Permainan Apa DI – DPR-RI ?
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo menolak untuk meresmikan pembangunan tujuh proyek di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta. Jokowi ingin ada usulan yang jelas terlebih dahulu dari DPR sebelum meresmikan proyek ini. "Jadi, Presiden ingin agar proyek ini clear dulu. Baru, setelah ada proses, kita bicarakan ke mana arahnya," kata Ketua Tim Implementasi Reformasi Parlemen Fahri Hamzah di Kompleks Parlemen, Jumat (14/8/2015).
Membaca berita diatas, sulit bisa membayangkan apa permainan yang akan disajikan oleh DPR-RI kepada presiden Jokowi ? Suatu proyek yang belum ada kejelasan, bahkan anggaran saja belum ada, sudah melakukan hal yang sangat amat tidak masuk akal jka dikatakan bahwa penghuni DPR-RI itu adalah orang pintar dan waras. Untung saja Jokowi tidak gegabah untuk mau mengikuti permintaan bodoh yang memalukan dari Ketua DPR untuk menandatangani prasasti sebagai peresmian pembangunan ketujuh proyek DPR. Sungguh tidak habis mikir, bagaimana mereka-mereka itu bisa duduk mewakili rakyat dengan kualitas kerja serendah ini. Apa yang dibenak mereka tentang seorang presiden Jokowi ? apakah Jokowi sebodoh itu untuk mudah dikelabuhi untuk melakukan permintaan dari yang katanya ketua DPR-RI yag terhormat itu. Sungguh memalukan.
Apa jadinya jika Jokowi menuruti kemauan mereka ? Tentu ada maksud udang dibalik batu sebagai pancingan, siapa tahu bisa terpenuhi. Sungguh kerdil jika aa sikap ini. Â Â
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa pemerintah belum akan meresmikan pembangunan tujuh proyek di DPR sebelum proyek tersebut selesai dikerjakan. Menurut Kalla, pemerintah sudah berjalan sesuai prosedur dan penolakan meresmikan pembangunan itu diambil untuk menghindari masalah. "Prasasti itu ditandatangani kalau setelah dibuat, bukan sebelum dibuat. Ini kan baru rencana (pembangunan), mau teken apa?" kata Kalla, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Sabtu (15/8/2015).Â
Wkl Presiden JK, lebih menekankan adanya sesuatu yang tidak beres, mana ada proyek diresmikan tanpa ada wujudnya, sedangkan anggaran saja belum ada. Aneh tapi nyata begitulah model kerja DPR-RI. JK lebih tegas mengatakan penolakan peresmian itu sudah benar, karena tidak mungkin karena baru direncanakan, apanya yang mau di-teken ? Sungguh memalukan, karena yang bermian adalah pejabat tinggi negara. pejabat lembaga terhormat DPR. Begitu randah kualitasnya karena yang dipermainkan adalah seorang presiden RI. Presiden yang diangkat oleh rakyat.Â
Para Ketua DPR-RI yang memaksakan kehendak menduduki jabatan tertinggi dengan berbagi jabatan terhormat dalam koalisi partai sakit hati, bukannya menjadi penyeimbang pemerintah, melainkan dengan berbagai upaya menjatuhkan pemerintah yang sah. Bahkan menggunakan cara licik diatas untuk memperdaya Presiden untuk mau mengikuti kemauan mereka. Mereka tidak kenal malu, masih bisa mempertahankan kebenaran dengan berbagai argumentasi. Coba perhatikan statment dibawah ini :
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPR Setya Novanto mengatakan, sejak awal Presiden Joko Widodo memang tidak pernah dijadwalkan untuk meresmikan tujuh proyek pembangunan DPR. Oleh karena itu, Presiden tidak bisa dikatakan menolak menandatangani peresmian tujuh proyek tersebut.Â
Jika memang benar tidak dijadwalkan, kenapa Jokowi dan JK bisa menolak dan memberikan statment diatas ? apakah Presiden dan Wakil Presiden berbohong mengada-ada ? permainan yang membangun opini pembenaran diri dan menolak pernyataan presiden dan Wkl presdien atas statment penolakan penandatanganan prasasti. Jika apa yang disebut Setyo Novanto benar, kenapa mengakui juga ? baca statment dibawah :Â
Novanto mengakui sudah menyiapkan prasasti yang bertuliskan nama Jokowi dengan tanggal 14 Agustus 2015. Saat berpidato dalam pembukaan masa sidang I tahun sidang 2015-2016, Novanto juga sempat meminta langsung kepada Jokowi untuk menandatangani prasasti itu. Namun, politisi Partai Golkar ini tetap keukeuh bahwa tidak ada acara penandatanganan prasasti.Â
Apakah ini sudah menjadi budaya politik yang putar balik fakta, mengakui juga menolak, menolak juga mengakui. Jadi permaian statment untuk mengelabuhi siapa ? sebodoh-bodohnya rakyat juga mengerti apa maksud kalimat Ketua Terhormat ( katanya ) DPR-RI. Ada prasasti dengan nama jelas Jokowi, ada tanggal jelas 14 Agustus 2015. Untuk diminta menandatangani prasasti saat pembukaan masa sidang 2015-2016. Apakah itu kurang membuktikan bahwa niat itu sudah direncakaan dengan baik ? Setelah ditolak Jokowi, keluarlah statment yang menutup malu.
Kemudian kurang cukup alasan ditambah lagi demikian : "(Prasasti) itu hanya persiapan saja kalau ada acara acara. Jadi DPR selalu siap sejak awal," ucap dia. Dagelan macam apa lagi yang ditambahkan dalam statment, hanya menunjukan kebodohan yang sulit bisa ditolerir. Kapan siapnya proyek itu, sedangkan budgetnya saja belum ada, membuat alasan DPR selalu siap sejak awal. Bayangkan proyeknya disetujui saja belum, sudah siap prasasti yang lengkap nama dan tanggal peresmian.
Apa maksud dan tujuan juga tidak jelas seperti apa yang diungkapkan Jokowi dan JK maka tidak ditanda tangani untuk menghindari masalah dikemudian hari. Artinya ada buntut panjang yang telah diskenariokan bakal terjadi jika di tanda tangani, bukankah demikian ?
Terlepas itu rencana memang bloon, atau ada skenario dibelakang perencanaan itu semua. Yang pasti Jokowi dan JK sudah terlepas dari jebakan dan  yang lebih pasti lagi DPR sudah sulit menutup malu, karena kegalauan hati maka asal mulut buka tanpa melalui otak, terkuak perbuatannya yang serba aneh dan tidak lucu dibaca oleh siapapun. Statmentnya sendiri yang membuka dan menutupi borok sendiri.
Anehnya ketua team reformasi Parlemen Fahri Hamzah yang biasanya banyak omong, setelah kejadian ini menghilang tanpa memberi tanggapan atau berlindung dibawah ketua DPR Setya Novanto yang pasang badan atas prakarsa ketujuh proyek yang sesungguhnya bisa digolongkan fiktf, karena memang belum ada. Kenapa prasasti sudah tertera nama Jokowi dan tgl peresmiannya. Perlu dipertanyakan supaya tidak ada penapsiran simpang siur dari masyarakat yang membaca. Siapa yang benar, Jokowi – Jk atau ketua-ketua parlemen yang katanya terhormat itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H