Mohon tunggu...
Andika Gunadarma
Andika Gunadarma Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Motorcycle builder, Gamer & Graphic Designer | Work at hukumonline.com | lawyer - but not anymore | Lecturer | full-time husband

Selanjutnya

Tutup

Politik

99% Rakyat yang Membangun Negara

26 Juni 2014   15:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:49 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua orang di kelompok jetset ini jahat atau buruk. Ada juga yang baik, walaupun jumlahnya sangat sedikit. Lantas bagaimana cara membedakan mana yang baik dan buruk di kelompok jetset ini? Yang baik biasanya mereka yang memulai usahanya dari NOL. Artinya, dulu mereka adalah bagian dari kita yang 99% yang berhasil mendobrak masuk. Beberapa orang seperti itu yang terkenal anatara lain Bill Gates (orang terkaya di dunia), Warren Buffet, Almarhum Steve Jobs, dan beberapa nama lain. Majalah Fortune pernah membuat riset tentang bilyuner-bulyuner ini, dan lebih dari 80%, para bilyuner ini bukan dari hasil kerja keras yang mereka bangun dari NOL, tapi adalah dari warisan keluarga yang memang turun-temurun sudah hidup dalam lingkaran 1% tersebut.

Sekarang begini.

Prabowo lahir bukan hanya dari keluarga yang kaya tapi juga berkuasa. Kakeknya, Margono Djojohadikusumo adalah pendiri Bank Indonesia. Ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo adalah mentri ekonomi di jaman order baru, dan dia menikahi anak dari orang paling berkuasa di jaman itu. Kalau ada satu kelompok diatas 1% di Indonesia, maka dia ada di dalamnya. Sepanjang hidupnya dan karirnya tidak sekalipun dia pernah merasakan seperti apa kehidupan kelompok masyarakat yang 99%. Tidak ada yang berani mempersulit, tidak pernah ada yang kurang secara financial dan kekuasaan. Karena memang tidak mungkin, bukan salahnya Prabowo, karena memang dia lahir langsung didalam kelompok 1% tersebut.

Kedua capres kita dan capres-capres sebelumnya selalu memiliki slogan yang sama, "Pro-rakyat", "membela rakyat", "bekerja bersama rakyat", "Memahami rakyat"  dan seterusnya.

Pertanyaanya, bagaimana mungkin seseorang yang dari lahir dan seluruh hidupnya dalam kemewahan dan kemudahan kelompok 1% bisa memahami kelompok yang 99%?

Tidak mungkin. Begitu juga sebaliknya. Kelompok pekerja tidak akan mungkin paham kenapa seseorang bisa membeli puluhan tas jinjing seharga ratusan juta, hanya karena mereka pingin punya warna yang berbeda untuk bisa serasi dengan bajunya yang juga jutaan harganya.

Bagaimana seseorang bisa paham memperbaiki korupsi birokrasi di kelurahan, kecamatan atau kota, sementara sepanjang hidupnya dia tidak pernah merasakan dipersulit oleh oknum pemerintah. Bagaimana mungkin dia bisa paham susahnya bekerja sebagi buruh dengan upah minimum, sementara dia duduk di meja yang sama dengan jajaran direksi yang sedang meeting untuk melakukan PHK masal?

Mungkin itu sebabnya, rencana pertama dia dalam memberantas korupsi adalah dengan menaikkan gaji/kesejahteraan pejabatnya.

Salahkah?

Tidak. Karena memang hanya informasi dari pejabat yang dia sering dengar. Karena memang sepanjang hidupnya (pergaulannya) di level itu, level 1%, pejabat, mentri dan direktur-direktur.

Apakah mungkin dia tahu mahalnya harga daging disaat bulan puasa. Kalaupun dia tahu, apakah mungkin dia bisa merasakan perasaan yang sama dengan kita yang disini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun