Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hidup Berkesadaran di Tengah Dunia yang SIbuk

27 Juni 2023   23:36 Diperbarui: 28 Juni 2023   03:13 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumbuh kembang setiap individu merupakan suatu proses yang menjadikan mereka ada. Artinya hidup berkesadaran melihat pertumbuhan sebagai sesuatu yang dinamis -yang mana setiap individu selalu mempunyai waktu dan kesempatan mereka untuk terus berkembang.

Menjadi individu yang berkesadaran merupakan langkah pertama untuk tumbuh kembang yang otentik. Apapun yang kita lakukan sekarang, sampai mana hidup memproses kita, dimanapun kita ditempatkan, ada tiga hal penting yang perlu kita sadari akan keberadaan kita: ke-saya-an, logika-etika-estetika, dan peran-peran kita sekarang. 

Hal pertama adalah menyadari ke-'saya'-an. Setiap individu harus secara terus menerus merefleksikan makna 'saya' -siapa saya? apa yang harus saya lakukan? dan masih banyak lagi. Dalam hal ini, saya tak pernah dapat didefinisikan dengan satu entitas, tak pernah permanen, dan tak pernah terisolasi. Membangun kesadaran akan kehadiran yang dapat dirasakan melalui napas, tubuh, perasaan, dan pikiran. 

Selanjutnya adalah penggunaan logika, etika, dan estetika -mereka dapat diibaratkan sebagai senjata maupun perangkat penting yang kita perlukan untuk mengarungi kehidupan. Ketiga hal ini merupakan satu paket yang saling melengkapi, tidak dapat dilakukan secara terpisah dan tak pernah mengungguli satu sama lain. Dalam hidup ini kombinasi akan ketiganya akan melahirkan pandangan yang padu akan hidup, logika melahirkan ilmu pengetahuan, etika menghasilkan norma, dan estetika memberikan keindahan. 

Hal terakhir adalah menyadari peran-peran yang kita miliki sekarang. Kita harus melihat peran kita sekarang melalui perspektif yang baru. Ia bukan hasrat atau passion, karena sejatinya peran merupakan hal yang dianugerahkan kepada kita -bukan kita pilih. Peran juga bukanlah tujuan atau purpose. Sejatinya, kita sebagai manusia yang diciptakan tidak akan pernah mampu memahami alasan penciptaan diri. 

Seni Hidup Berkesadaran dalam Kehidupan Sehari-hari

Membangun dan membiasakan praktik hidup berkesadaran dalam aktivitas kita setiap harinya bukan sesuatu yang mudah. Kita perlu memulainya dari langkah-langkah terkecil yang bisa kita lakukan. Berikut merupakan beberapa langkah pertama yang bisa kita ambil untuk melatih konsep berkesadaran dalam hidup sehari-hari. 

Satu Hal dalam Satu Waktu 

Kesibukan sehari-hari seringkali menuntut seseorang untuk menjadi seorang multitasker. Mari ambil contoh dalam kehidupan sehari-hari: dalam memulai hari kita akan langsung membuat kopi, teh, ataupun sarapan, sambil membuka masing-masing untuk melihat apa yang terjadi di dunia sekarang, tidak jarang juga dibarengi dengan berpikir dan mengerjakan tugas pekerjaan untuk nanti. 

Multitasking bukanlah hal yang asing bagi manusia modern. Tanpa disadari seringkali kita tidak melakukan dua tugas secara bersamaan, namun malah melakukan task-switching. Sebuah studi 'Supertaskers: Profiles in extraordinary multitasking ability: yang dilakukan oleh Watson dan Strayer, menunjukkan bahwa hanya 2,5% orang mampu mengerjakan lebih dari satu hal secara bersamaan. 

Lakukan satu hal dalam satu waktu! Ketika sedang makan, yang perlu kita lakukan hanyalah menikmati makanan itu. Ketika sedang bekerja, yang perlu kita lakukan adalah fokus menyelesaikan pekerjaan tersebut. Tanpa kita sadari multitasking sering menjadi hal sederhana yang membuat kita lupa akan kehadiran kita saat ini. Multitasking seringkali membuat kita tidak dapat 'menikmati' kesibukan kita. 

Berhenti Overthinking mengenai Masa Depan 

Berapa dari kita yang sering overthinking mengenai masa depan? seringkali hal ini membuat kita menjadi tidak mood mengerjakan sesuatu, tidak bisa tidur, atau bahkan lupa dengan tugas saat ini. 

Overthinking merupakan masalah yang sering ditemui dalam kehidupan modern. Riset yang dibagikan oleh Mara Santilli dan Rufus Tonny Spann menunjukkan bahwa menunjukkan 73% orang berusia 25 - 35 tahun secara kronis terlalu banyak berpikir, bersama dengan 52% orang berusia 45 - 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa overthinking dapat terjadi kepada siapa saja dan memiliki dampak yang buruk bagi kehidupan sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun