"Soalnya kegiatan MBKM kan magang di posisi tertentu, ya. Jadi dengan mengerjakan jobdesc di posisi ini, kemampuan yang mau diasah jadi punya tempatnya, karena bekerja sebagai bagian dari perusahaan atau organisasi tertentu," ungkap Sahira.
"Ada juga pelajaran tentang gimana cara berperilaku sebagai individu di ranah profesional. Hal ini lebih terasa nyata karena latihannya di dunia kerja langsung yang mungkin gak bisa dialamin kalau cuma jadi mahasiswa aja," lanjutnya.
Menurut Sahira, secara keseluruhan, hal-hal yang berhasil diraih dari kegiatan ini yaitu proses belajar untuk mengembangkan skill, belajar bekerja di dunia profesional, dan belajar untuk terus belajar.
Pengaruh terhadap pengembangan diri
Tak begitu berbeda dengan Sahira, Amanda yang sedang menjadi writer synopsis intern di salah satu perusahaan media, mengatakan bahwa kegiatan Magang Merdeka mengubah perspektifnya terhadap dunia kerja.
"Perspektif aku yang awalnya takut kerja sih jadi berubah. Sekarang justru malah kerja itu enak. Apa yang kita kerjain sesuai sm job kita. Beda sama kuliah yang kita tuh dituntut buat melakukan hal yang mungkin di luar kemampuan kita. Kalo kerja tuh benar-benar melakukan sesuatu sesuai kemampuan kita gitu," ungkap Amanda kepada Kognisi.id.
Amanda juga menyatakan bahwa kegiatan MSIB mengubah cara pandangnya mengenai profesi di bidang kepenulisan. "Aku jadi tau penulis itu ga cuma nulis novel aja, tapi ya ada banyak jenisnya. Ada copywriter, content writer, jurnalis, dll. Jadi sekarang sudah nggak setakut dulu kalo lulusan sastra nggak akan fit ke profesi apa-apa selain penulis novel. Simple-nya, aku jadi bisa mempertimbangkan lagi seluk-beluk profesi yang nantinya mau aku ambil."
Harapan untuk kegiatan Magang Merdeka
Sejauh ini, dapat dilihat bahwa kegiatan Magang Merdeka memberikan banyak manfaat positif bagi para mahasiswa yang menjadi pesertanya. Bahkan, lulusan program ini lebih mudah mendapatkan pekerjaan ketika sudah menjadi fresh graduate.
Dilansir dari detik.com, Prof. Nizam dalam acara Sidang Paripurna Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MSA PTN-BH) di Universitas Brawijaya yang diadakan Februari lalu, mengatakan bahwa lulusan program Kampus Merdeka hanya membutuhkan waktu 0,3 hingga 2,8 bulan untuk mendapatkan pekerjaan, sedangkan rata-rata nasional lulusan perguruan tinggi membutuhkan waktu empat bulan.
Meski keefektifannya sudah terlihat, bukan berarti tidak ada yang perlu diimprovisasi lagi dari kegiatan ini. Aulia, seorang public relation intern di pusat regional, mengungkapkan harapan besarnya untuk kegiatan Magang Merdeka ke depannya.
"Semoga ke depannya semakin banyak mitra yang membuka peluang untuk mahasiswa. Kalau di kampus kan mahasiswa mendapatkan ilmu dari sisi intelektual, nah dari magang ini kita dapat sisi praktiknya," ungkap Aulia. Ia berharap bahwa nantinya, mitra-mitra Kampus Merdeka akan memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk semua jurusan, meskipun terdapat beberapa mitra yang fokus ke sektor tertentu dan membutuhkan intern dari jurusan tertentu.
Aulia juga berharap agar pihak Kampus Merdeka memperbaiki sistem administrasinya. "Semoga Magang Merdeka tahun ini bisa lebih jelas lagi dalam proses pemberkasan, terutama untuk menentukan berkas itu eligible atau non-eligible. Lalu, semoga kualitas web Kampus Merdeka juga ditingkatkan lagi agar mahasiswa dapat mendapatkan informasi paling up-to-date terkait pencairan dana BBH."