Organisasi yang inklusif dan beragam memiliki kemungkinan 35% lebih besar untuk unggul daripada pesaing bisnis mereka. -Edume
Dalam dunia bisnis terus berkembang dengan pesat, hanya ada satu hal yang pasti: perubahan. Kepemimpinan yang efektif tidak lagi sekedar tentang memerintah dari atas, melainkan tentang mendengarkan, memahami, dan mendorong kontribusi setiap individu. Hal ini menjadi inti dari inclusivity leadership, sebuah paradigma baru yang membawa nilai-nilai inklusi, keberagaman, dan penghargaan terhadap perbedaan yang ada dalam suatu organisasi.
Pada dasarnya, inclusivity leadership merujuk pada gaya kepemimpinan yang bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, mendukung keragaman, dan memastikan partisipasi dari berbagai latar belakang. Seorang inclusive leader berfokus pada pemahaman, penghargaan, dan penerimaan terhadap perbedaan individu, memastikan bahwa setiap anggota tim merasa dihargai.Â
Mari kita memulai diskusi mengenai keberagaman di tempat kerja dengan melihat sebuah ilustrasi kecil tentang bagaimana paradigma ini menjadi suatu kekuatan tersendiri dari sebuah perusahaan fiksi. Â Selanjutnya, kita akan menjelajahi mengapa inclusivity leadership dapat menjadi sebuah langkah penting dalam dunia bisnis yang semakin kompleks? Mari kita lihat lebih dalam.
BACA JUGA: Kemampuan Leadership adalah Hal Penting, Ini 7 Skill Wajibnya!
Cerita sebuah perusahaan yang menghadirkan keberagaman
Di sebuah perusahaan teknologi terkemuka, seorang manajer proyek bernama Doni berjuang untuk menciptakan budaya kerja yang benar-benar inklusif. Doni selalu percaya bahwa beragam latar belakang dan sudut pandang adalah aset yang berharga bagi timnya. Kisah ini dimulai ketika perusahaannya merombak struktur tim proyeknya.
Doni memastikan bahwa dalam proses rekrutmen untuk proyek yang baru, ada perhatian khusus pada mencari bakat yang beragam. Hasilnya, timnya menjadi beragam dalam hal usia, gender, latar belakang budaya, dan pengalaman kerja. Ini adalah langkah pertama dalam menciptakan inklusivitas di tempat kerja.
Namun, Doni tidak berhenti disitu. Dia memastikan bahwa selama pertemuan tim, semua anggota tim diberi kesempatan untuk berbicara. Dia aktif mendengarkan dan mengupayakan diskusi yang inklusif. Jika ada anggota tim yang merasa enggan untuk berbicara, dia akan mengajukan pertanyaan khusus untuk menggali pandangan mereka.
Dia juga mendidik timnya tentang konsep inklusivitas dan kepekaan budaya. Mereka mengadakan pelatihan reguler dan diskusi terbuka untuk memahami lebih baik bagaimana beragam latar belakang dapat berkontribusi pada solusi yang lebih baik.