adalah, siklus ini berulang.

Fuschia Sirois PhD dari Durham University mengatakan sekitar 50% mahasiswa perguruan tinggi punya kebiasaan menunda-nunda sedangkan 15-25% untuk orang dewasa. Melihat angka ini, kebiasaan menunda memang sangat umum terjadi. 

Penyebab Kebiasaan Menunda

Kebiasaan menunda atau prokrastinasi adalah bentuk mengundur pekerjaan dengan alasan yang tidak perlu atau bahkan tidak beralasan. 

Kebiasaan menunda bisa terjadi pada orang yang perfeksionis. Biasanya, mereka berpikir "Aku harus bikin ini jadi tugas yang luar biasa" Jadi, mereka akan menunggu mood yang baik, suasana yang mendukung, waktu yang luang, source yang cukup, dan memikirkan terlalu banyak detail dengan standar tinggi sehingga mereka tidak kunjung memulai.

Tetapi yang utama, saat kebanyakan orang berpikir kebiasaan menunda disebabkan karena kurangnya time management dan rasa malas, hal ini keliru. Prokrastinasi lebih dekat dengan kurangnya pengendalian emosi dari perasaan tidak menyenangkan dan frustasi. 

Maksudnya, saat kamu merasa tugas yang diberikan terlampau sulit dan membuat bingung, kamu akan cenderung menundanya. Hal ini sejalan dengan riset Fuschia bahwa jenis tugas yang ditunda orang para procrastinator adalah tugas yang tidak mereka sukai, tidak menyenangkan, membosankan, dan memicu kecemasan. 

Jadi, saat menunda pekerjaan, yang terjadi sebenarnya adalah kamu menghindari perasaan negatif yang muncul dari tugas itu, bukan tugas itu sendiri. Jika kamu tidak belajar memahami dan mengatur perasaan negatif ini, kamu akan terus melakukan prokrastinasi. 

Kebiasaan Menunda itu Berbahaya!

Sekilas, menunda pekerjaan terasa biasa saja karena pada akhirnya pekerjaan tersebut tetap selesai. Bahkan saat mengejar detik-detik terakhir deadline, rasanya ide mengalir lebih lancar karena otak merasa terdesak dan terancam. 

Meskipun begitu, kebiasaan menunda sebenarnya akan membuat pekerjaanmu tidak sempat dikoreksi dan divalidasi ulang.

Bagi sebagian orang, prokrastinasi memacu adrenalin dan membuat mereka lebih kreatif. Akan tetapi, ini tidak mungkin cocok oleh semua jenis pekerjaan. Ada pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan fokus tinggi.

Detik-detik deadline membuat kita tidak bisa berbuat yang terbaik jika ada hal yang perlu ditambahkan, baik dalam pengecekan ulang atau memperhatikan detail. 

Memang benar saat sebagian besar orang bilang lebih baik selesai daripada sempurna karena kesempurnaan itu tidak ada. Akan tetapi, akan lebih baik jika pekerjaan kita berada pada titik yang layak untuk di-preview. 

Kebiasaan menunda akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih buruk sekaligus meningkatkan kadar hormon stress, karena rasa frustasi meningkat dan seringkali tidur menjadi tertunda. Tidak bisa dipungkiri, akan ada sedikit rasa penyesalan karena tidak memulainya lebih awal meskipun pekerjaan berhasil diselesaikan, bukan?

Cara Melawan Kebiasaan Menunda

Meskipun sulit, ada beberapa cara sederhana untuk melawan kebiasaan menunda. Yuk, kita bahas!

1. Tepati janji 

Untuk berhenti prokrastinasi, memang benar kamu harus membuat jadwal dan deadline pribadi. Ini akan menghindari distraksi dan memperjelas apa yang harus dikerjakan pada waktu tertentu. Gunakan bantuan seperti Google Calendar untuk mengatur workflow kamu. Tetapi yang utama, berusahalah untuk menepati janji kepada diri sendiri.

Toh, untuk apa kamu repot-repot membuat jadwal dan to do list jika nantinya kamu mencari-cari alasan yang tidak perlu dan berujung tidak menepatinya?

2. Pentingnya memulai

Sebagian besar orang prokrastinasi karena menunggu waktu tepat untuk memulai. Itu adalah cara menghindari rasa takut karena mereka berpikir belum mampu mengerjakannya. Padahal, waktu tepat itu bukan ditunggu tetapi dibuat. 

Sejak hari kamu memulai, progress menjadi bisa dilihat daripada jika kamu hanya mempersiapkan kesempurnaan. Lagipula, seringkali pekerjaan ternyata lebih mudah daripada yang kita bayangkan dan pikirkan setelah kita memulai. 

Penting untuk diingat kalau menghindar tidak akan membuat pekerjaan menjadi selesai. Dan yang perlu dilakukan adalah mulai kerjakan dari langkah terkecil. 

3. Pecah tugas besar menjadi tugas yang kecil 

Tahukah kamu kalau otak melepaskan dopamin atau hormon kebahagiaan setelah melakukan sebuah tugas? 

Nah, hormon ini membuat otak ingin melakukannya lagi dan lagi. Untuk memanfaatkan situasi ini, kamu bisa memecah tugas besar menjadi tugas yang kecil. Setelah menyelesaikan satu bagian kecil, kepuasan otak akan menginginkannya lagi sehingga lama kelamaan tugas selesai. 

Selain itu, kamu juga bisa pakai teknik podomoro. Teknik podomoro membagi waktu hanya 25 menit untuk fokus pada satu bagian. Ini bikin kamu jadi nggak merasa terbebani karena setiap 25 menit kamu bisa beristirahat dengan cemilan atau merenggangkan tubuh. Yang terpenting adalah kamu membuat progress.

4. Jangan menolak emosi negatif 

Seringkali, saat pekerjaan terasa bosan dan melelahkan, kita mencari hiburan. "Nggak papa buka Instagram 5 menit dulu" 

Tapi yang terjadi, kita cenderung keterusan karena di Instagram ada banyak kesenangan yang gampang didapatkan dan bikin otak nagih terus.

Ini namanya short dopamine. Bahayanya, sekali kita kena short dopamine, kita sulit untuk fokus lagi. Jadi, ketika emosi negatif menghampiri, ambil waktu sejenak untuk jalan singkat ke ruang terbuka, hirup udara segar, atau buat secangkir teh. 

Kamu harus memvalidasi diri kalau pekerjaan ini mungkin memang tidak mudah atau membosankan, tetapi akan selalu ada cara untuk mengerjakannya. Terlebih, kamu harus mengerjakannya untuk membuatnya selesai.

Setelah memvalidasi diri, penting untuk mengatur ulang energi. Tanyakan pada diri, "Apakah kamu masih memiliki energi cukup untuk melanjutkannya?" Jika ya, jangan mencari alasan yang tidak perlu untuk menundanya. 

Jika tidak, isi ulang energimu dengan makanan, tidur cukup, dan emosi yang baik karena selain waktu, energi juga bagian penting dalam produktivitas. Tapi, berjanjilah untuk kembali lagi dan fokus menyelesaikan pekerjaan.

Ini akan membuat kita belajar mengelola emosi negatif yang muncul, entah dari rasa kesulitan dan frustasi, bosan, kurang termotivasi, dan lain sebagainya. 

Kebiasaan menunda tentu sangat buruk bagi produktivitas sehari-hari. Karena waktu kita terbatas, maka kebiasaan menunda sangat penting untuk disiasati. Cara-cara di atas dapat membantu kamu melawannya dengan memulai hal kecil terlebih dahulu. Permulaan yang sederhana nantinya akan lebih mungkin menjadi kebiasaan karena terhindar dari painful experience.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun