Apalagi kini Covid-19 masih belum berakhir. Ditengah banyaknya keperluan masyarakat yang tersendat. Pemberian dari Calon Kepala Desa akan menggiurkan untuk mereka.
DINAMIKA PILKADES
Dinamika politik desa pun tidak kalah tensi dan suhu panasnya, dengan pilkada dan pilpres. Mungkin karena ruang lingkup dan skalanya kecil (Hanya desa). Keteganganya begitu besar.
Narasi politik yang dikontruksi memicu ketegangangan di tengah masyarakat. Tidak jarang, meskipun Pilkades usai. Dinamika itu masih berlanjut antar sesama pendukung.
Mengutip Tempo.co. Pada Desember 2019 lalu. Ditunjang Faktor dan karakter militansi para pendukung Setiap calon kepala desa. Sebanyak dua pleton atau sekitar 30-40 personel polisi disiagakan di setiap desa yang dianggap rawan bentrokan dalam Pilkades Serentak Kabupaten Tangerang. Adapun desa rawan ditetapkan untuk mereka yang memiliki lebih dari lima calon.
Titik rawan pilkades tersebut berada di desa-desa di wilayah utara Kabupaten Tangerang seperti Pakuaji, Teluknaga, Kronjo, Kresek dan Kosambi.
Titik rawan lainnya juga adalah wilayah industri seperti Cikupa, Curug dan Pasar Kemis.
Ini tentu menjadi PR untuk Demokrasi kita. Bukan hanya Pilpres dan Pilkada. Tapi juga Pilkades.. Fenomena Negatif masih merajalela.
Pendidikan politik perlu dimulai dari Tingkat desa ini. Apalagi Kepala desa adalah jabatan strategis. Untuk kemajuan suatu bangsa.
Hemat penulis, Jika Pilkades berlangsung dalam situasi jujur adil dan minim praktek kotor. Maka calon kepala desa yang akan terpilih berpeluang menjadi sosok pemimpin yang bersih. Juga mempuni dalam mengelola pemerintahan desa untuk kepentingan masyarakat.
Bukan tidak mungkin, Jika Pilkades diwarnai dengan praktik-praktik negatif. Akan menimbulkan kepentingan-kepentingan pribadi yang menghasilkan korupsi.