Mohon tunggu...
Muhamad Kodel
Muhamad Kodel Mohon Tunggu... Musisi - PENULIS

Manusia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tren Pilkades Kita

9 Juni 2021   15:21 Diperbarui: 9 Juni 2021   16:45 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kundurnews.co.id

Oleh : Muhamad Ade Firdiansyah.

Pemilihan kepala desa akan bergulir. Di Kabupaten Tangerang khususnya. Akan dilakukan pada tanggal 4 Juli 2021.

Sebanyak 421 orang calon Kepala Desa. Dari 77 Desa. yang akan mengikuti Pilkades serentak Juli mendatang.

Jauh-jauh hari, para Calon kepala desa. Sudah mencari panggung. Menjalin Silaturahmi dan pendekatan sana-sini. Juga tebar eksistensi melalui Sosial media atau Story Whatsapp pribadi dan Sanak keluarga.

Namun, Proses Demokrasi tingkat paling bawah di negara kita ini. Kerap kali ditemukan fenomena-fenomena tidak sehat. Masih sering kita temui praktek kotor. Artinya Pilkades kita masih belum maksimal.

Idealnya pemimpin itu dipilih atas dasar : Gagasan, track recordnya, Langkah dan kebijakan yang akan diambil kelak. Segala Hal-hal konkrit yang akan memajukan masyarakat dan Desanya.

POLITIK UANG

Namun nampaknya, Calon Pemimpin desa ialah Pemilik modal atau mendapat sokongan dana yang besar. Mereka yang tidak memiliki uang banyak, tidak akan bisa menjadi Kepala Desa. Kalaupun bisa kemungkinan kesempatanya Kecil. Akan tergilas oleh mereka yang memiliki banyak modal.

Juga masyarakat masih teracuni dengan 'Politik uang'. Siapa yang memberi paling besar. Dia yang akan dipilih. Money politik masih menyebar luas.

Tidak sedikit yang beranggapan, Faktor penentu dominan kemenangan dalam pemilihan adalah Uang. Justru dianggap aneh oleh masyakarat jika Calon kepala desa tidak memberi Amplop.

Apalagi kini Covid-19 masih belum berakhir. Ditengah banyaknya keperluan masyarakat yang tersendat. Pemberian dari Calon Kepala Desa akan menggiurkan untuk mereka.

DINAMIKA PILKADES

Dinamika politik desa pun tidak kalah tensi dan suhu panasnya, dengan pilkada dan pilpres. Mungkin karena ruang lingkup dan skalanya kecil (Hanya desa). Keteganganya begitu besar.

Narasi politik yang dikontruksi memicu ketegangangan di tengah masyarakat. Tidak jarang, meskipun Pilkades usai. Dinamika itu masih berlanjut antar sesama pendukung.

Mengutip Tempo.co. Pada Desember 2019 lalu. Ditunjang Faktor dan karakter militansi para pendukung Setiap calon kepala desa. Sebanyak dua pleton atau sekitar 30-40 personel polisi disiagakan di setiap desa yang dianggap rawan bentrokan dalam Pilkades Serentak Kabupaten Tangerang. Adapun desa rawan ditetapkan untuk mereka yang memiliki lebih dari lima calon.

Titik rawan pilkades tersebut berada di desa-desa di wilayah utara Kabupaten Tangerang seperti Pakuaji, Teluknaga, Kronjo, Kresek dan Kosambi.

Titik rawan lainnya juga adalah wilayah industri seperti Cikupa, Curug dan Pasar Kemis.

Ini tentu menjadi PR untuk Demokrasi kita. Bukan hanya Pilpres dan Pilkada. Tapi juga Pilkades.. Fenomena Negatif masih merajalela.

Pendidikan politik perlu dimulai dari Tingkat desa ini. Apalagi Kepala desa adalah jabatan strategis. Untuk kemajuan suatu bangsa.

Hemat penulis, Jika Pilkades berlangsung dalam situasi jujur adil dan minim praktek kotor. Maka calon kepala desa yang akan terpilih berpeluang menjadi sosok pemimpin yang bersih. Juga mempuni dalam mengelola pemerintahan desa untuk kepentingan masyarakat.

Bukan tidak mungkin, Jika Pilkades diwarnai dengan praktik-praktik negatif. Akan menimbulkan kepentingan-kepentingan pribadi yang menghasilkan korupsi.

Sebab. untuk menciptakan Desa yang berdaulat secara politik, berdaya secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya. pemimpin di Desa harus memiliki keteladanan yang kuat dan jauh dari sifat-sifat tercela.

Masyarakat juga harus cerdas dalam memilih. Pun Calon kepala desa harus bisa memberikan kesejahteraan kepada masyarakatnya. Melalui program-progam yang kelak akan dilakukan.

Bukan hanya janji-janji manis yang ditebar. Namun tidak ada implementasinya. Masyarakat sesungguhnya tidak butuh itu.

Di tengah kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi. Semoga saja Masyarakat bisa memilih Calon kepala desa yang mempuni. untuk keberlangsungan dan kemajuan tempat tinggalnya.

Dan tidak terprovokasi dengan narasi-narasi perpecahan. Sesungguhnya Politik itu sementara dan Persaudaraan itu Selamanya. Bukan?

*Penulis adalah Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa 

Kabupaten Tangerang 2019-2020.

Foto : Muhamad Ade Firdiansyah.
Foto : Muhamad Ade Firdiansyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun